Price Averaging, Diversifikasi Atas Waktu

Selain diversifikasi asset, investor dapat menggunakan strategi diversifikasi lain untuk menurunkan resiko, yakni diversifikasi waktu pembelian. Dalam bahasa teknis, strategi ini disebut price averaging, yakni program investasi portofolio secara regular dan untuk jangka panjang guna memperoleh harga pembelian rata-rata di bawah harga pasar. Stategi price averaging berguna bagi value investor, mereka yang berinvestsi berdasar value ( yakni potensi pertumbuhan laba dan pendapatan perusahaan ) dan tidak cocok untuk trading jangka pendek.

Inti dari straategi ini adalah keyakinan investor bahwa saham yang dibeli akan menguntngkan untuk jangka panjang. Kalaupun ada penurunan harga atas saham tersebut, maka hal itu lebih karena koreksi pasar, bukan melemahnya value emiten.

Stategi price averaging dapat menghasilkan return yang bagus meskipun pasar mungkin tidak staabil. Sebaliknya, dengan strategi investasi ini investor dapat mengambil keuntungan dari volatilitas harga dengan secara konsisten menginvestasikan sejumlah uang dengan interval yang sudah ditentukan sebelumnya, bulanan atau kuartalan. Dengan berinvestasi secara konsisten ini, fluktuasi di pasar dapat disiasati.

Averaging Up Lebih Baik

Strategi price averaging akan berhasil baik untuk kondisi pasar yang tepat : yakni kalau investor mampu membeli saham yang menunjukkan tren harga bergerak naik ( averaging up )

Kunci strategi price averaging up adalah pemilihan saham yang saksama. Peluang untuk melakukan strategi ini adalah membeli saham yang mempunyai pertumbuhan usaha lamban tetapi pasti dan memberikan dividen bagus. Salah satu manfaat jenis saham seperti ini adalah “memperoleh dividen selama menunggu pertumbuhan harga.” Biasanya perusahaan utilities mempunyai karakteristik ini. Dalam hal ini investor bisa membeli dengan interval sama, misal setiap 3 bulan, dengan jumlah saham yang sama berapaun harganya. Atau bisa juga pembelian dilakukan dengan jumlah dana yang sama berapapun saham yang didapat.

Tabel 20.1 Strategi Diversivikasi Waktu pembelian

Beli saat: IPO

2lot, Rp 2.050 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.050

Jumlah saham 1000 lbr


Jumlah Saham 1.000 lbr

Total Nilai Rp 2.050.000

Beli pada: 1 Jan 96

2lot, Rp 3.000 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.525

Jumlah saham 683 lbr


Jumlah Saham 2.000 lbr

Total Nilai Rp 4.100.000

Beli pada: 1 Jul 96

2lot, Rp 3.525 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.858

Jumlah saham 1256 lbr


Jumlah Saham 3.000 lbr

Total Nilai Rp 6.150.000

Beli pada : I Jan 97

2lot, Rp 4.075 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.163

Jumlah saham 1759 lbr


Jumlah Saham 4.000 lbr

Total Nilai Rp 8.200.000

Beli pada : I Jul 97

2lot, Rp 4.175 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.365

Jumlah saham 2250 lbr


Jumlah Saham 5.000 lbr

Total Nilai Rp 10.250.000

Beli pada : 1 Jan 98

2lot, Rp 2.925 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.291

Jumlah saham 2950 lbr


Jumlah Saham 6.000 lbr

Total Nilai Rp 12.300.000

Beli pada : 1 Jul 98

2lot, Rp 4.175 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.417

Jumlah saham 3441 lbr


Jumlah Saham 7.000 lbr

Total Nilai Rp 14.350.000

Beli pada : 1 Jan 99

2lot, Rp 2.700 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.328

Jumlah saham 4200 lbr


Jumlah Saham 8.000 lbr

Total Nilai Rp 16.400.000

Beli pada : 1 Jul 99

2lot, Rp 4.000 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.403

Jumlah saham 4713 lbr


Jumlah Saham 9.000 lbr

Total Nilai Rp 18.450.000

Beli pada : 1 Jan 00

2lot, Rp 3.975 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.460

Jumlah saham 5228 lbr


Jumlah Saham 10.000 lbr

Total Nilai Rp 20.050.000

Tabel 20.1 di atas menunjukkan apa yang mungkin terjadi dengan strategi tersebut. Di kolom kiri, investor membeli dengan jumlah lot yang sama, yakni 2 lot, dan di kolom kanan investor membeli dengan jumlah dana ynag sama. Pembelian saham dimulai saat IPO PT Telkom dan pembelian selanjutnya dilakukan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli ( dengan harga riil yang diambil dari harga penutupan sebelumnya ). Jumlah harga rata-rata di kolom kiri dan jumlah saham di kolom kanan dibulatkan ke satuan. Dalam praktek hal ini dapat dilakukan karena adanya hambatan fraksi harga dan satuan perdagangan.

Dengan membeli sebanyak 100 lembar secara rutin selama 10x sebagaimana terlihat dalam table, maka seorang investor akan menghabiskan dana sebesar Rp 34.600.000 atau rata-rata Rp 3.460 perlembar. Kalau dibandingkan dengan harga pada transaksi sebesar Rp 3.950, maka investor tersebut memperoleh harga Rp 490 lebih murah. Kalau investor tersebut menjual 10000 lembar saham miliknya, maka ia akan menikmati capital gain Rp 4.900.000

Sedangkan dengan pembelian yang tetap sebesar RP 2.050.000 selama 10x pembelian, maka investor mengeluarkan dana sebesar Rp 10.500.000 dan mendapat saham sejumlah 5228 lembar. Kalau investor tersebut membeli dengan harga pada transaksi terakhir dengan dana Rp 20.500.000 maka jumlah saham yang dia peroleh adlah 5157 lembar, atau 71 lembar lebih sedikit.

Strategi averaging up bisa dimulai pada saat harga saham mencapai titik terendahnya. Harga terendah ini mungkin terbentuk karena saham terseret oleh penurunan pasar secara keseluruhan.

Hindari Averaging Down

Secara sekilas, menggunakan strategi aveaging down saat harga sedang menurun kelihatannya menguntungkan, yakni memeperoleh harga yang lebih rendah untuk saham yang sama. Namun strategi averaging down sering kali bukan langkah terbaik karena investor tidak dapat mengetahui dimana penurunan harga akan berakhir sebelum hal tersebut terjadi.

Implementasi strategi averaging down juga sulit. Pasalnya, investor harus membeli dengan interval yang teratur meskipun harga terus menurun. Investor mungkin dapat menerima penurunan harga 2 atau 3 kali pembelian pertama. Tetapi setelah itu mungkin investor mulai kehilangan kepercayaan atas prospek saham tersebut.

Jika seorang investor mendapati saham yang diakumulasinya menurun harganya secara signifikan setelah 2 atau kali pembelian dan investor tersebut percaya bahwa harga saham tersebut akan menguntungkan untuk jangka panjang, maka langkah yang bisa dilakukannya adalah tetap memegang saham tersebut dan menghentikan pembelian. Sampai kapan? Sampai harga tersebut mencapai level support, di mana pembeli lain masuk pasar dan menghentikan penurunan. Kemudian ketika harga sudah merangkak naik atau ada tanda-tanda mau naik, barulah investor dapat melakukan averaging up. Tanda-tanda apakah harga akan kembali mulai naik dapat dilihat dari harga pasar historic untuk mengetahui level support sebelumnya.

Menemukan batas bawah harga sebuah saham bisa dilakukan dengan teknik perdagangan buy stop order, yakni order untuk membeli saham secepat mungkin saat harga tertingginya terjadi atau terlewati. Dengan teknik buy stop order investor memasang order beli di atas harga perdagangan dengan harapan order ini akan tereksekusi jika harga saham tersebut bergerak ke atas. Teknik ini menegaskan anjuran yang berbunyi : “Belilah saham jika harganya naik. Jika tidak jangan dibeli.”

Memasang buy stop order hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Sebelum melakukannya investor hendaknya sepenuhnya memahami teknik ini. Misalnya jika harga saham tersebut terus turun, maka limit harga dapat diturunkan. Tetapi stategi ini ada risikonya. Jika laba perusahaan turun setelah penurunan harga, maka masa pemulihan bisa berlangsung lama dan itu berarti investor, karena memasang order ini, bisa kehilangan kesempatan memperoleh gain dari saham lain.

Diversifikasi Atas Waktu

Sepanjang menyangkut waktu, ada satu strategi diversifikasi lain yang dapat dilakukan oleh investor, membeli saham untuk time horizon yang berbeda. Bisa dikatakan strategi ini sebagai strategi diversifikasi waktu penjualan. Strategi ini dikembangkan karena dengan investasi pada saham yang sama, untuk jangka waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Seperti terlihat dari pergerakan harga saham Telkom di atas, maka hasil yang diperoleh dari tahun ke tahun akan berbeda.

Dengan kata lain, strategi ini juga berguna untuk menyiasati fluktuasi harga. Penerapan strategi ini sederhana : jika investor membeli saham 200 lot (100.000 lembar) saham PT Telkom saat IPO, maka 20 lot dijual pada tahun pertama, 20 lot lagi tahun kedua, 20 lot lagi tahun ketiga seterusnya sampai habis ( catatan : 1lot = 500lembar 10000 / 50 = 20lot ). Dengan cara ini investor tersebut dapat mengantongi hasil penjualan sebesar Rp 356.250 juta. Sedangkan kalau dijual sekaligus pada transaksi terakhir, maka daan yang akan terkumpul adalah Rp 307.500.000

Tabel 20.2 Diversivikasi Waktu Penjualan





Sisa Saham ( lbr )

Nilai Kas ( Rp )

Beli 100.000 lbr saat IPO

100.000

205.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 96 @ Rp 3.000

90.000

30.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 96 @ Rp 3.525

80000

35.250.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 97 @ Rp 4.075

70000

40.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 97 @ Rp 4.175

60000

41.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 98 @ Rp 2.925

50000

29.250.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 98 @ Rp 4.175

40000

41.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 99 @ Rp 2.700

30000

27.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 99 @ Rp 4.000

20000

40.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 00 @ Rp 3.975

10000

39.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 00 @ Rp 3.075

0

30.750.000

Caveat Emptor

Membeli saham adalah mengantisipasi hasil di masa depan yang belum pasti. Oleh karena itu, adalah bijaksana untuk menerapkan strategi yang membatasi resiko bilamana mungkin. Rencana investasi periodic seperti price averaging tidak menjamin profit atau memberi perlindungan terhadap pasar yang menurun. Dengan melakukan averaging up dan teknik buy stop order, investor dapat mempunyai kontrol atas resiko ini.

Price averaging dapat digunakan dengan baik untuk segala invesatasi portofolio, meskipun strategi ini cenderung bekerja lebih baik di reksa dana. Reksa Dana menguntungkan karena unit penyertaanya dapat dipecah, yang memungkinkan investor membeli dengan jumlah uang tertentu dan tidak harus dengan jumlah unit penyertaan tertentu. Sebaliknya kalau dilakukan di saham maka ada hambatan satuan transaksi, yakni lot, dan fraksi harga. Investasi di reksa dana juga mempunyai keuntungan karena dengan dana yang kecil investor dapat melakukan pembelian.

0 comments: