Mengamati Tanggal Pengumuman Suku Bunga The Fed

Tips : Ikuti tingkat suku bunga The Fed yang diharapkan pasar

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Mengamati Tanggal Pengumuman Suku Bunga Bank Indonesia

Tips : Ikuti tingkat SBI yang diharapkan pasar

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Mengamati Tanggal Pengumuman Inflasi

Biasanya pengumuman angka inflasi bulanan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan yang di mulai tanggal 1, jika hari sabtu atau tanggal merah, maka memakai tanggal kerja selanjutnya.

Cara Memperkirakan Kenaikan Inflasi :

- Jika pada bulan berjalan, harga kebutuhan pokok di sekitar kita semakin tinggi

- Jika pada bulan berjalan, ada tambahan komponen kebutuhan yang harganya, semakin hari semakin tinggi, tapi sebelumnya belum pernah dimasukkan dalam perhitungan seperti minyak goreng, minyak tanah, bensin.

- Jika ada bencana alam (banjir, gempa bumi, kemarau panjang), kerusuhan, memanasnya suhu politik, perang.

- Jika kebutuhan pokok secara global seperti kedelai, beras, jagung, minyak sayur semakin tinggi, tapi di domestik belum terasa, karena masih ada stock cadangan & subsidi dari pemerintah.

Tips : Sebelum pengumuman angka inflasi dari BPS, investor harus mem perhatikan estimasi angka inflasi yang diharapkan pasar dan bandingkan dengan pengamatan investor.

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Main Saham, Siapa Takut ???

Benarkan investasi saham itu lebih banyak ruginya, sehingga

harus dijauhi? Apakah sedemikian menakutkannya pasar saham sehingga tidak cocok

untuk investasi masyarakat awam?

Coba ikuti pengakuan Priyambudi (34 tahun) yang berprofesi sebagai investor

ritel. Awalnya, Pri adalah seorang pekerja kantoran biasa. Namun akhirnya ia

memutuskan untuk ikut nyemplung ke pasar saham.

Pri mengaku gajinya sebagai pekerja kantoran pas-pasan. Atas ajakan seorang

temannya dia ikut membeli saham dengan nimbrung di rekening temannya. Dia lalu

rajin belajar soal saham, mulai dari emiten, hingga perdagangan di pasar.

Untungnya sang teman selalu berpesan jangan serakah, sehingga Pri tidak riskan

mengambil untung kecil Rp 10 atau Rp 25 per saham. Pri juga banyak membaca buku

soal pasar modal, serta belajar pengalaman baik dan buruk dari investor lain.

Dengan ketekunannya, Pri akhirnya bisa mengembalikan modal awal, dan sudah punya

rekening sendiri. Pri kini tinggal memutar uang hasil investasinya yang meskipun

tidak begitu besar tapi bisa bergerak. Kuncinya Pri tidak serakah mengejar

untung besar, dan sangat berhati-hati.

Tapi bukan berarti Pri tidak pernah rugi. Rugi dan untung selalu jarang

beriringan di perjalanan investasinya selama 4 tahun ini, tapi dia berusaha

meminimalisir kerugian. Caranya dengan mengerti prospek saham yang dibeli, tidak

panik, dan tidak buru-buru mencari keuntungan. Kadang Pri harus memegang saham

yang dimiliki hingga 1 tahun lebih karena menunggu harganya membaik agar tidak

rugi.

Jadi apa sebenarnya saham?

Saham adalah produk keuangan di pasar modal. Memiliki saham berarti kita ikut

serta dalam kepemilikan di perusahaan yang menerbitkan sertifikat saham

tersebut. Investor yang berminat membeli saham tempatnya ada di Bursa Efek.

Melalui pedagang dalam hal ini perusahaan sekuritas, investor membeli atau

menjual sahamnya.

Apa untung dan rugi investasi saham?

Yang paling ditunggu investor tentu saja capital gain. Yaitu keuntungan dari

hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Contoh

ketika membeli saham harganya Rp 1.000 dan dijual ketika harga Rp 1.500, jadi

selisih yang merupakan keuntungan investor Rp 500 inilah yang namanya capital

gain.

Capital gain di saham kadang melebihi deposito perbankan, tapi karena

kentungannya tinggi, risiko yang adapun tinggi. Tapi kadang kerugiannya pun juga

sangat besar ketika harga saham jatuh. Contoh ketika membeli saham harganya Rp

1.000 tapi harganya terus turun Rp 750 sehingga investor rugi Rp 250. Biasanya

jika tren harga sedang turun, investor memilih melepas sahamnya atau cut loss.

Pemilik saham juga bisa menikmati dividen yakni keuntungan perusahaan yang

dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya dividen ditentukan dalam rapat umum

pemegang saham (RUPS). Tapi tidak selalu emiten membagikan dividen jika sedang

rugi, atau butuh investasi besar sehingga keuntungan diutamakan untuk ekspansi

usaha.

Investasi saham juga ada risiko likuidasi misalnya ketika perusahaan dinyatakan

bangkrut oleh pengadilan.

Untuk menyiasati risiko dan kerugian, investor saham disarankan untuk mengikuti

perkembangan perusahaan yang dimiliknya. Investor juga disarankan memiliki

rekening sendiri di perusahaan efek, sehingga investasi anda terdata dengan

baik.

Berapa biaya jual dan beli saham yang harus dikeluarkan?

Untuk pembelian biayanya adalah: nilai pembelian saham + (komisi pialang + PPN

10%). Untuk komisi biasanya maksimal 1%.

Contoh investor transaksi beli Rp 5 juta. Komisi 1% dari nilai transaksi atau Rp

50.000 dan PPN 10% dari komisi Rp 5.000. Sehingga biaya yang harus keluar untuk

beli saham Rp 5.055.000.

Sebaliknya kalau menjual saham rumusannya nilai penjualan saham + (komisi

pialang + PPN 10 %) + pajak penjualan sebesar 0,1 % dari nilai penjualan.

Contoh nilai transaksi jual Rp 5 juta. Komisi 1% dari nilai transaksi Rp 50.000.

PPN 10% dari Komisi atau Rp 5.000. dan PPh atas transaksi jual yakni 0,1% dari

nilai komisi Rp 5.000, jadi total biaya jual 60.000. Sehingga dari penjualan

investor mendapat 4.940.000.

Untuk proses penyelesaian jual beli saham ini memerlukan waktu 3 hari atau (T+3)

sejak terjadinya transaksi (T+0). Artinya kalau membeli saham Senin maka anda

akan menerimanya 3 hari kemudian.

Namun perlu diingat, investasi saham tidaklah semulus jalan tol. Banyak faktor

yang bisa membuat pasar saham jatuh, seperti kondisi ekonomi global yang merosot

atau kenaikan inflasi.

Investor dituntut memperbarui ilmunya dan menyesuaikan metode investasinya

dengan dana yang tersedia. Investor juga harus mengendalikan nafsunya untuk

cepat dapat untung. Yang lebih penting tentunya bukan besaran keuntungan tapi

bagaimana mendapat keuntungan yang konsisten bukan cuma sekali-kali sehingga

tidak jadi pecundang.

Seperti jejak orang terkaya di dunia Warren Buffet yang mengaku sabar hingga

puluhan tahun untuk mendapat hasil maksimal. Buffet yang sangat teliti dalam

membeli saham tidak mau membeli saham yang dia tidak paham bisnisnya.

Untuk sebagian investor membeli saham ketika IPO adalah saat yang paling tepat.

Tapi ada juga yang berprinsip belilah saham ketika harganya jatuh tapi hal ini

dinilai berisiko. Justru membeli saham ketika harganya naik memberikan tanda

saham itu berprospek.

Perlu diingat dana untuk bermain saham haruslah dana yang menganggur, jangan

menggunakan dana untuk kebutuhan sehari-hari atau dana hasil utang.

Dengan persiapan dan tingkat kecerdasan finansial yang dimiliki, masihkah main

saham itu menakutkan? Selamat mencoba....

Read More......

Mengejar Instant Gain di Pasar Perdana

Investor individu, khususnya pemula, sering dianjurkan untuk mulai masuk ke bursa saham dengan membeli saham dalam penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), yakni pertama kali saham ditawarkan oleh emiten kepada publik. Mengapa penawaran perdana dianjurkan untuk investor pemula. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh investor tentang proses IPO.

Fungsi Ganda Underwriter

Dalam IPO, sering dikenal dengan go public, emiten tidak bisa menawarkan saham langsung kepada investor tetapi melalui penjamin emisi (underwriter). Dalam rangkaian proses IPO underwriter membantu emiten menyiapkan dokumen, mengurus perizinan, dan menentukan struktur penawaran.

Ketika menjamin sebuah emisi, PE bisa menggunakan sistem full commitment. Dengan sistem ini underwriter menjamin bahwa semua saham yang ditawarkan akan terjual. Kalau investor publik tidak mengambil semua saham yang ditawarkan, maka underwriter akan membeli sisa saham. Bisa juga underwriter menggunakan sistem best effort, dimana underwriter akan mengembalikan saham yang tidak terserap pasar kepada emiten. Umumnya sistem full commitment yang digunakan.

Dalam sistem full commitment, underwriter menghadapi risiko besar, yakni kalau saham yang ditawarkan tidak sepenuhnya terserap pasar (undersubscribed). Pernah misalnya sebuah PE bangkrut setelah menjadi underwriter sebuah IPO yang undersubscribed. Pasalnya, perusahaan ini harus menelan saham yang tidak terjual dalam jumlah besar padahal permodalan PE ini tergolong tipis. Untuk mengurangi risiko tersebut, underwriter umumnya membentuk sindikasi, yang melibatkan satu atau dua underwriter utama (lead underwriter) dan beberapa subunderwriter yang masing – masing memegang porsi penjaminan tertentu. Untuk IPO besar, sindikasi ini menggunakan jasa PE lain untuk menjadi agen penjual yang dibayar dengan fee.

Kegagalan IPO juga menunjukkan kecilnya minat investor atas saham tersebut dan ini menjadi indikasi bahwa sahamnya di pasar sekunder akan sulit naik harganya. Kalau dalam IPO saja peminatnya kecil, maka permintaan saham tersebut di pasar sekunder, yakni saat saham tersebut dicatatkan di bursa efek, juga kecil. Kalaupun ada permintaan baru, maka sangat dimungkinkan kalau underwriter akan melepas saham yang ditelannya, mungkin sampai habis. Namun jarang ada underwriter yang mengakui bahwa IPOnya tidak sukses. Sebagai gantinya mereka akan mengatakan bahwa saham yang ditawarkan habis terjual (fully subscribed), meskipun bisa jadi underwriter atau pihak terkait emiten membeli sisa saham yang terserap di publik. Bahkan ada kalanya mereka masih mengklaim bahwa penawaran mengalami kelebihan permintaan, meskipun kelebihannya sangat kecil.

Di balik potensi risikonya yang besar, penjaminan emisi merupakan bisnis yang menjanjikan bagi PE. Untuk jasanya sebagai underwriter, PE dapat memperoleh komisi yang jumlahnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari dana yang diserap emiten. Selain itu, underwriter juga dapat bertindak sebagai agen penjual saham yang ditawarkan. Dari sini PE dapat memperoleh komisi dari investor yang membeli melalui dia.

Peluang Instant Gain

Sedikitnya ada tiga alasan mengapa IPO dianjurkan bagi investor. Pertama, investor bisa mempunyai garis start yang sama dengan investor lain dalam hal pengenalan terhadap emiten. Hal ini lebih valid sampai akhir 1996, ketika penawaran saham dilakukan setelah pernyataan efektif dari Bapepam. Sampai waktu itu, sebelum dinyatakan efektif, semua dokumen pernyataan pendaftaran IPO diberlakukan sebagai dokumen rahasia.

Dengan alasan meningkatkan keterbukaan, Bapepam memperbolehkan emiten melakukan pemasaran sebelum memperoleh pernyataan efektif. Proses pemasaran bisa berupa penyelenggaraan ekspos publik, pameran keliling (roadshows) atau pertemuan secara langsung (atau bahkan menerima permintaan dari investor). Dalam setiap kegiatan ini informasi seputar emiten mulai diumumkan, meskipun data tentang proyeksi laba (yang akan menentukan harga jual) belum diumumkan.

Bahkan Bapepam mewajibkan emiten mengiklankan prospektus ringkas di surat kabar sebelum masa penawaran di mulai. Dengan demikian, dokumen pernyataaan pendaftaran tidak lagi dianggap sebagi dokumen rahasia. Sehingga, pasar perdana sering kali tidak lebih daripada penyelesaian administratif dari hasil pemasaran yang dilakukan selama masa penawaran.

Alasan kedua, yang lebih penting bagi investor, adalah potensi adanya instant gain, yakni kenaikan harga saham saat dicatatkan (listing) di bursa, yakni kenaikan harga saham saat dicatatkan (listing) di bursa. Ada beberapa penjelasan mengapa potensi instant gain-nya besar. Pertama, untuk menarik minat investor, umumnya saham perdana ditawarkan dengan PER yang lebih rendah daripada rata – rata PER pasar, industri atau saham pesaing yang sudah ada di bursa. Di Indonesia, gejala ini mulai terlihat sejak akhir 1995. Bahkan pada waktu itu ada himbauan untuk menetapkan PER maksimum guna menjamin adanya instant gain sehingga menarik investor baru. Dari kaca mata investor, sebetulnya diskon harga dalam penawaran perdana merupakan cerminan bahwa risiko saham tersebut lebih tinggi dari pada perusahaan pesaing karena emiten yang sedang melakukan IPO ini belum memiliki track record yang memadai, khususnya jika dibandingkan dengan emiten yang sudah ada.

Selain itu, emiten dan underwriter mulai menyadari bahwa menjaga hubungan baik dengan investor adalah penting. Dan instant gain membuka pintu bagi adanya hubungan seperti itu. Bagi emiten hubungan yang baik tersebut akan berguna kalau menerbitkan saham lagi, misalnya dengan right issue, investor tetap membeli. Bagi penjamin emisi, kalau investor senang dengan instant gain sebuah IPO maka investor tersebut mau membeli saham lain yang ia jamin emisinya. Hal ini berbeda sekali dengan go public gaya “hit and run” yang banyak terjadi pada 1989 sampai 1990. Pada waktu itu, harga saham ditetapkan sangat tinggi sehingga emiten mengantongi agio (selisih harga perdana dengan nilai nominal saham) dalam jumlah besar. Ada misalnya saham bernilai nominal Rp 1.000 dan ditawarkan pada harga Rp 17.000. Sering kali emiten tidak memperdulikan nasib saham dan investornya, meskipun setelah listing harga saham tersebut terus merosot untuk menyesuaikan dengan nilai sejati (intrinsic value) dari saham tersebut.

Untuk itu tidak mengherankan kalau emiten dan penjamin emisi akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga harga saham, setidaknya tidak turun dalam penawaran perdana. Langkah yang mereka tempuh bisa dengan membeli sendiri saham yang ditawarkan, baik di IPO maupun setelah listing, untuk memperkecil jumlah saham yang beredar. Mereka juga bisa menerapkan masa lock-up bagi investor tertentu, misalnya yang mendapat penjatahan pasti (fixed allotment). Dalam hal ini investor tidak diperkenankan menjual sahamnya sampai batas yang sudah ditentukan.

Penjatahan Saham

Peluang memperoleh instant gain dari IPO lebih besar kalau aplikasi yang masuk melebihi jumlah saham yang ditawarkan (oversubscription). Kalau ini terjadi maka ada permintaan yang tidak terpenuhi. Dan investor yang gagal memperoleh saham di IPO akan membelinya di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi dengan harga perdana.

Masalahnya adalah bahwa dalam IPO yang oversubscribed ada investor yang tidak mendapat saham sebanyak yang diinginkan. Meskipun uang pemesanan akan dikembalikan, namun peluang memperoleh instant gain menjadi terbatas karena minimnya saham yang diperbolehkan. Dalam hal ini, sering kali ada alasan ketiga mengapa saham IPO dianjurkan untuk investor individu : yakni prioritas dalam alokasi saham.

Sebetulnya proses alokasi saham dalam IPO yang oversubscribed adalah sebagai berikut. Beberapa investor tertentu mendapat hak istimewa berupa penjatahan pasti (fixed allotment), dimana mereka memperoleh jumlah saham seperti yang diinginkan. Karyawan emiten dan investor lembaga yang dianggap mewakili kepentingan publik (seperti reksa dana dan lembaga dana pensiun) misalnya berhak atas penjatahan pasti sepanjang permintaannya tidak melebihi 50% dari emisi. Sebagai kompensasi, investor yang memperoleh hak istimewa ini sering diiikat untuk tidak menjual sahamnya sampai batas waktu tertentu, atau dengan kata lain dikenai masa lock-up period.

Setelah dikurangi penjatahan pasti, barulah sisa saham didistribusikan kepada investor lain. Caranya bisa dengan diundi atau dengan sistem polling secara proporsional. Misalnya masing – masing permintaan akan dipenuhi 50%, dan sisanya akan diundi. Dalam distribusi ini mungkin ada hak khusus bagi investor kecil dengan permintaan sampai 10 lot akan mendapat prioritas, misalnya mendapatkan sebanyak yang mereka pesan. Permintaan di atas itu akan diundi. Bahkan di beberapa negara, IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN) digunakan sebagai mekanisme untuk melakukan pemerataan capital gain, dengan memberikan prioritas kepada investor individu. Selain itu, ketentuan porsi asing sebesar 49% dari saham yang ditawarkan (kini tidak berlaku lagi) merupakan mekanisme yang menguntungkan investor domestik, termasuk investor individu. Inilah alasan ketiga mengapa IPO dianjurkan untuk investor pemula.

Gray Markret dan Joki Saham

Sering kali IPO yang oversubscribed disertai dengan adanya gray market, yakni transaksi saham IPO tersebut yang dilakukan sebelum saham tersebut resmi dicatatkan di bursa efek. Transaksi yang terjadi di gray market akan diformalkan saat listing. Transaksi ini terjadi karena investor beli, menawarkan capital gain kepada investor yang sudah mendapatkan alokasi dalam IPO. Tapi investor harus jeli sebab adanya kalanya gray market tersebut dibuat – buat untuk mengecoh investor lain agar membeli saat listing sehingga ada lonjakan harga saat pencatatan di pasar sekunder.

Investor berpengalaman umumnya bisa mencium IPO mana yang akan sukses besar. Kalau mencium bau instant gain mereka berusaha meningkatkan peluang memperoleh saham dalam proses alokasi dengan mengajukan beberapa aplikasi. Karena setiap aplikasi harus menyertakan kartu identitas diri, mereka bersedia membayar orang lain, atau menggunkaan kartu identitas orang lain, untuk mengajukan aplikasi permintaan saham.

Meskipun IPO cukup menjanjikan, tetapi tidak ada kepastian bahwa saham perdana selalu memberikan capital gain dan emiten atau underwriter akan menjaga harga saham saat pencatatan.

Caveat Emptor

Meskipun IPO merupakan wahana investasi yang menjanjikan, sebaiknya investor bersikap hati – hati. Pada saat itu adalah tidak bijaksana kalau mempercayai sepenuhnya rekomendasi atau pernyataan para penjamin emisi. Pasalnya, mereka mempunyai dua kepentingan yang berseberangan. Di satu sisi mereka membantu menjual saham emiten, tetapi di sisi lain memberi rekomendasi investor agar membeli.

Berikut adalah beberapa poin yang perlu lebih Anda cermati dalam prospektus sebelum mengambil keputusan.

Siapa yang meraup dana? Si pendiri atau perusahaan. Kalau digunakan oleh emiten dana hasil IPO akan digunakan untuk meningkatkan kinerja emiten. Kalau dana diambil pendiri, maka sulit diharapkan ada lonjakan kinerja setelah go public. Tidak adanya dana yang masuk ke kas emiten inilah salah satu sebab melemahnya permintaan PT Bank Central Asia, yang melakukan IPO Mei 2000.

Lihat potensi pertumbuhan emiten. Sebab potensi pertumbuhan emiten inilah yang paling berperanan pada pergerakan harga sahamnya di masa mendatang. Potensi ini umumnya tercermin dari posisi emiten di pasar di mana ia bergerak, bagaimana kualitas dan kinerja produknya di pasar, dan bagaimana kualitas dan kinerja produknya di pasar, dan bagaimana brand name emiten ini. Untuk melihat potensi pertumbuhan emiten ini, mintalah pendapat analis. Cari juga pendapat dua, atau ketiga sebagai perbandingan.

Siapa yang menjalankan perusahaan? Bagaimana kualitasnya? Semakin banyak tenaga professional independent di Dewan Direksi semakin baik. Pasalnya, hal ini mencerminkan adanya “checks and balances’ dalam operasi perusahaan sehari – hari sehingga menghindari kemungkinan adanya mis-manajemen. Kualitas manajemen tidak tampak langsung dalam neraca maupun laporan laba rugi, tetapi menentukan. Perlu dilihat apakah manajemen adalah orang yang sama antara sebelum dan sesudah IPO. Kalau ada perubhan manajemen maka perbandingan kinerja menjadi tidak relavan.

Angka tetap penting. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan menyusul krisis moneter, investor perlu memberi perhatian ektra pada arus kas emiten dan rasio utangnya. Dalam sistem kurs devisa mengambang, jumlah utang dalam bentuk valuta asing akan menentukan kinerjanya nanti.

Cermati historis calon emiten dan bandingkan dengan kinerja perusahaan di sektor industri yang sama dan ukuran bisnis yang sama. Mana yang lebih baik dan lebih berprospek.

Siapa underwriter-nya dan bagaimana track record-nya. Pelaku pasar kawakan akan tahu perusahaan efek mana yang bertangan dingin dalam menjamin IPO dan mana yang tidak. Sering kali juga, pemjamin emisi hanya menaruh perhatian pada kinerja saham emiten dalam jangka pendek dan memandang kinerja emiten pasca IPO bukan bagian dari program mereka.

Kalau saat pencatatan harga sahamnya benar – benar naik, maka pernyataan berikutnya barangkali adalah : apakah kenaikan harga saat listing karena saham dijual dengan harga diskon, terdorong oleh kondisi pasar atau karena digerakkan oleh emiten dan underwriter. Sebab, seperti terlihat dari grafik, ada saham yang naik tajam saat listing tetapi setelah itu terus turun. Pernyataan ini perlu diajukan oleh investor yang ingin memegang saham tersebut untuk jangka panjang.

Read More......

The “Warren Buffett” Way


Bila saja tujuh keajaiban dunia bisa ditambah dan tidak hanya terdiri dari karya arsitektur, tapi juga orang, maka Warren Buffett boleh diusulkan sebagai salah satunya. Bayangkan saja, dalam sekitar 29 tahun, ia bisa meroketkan modalnya dari 100 dolar AS menjadi 57,4 miliar dolar AS pada Mei 1999. Forbes, majalah ekonomi kelas dunia, pada 2008 menempatkan Buffett sebagai pengusaha terkaya.

Keping-keping uang Buffett diperoleh dari keuntungan sesudah membeli perusahaan-perusahaan terdaftar di pasar modal yang dapat diakses setiap investor. Karena itu pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal.

Warren Buffett dilahirkan di omaha pada tanggal 30 Agustus 1930 dijuluki sebagai "Si Bijak dari Omaha" atau "Sang penasihat dari Omaha", adalah seorang investor, pebisnis, dan juga seorang filantopis., Nebraska. Ayahnya bernama Howard Buffett, seorang broker saham dan juga anggota DPR AS. Ibunya bernama Leila Buffett. Sejak kecil Buffett sudah diajarkan tentang bisnis dan matematika, terutama matematika kompleks yang dia kuasai dengan cepat. Dia juga banyak membaca buku tentang bisnis dan pasar modal sejak dini.

Pada usia 11 tahun, dia sudah bekerja pada broker ayahnya, pada tahun yang sama juga dia membeli saham pertamanya yaitu saham Cities Services seharga $38,25 per lembar. Setelah itu, dia menjual kembali saham tersebut seharga $40. Beberapa tahun kemudian, harga saham yang telah dia jual mencapai $200 per lembar. Hal itu menyebabkan Buffet berpikir untuk tidak terburu-buru untuk melepas sahamnya. Pada umur 14 tahun, saat Buffet masih duduk di banku SMA, dia memulai bekerja dengan memasang mesin pinball di tempat potong rambut, dan dari keuntungan usaha sebesar $ 1200 dia membeli 40 ha tanah pertanian yang akhirnya dia sewakan pada petani lokal. Meski dia tergolong anak yang pandai disekolah, tapi Buffett malah berpikir bahwa sekolah bukan tempat untuk mengasah naluri bisnis dan wirausaha yang mengalir dalam darahnya.

Ia mulai lagi dengan menjadi loper koran, lalu bergabung dengan Wilson Coin Op, sebuah perusahaan pembuat mesin pinball. Dan yang pasti, Buffet mendapatkan pendapatan pasif dari uang sewa yang dibayarkan oleh petani yang menyewa tanahnya. Saat dia lulus dengan nilai terbaik dari 20 besar dikelasnya, Buffet mempunyai simpanan uang sebesar $5000. Kala itu usianya masih 16 tahun. Seringkali Buffet membantu ayahnya dengan bantuan finansial dan dia juga membiayai sekolahnya sendiri.

Pada tahun 1947, saat Buffet lulus SMA dari Washington, DC's Woodrow Wilson High School, Warren Buffet mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi di University of Pennsylvania, kemudian dia pindah ke University of Nebraska. Semasa kuliah, dia pernah membaca buku Benjamin Graham's The Intelligent Investor yang membuka kesadaranya untuk segera memulai investasi.
Buffett mendapatkan gelar Master Ekonomi pada Columbia Business School. Disana Buffet sempat diajar oleh Benjamin Graham, Walter Schloss dan Irving Kahn yang merupakan investor berpengaruh pada masa itu. Filosofi bisnis Buffett sangat dipengaruhi oleh buah pemikiran dari Philip Fisher. Setelah mendapat nilai A+ pada mata kuliah Analisa Ekonomi dengan dosen Benjamin Graham, Buffet bertemu dengan Graham-Newman. Sebelumya Buffet bekerja pada broker ayahnya sebagai salesman sampai suatu ketika ia bertemu Graham yang belakangan memberinya posisi pekerjaan pada tahun 1954. Buffet kembali ke Omaha dua tahun kemudian, ketika itu Graham mengundurkan diri dari jabatannya.

Buffett mengumpulkan kekayaan yang berlimpah dari sebuah perusahaan investasi yang bernama Berkshire Hathaway, dimana dia juga sebagai pemegang saham terbesar merangkap sebagai CEO diperusahaan tersebut. Dengan jumlah kekayaan bersih (kira-kira) sebesar US$ 52 milyar, dia menduduki peringkat ketiga terkaya didunia berdasar survey pada April 2007 dibawah Bill Gates dan seorang pebisnis asal Meksiko yang bernama Carlos Slim Helú.

Sesuai dengan komitmen yang telah ia buat sebelumnya, pada bulan Juni 2006 Buffett menyumbangkan 83% hasil keuntungan usahanya pada Bill and Melinda Gates Foundation. Total donasi Buffett kala itu mencapai $30 milyar, sebuah pencapaian donasi terbesar dalam sejarah Amerika. Dana tersebut merupakan dua kali dana yang biasa dikumpulkan yayasan Bill and Melinda Gates Foundation.

Meskipun memiliki kekayaan dalam jumlah besar, Buffett lebih dikenal sebagai orang yang sederhana dan hemat. Pernah suatu kali dia mengeluarkan dana $ 9,7 juta dari usaha Berkshire sebagai klausul dengan perusahaan jet pada tahun 1989, dia membuat sebuah lelucon yang berjudul "Sebuah hal yang tidak dapat dipertahankan" karena kritik yang dilontarkan sebelumnya kepada CEO lain tidak dipertimbangkan karena nilai kontrak tersebut amat tinggi. Saat ini Buffett masih tinggal dalam kesederhanaan di kompleks Dundee, dekat Omaha, Nebraska. Rumah tersebut ia beli seharga $ 31.500. Dia juga pernah menjual sebuah rumah mewah miliknya di Laguna Beach, California senilai $ 700.000.

Pada tahun 2006 gaji tahunannya adalah sebesar $ 100.000, yang nilainya lebih kecil dibandingkan gaji eksekutif lain di perusahaan sejenis. Sekedar informasi, gaji CEO yang perusahaannya terdaftar dalam S&P500 rata-rata sebesar $9 juta setahun pada tahun 2003. Terlepas dari hal itu semua, nama Buffett terdaftar sebagai 100 Orang Berpengaruh di Dunia versi majalah Time.

Buffett mendirikan perusahaannya yang pertama pada tahun 1956 yang bernama Buffett Associates, Ltd. Modal usahanya kala itu adalah $100.000 dari Buffet dan $ 105.000 dari gabungan mitra usaha yang terdiri dari keluarga dan teman-teman Buffet.

Lalu, Buffett juga mendirikan beberapa kerjasama usaha yang kemudian digabung menjadi Buffett Partnership Limited. Kala itu ia menjalankan bisnisnya dari tempat tidur. Dia sibuk menyusun pendekatan investasi dan struktur pembagian hasil usahanya. Investasinya saat itu merugi 30% selama tahun 1956-1969.

Buffet mempunyai tiga pendekatan dalam hal SDM :
1. Umum : menilai saham berdasar karakteristik dan tingkat pengembalian dan resikonya.
2. Menengah : SDM diluar lingkup pekerjaan usaha, seperti bagian Merger, Akuisisi, likuidasi,dll.
3. Pengendalian : Seperti membangun unit usaha, dan juga dengan pemegang saham.

Pada bulan September 2005, Bill Gates dan Warren Buffet, dua orang terkaya AS dan terkaya di dunia, duduk bersama para mahasiswa Universitas Nebraska. Disana mereka diberondong pertanyaan dari para siswa dimana disini dua orang kaya ini menunjukkan sikap terbuka akan tanggung jawab mereka untuk menggunakan kekayaan demi tujuan memperbaiki dunia.

Daripada “pensiun” dan tidak melakukan apapun, dua orang yang luar biasa kaya ini secara aktif mengejar pekerjaan yang mereka rasakan penting. Ketika Warren Buffet, pria 77 tahun ditanyai apa yang akan dikerjakan 10 tahun mendatang dari sekarang, dia mengatakan : “Saya akan melakukan persis dengan apa yang saya lakukan sekarang karena saya sekarang melakukan persis apa yang saya sukai”.
Sedang Bill Gates khusus menghabiskan 2 minggu dalam setahun agar dirinya dapat focus membaca dan memikirkan berbagai “proposal ide dan gagasan” yang dikirim orang kepadanya. Dia amat berkepentingan mendapatkan “amanat” dari berbagai proposal itu dan tidak ingin kehilangan untuk melihat kesempatan baru.

Seorang muda menanyai Warren Buffet tentang apa pendapatnya tentang sukses. Warren menjawab bahwa dia berpikir sukses itu memiliki banyak orang yang mencintainya ketika ia menjadi semakin berumur. Warren ingin mengatakan bahwa dia telah melihat orang yang membuat banyak uang namun berakhir dengan tidak seorangpun yang mengasihinya.

Orang-orang ini kelihatnya berpikir secara berbeda dibandingkan kebanyakan orang Amerika.

Jika anda benar-benar menemukan pekerjaan yang anda sukai, pensiun menjadi kehilangan maknanya. Jika anda menemukan tujuan dalam pekerjaan anda, uang akhirnya hanya menjadi produk sampingan. (nat)

Dua Guru Buffett
Warren Buffett mengaku mengagumi pula, selain Benjamin Graham, Philip Fisher. Dua orang yang dianggap sebagai maha guru oleh Buffett memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham lebih dikenal dengan strategi investasi nilai. Saat memilih saham, Graham selalu mendasarkan pada analisis fundamental keuangan perusahaan dan strategi diversifikasi. Artinya, Graham menekankan pada kriteria kuantitatif, selalu mencari saham yang harga pasar jauh di bawah harga wajar.

Sebaliknya, Philip Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Menurut Fisher, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, lihat dulu tim manajemen pengelolanya, bagaimana cara perusahaan tersebut dikelola. Buffett melihat, ada kesamaan dari kedua orang pakar tersebut. Keduanya sukses dan sama-sama berpikir jangka panjang untuk setiap investasi. Graham misalnya menganjurkan agar investor memilih saham yang layak dipegang, meski pun pasar saham mendadak tutup besok. Sedangkan Fisher memberi contoh lewat cara dia memegang saham Texas Instrument, yang dibeli sejak awal perusahaan tersebut melakukan private placement. Nah, Buffett sang brilian, mencoba menggabung strategi Graham dan Fisher. Sebelum menentukan pilihan, dia akan meriset perusahaan tersebut habis-habisan, mulai dari sisi bisnis, manajemen, finansial dan pasar. Dengan dasar riset tersebut Buffett mengerti benar tentang perusahaan-perusahaan yang hendak dibelinya. "Belilah perusahaan sederhana dan mudah dipahami. Kinerja masa lalunya konsisten dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan," pesannya kepada para investor.

Pakem investasi itu diterapkan oleh Buffett ketika membeli saham Coca-Cola, Gillete, dan Walt Disney. Coca-Cola perusahaan yang paling disukai oleh Buffett, karena memiliki merek dagang yang sangat kuat dan menguasai pangsa pasar dominan.

Ketiga korporasi andalan Buffett memang bernasib sial pada 1998. Tapi, itu bukan berarti habis. Waktu memilih Coca-Cola, Buffett bukan tidak melihat bahwa akan ada pesaing yang muncul kemudian. Justru ia berasumsi, dengan munculnya produk baru, maka para pemasar Coca-Cola akan semakin gencar memasarkan produknya. Minimal akan mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, manajemen keuangan akan mampu mengoptimalkan laba.

Inti dari semua itu, Buffett lebih berpikir tentang investasi jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya dikenal dengan baik. Alasan itu pula yang membuat ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft. Padahal semua orang kini melihat ekspansi Microsoft di dunia ini. Ketergantungan pengguna komputer terhadap Microsoft begitu tinggi, barangkali mirip dengan apa yang dilakukan Coca-Cola. Tapi sekali lagi, meski pun Bill Gates pemilik Microsoft adalah sahabat dekat Buffett, tapi ia tak berminat membeli saham Microsoft. Buffett tak memahami produk tersebut.

Perlu dicatat juga, Buffett tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business not share). Misalnya, terhadap Coca-Cola yang jatuh pada 1998-1999, ia tetap bersandar pada tren jangka panjang. Menurut asumsinya, setelah penurunan itu Coca-Cola bukan hanya akan memperbaiki kinerjanya. Kondisi mutlaknya, manajemen harus memenuhi tiga syarat. Pertama, mereka harus rasional. Kedua terbuka kepada pemegang saham. Ketiga, menolak untuk meniru praktik dan kebijakan manajemen perusahan lain, tanpa memedulikan kesesuaian nalar. Sikap berpikir jangka panjang itu pula yang membuat ia kerap melawan apa yang terjadi di pasar. Menurutnya pasar muncul setiap hari dan menawarkan pada harga berapa Anda membeli dan menjual. Harganya berubah-ubah tak menentu.

"Pasar bertugas melayani Anda bukan membimbing Anda. Dompetnya dan bukan kearifannya yang Anda butuhkan," katanya suatu saat. Kejutan-kejutan bukan hanya ditunjukkan Buffett lewat model investasinya di pasar modal. Itu juga terjadi dalam kehidupan pribadinya. Beberapa pekan lalu, kita dibuat tercengang dengan keputusannya untuk menyumbangkan 85 persen kekayaan, sekitar 34 miliar dolar AS kepada yayasan milik Bill Gates sahabatnya. Keputusan itu didasarkan atas pesan Susan sebelum wafat dua tahun lalu. "Berikan sebagian kekayaan kita kepada publik."

Cara Buffett Memilih Saham
Kemampuan Warren Buffett memilih saham yang bernilai di bawah harga pasar, merupakan bukti hidup yang mengagumkan. Beberapa ahli mengatakan, kemampuan itu sekaligus menjadi bukti kegagalan teori akademis yang meyebutkan bahwa pasar bersifat efisien. Artinya harga saham berkait erat dengan informasi yang beredar di publik tentang perusahaan terkait.

Menurut Buffett, pasar kerap salah menentukan harga. Pasalnya harga pasar kerap ditentukan oleh emosi para investor. Padahal emosi para investor bersifat jangka pendek, sementara dalam jangka panjang pasar justru akan mengikuti fundamental perusahaan.

Lantaran itu seperti ditulis Robert G Hagstroom Jr dalam The Warren Buffett Portfolio (1999), Buffett lebih memilih fokus kepada beberapa saham ketimbang harus menyebar investasi ke banyak saham perusahaan. “Pilih beberapa saham yang kemungkinan besar akan menghasilkan tingkat pengembalian di atas rata-rata dalam jangka panjang. Pusatkan investasi Anda pada saham-saham tersebut. Kuatkan mental Anda dari godaan fluktuasi harga pasar. Begitu penjelasan Buffet dalam buku tersebut. Persoalannya bagaimana investor harus menentukan saham pilihannya. Yang dilakukan Buffett sebelum menentukan pilihan berpatokan pada empat prinsip: bisnis, finansial dan pasar.

Buffett selalu membeli perusahaan yang bisnisnya sederhana dapat dipahami. Perusahaan memiliki kinerja masa lalu yang konsisten dan juga memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dasar inilah yang membuat Buffett tidak mau masuk ke Microsoft. "Jika Anda tak memahami bisnis suatu perusahaan, Anda tak dapat membuat penilaian rasional terhadap nilai investasinya." Selain itu, manajemen perusahaan harus memiliki tiga persyaratan, yaitu harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak meniru manajemen perusahaan lain dan harus mengalokasikan uang perusahaan ke investasi yang memiliki nilai tambah bagi pemegang saham.

Buffett akan membeli perusahaan yang tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham. Selisih laba mesti tinggi dan setiap dolar yang ditahan oleh perusahaan, perusahaan dapat menciptakan minimal sedolar nilai pasar perusahaan.

Buffett hanya membeli saham jika harganya menarik. Maksudnya, adalah saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar hasil analisis, dengan dasar perusahaan itu beroperasi terus dan sehat. Selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Marjin ini juga jadi salah satu sumber keuntungan jika saham kembali ke harga normal.

Read More......

Warren Buffett : Legenda Pasar Modal


Bila Anda salah satu orang yang gemar bermain saham, pastilah mengenal satu nama yang sudah sangat terkenal di kalangan pialang saham dunia. Namanya bahkan dianggap legenda dan telah menjadi mahaguru di dunia saham. Yah, dialah Warren Buffet. Saking sudah melegenda, pria kelahiran Omaha, Nebraska Amerika ini dijuluki "Sage of Omaha" atau " Oracle of Omaha" alias seorang peramal dari Omaha. Pria yang sudah berusia 70 tahun lebih ini dianggap sebagai orang yang bisa memprediksikan saham apa saja yang naik, dan saham apa saja yang turun. Kapan harus mengambil, atau kapan harus menjual, semuanya seolah sudah ada dalam "pengetahuannya". Karena itu, apa yang dikatakan tentang dunia saham, akan selalu diikuti oleh banyak orang.

Tapi, tahukah Anda bahwa Warren Buffet selain dikenal sebagai investor dan pebisnis ulung, juga dikenal sebagai seorang filantrofis sejati? Seorang filantrofis adalah dermawan yang memberikan sebagian penghasilannya untuk kepentingan sosial. Dalam hal ini, Warren benar-benar menjadi seorang yang sangat peduli pada hal-hal yang berbau sosial. Tak tanggung-tanggung, ia mendermakan uang yang tercatat sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah, yakni senilai 30 miliar dolar Amerika, kepada Yayasan Bill and Melinda Gates. Ini setara dengan sekitar 80 persenan kekayaan yang dimilikinya saat ini. Dengan sumbangan sebesar itu, bisa dikatakan ia hanya mewariskan sedikit bagian kekayaannya pada ketiga anaknya kelak. Dalam hal ini, Warren mempunyai sebuah ungkapan bijak, "Saya memberikan bagian yang cukup kepada anak-anak saya sehingga mereka merasa bisa melakukan apa saja, namun saya tidak memberikan lebih sehingga mereka merasa tidak harus melakukan sesuatu (untuk mendapatkan yang diinginkannya)."

Inilah bentuk pendidikan kemandirian yang dicontohkan Warren pada kita semua. Yakni, jangan sampai memanjakan anak meski kita hidup berlebihan. Sebab, anak-anak pun sebenarnya punya tanggung jawab masing-masing untuk kehidupannya kelak. Dan, mungkin memang hal ini juga yang pernah ditekankan ayah Warren, Howard Buffet, yang juga seorang pialang saham. Karena itu, sejak usia belasan tahun, Warren yang dikenal sangat cerdas di bidang matematika, sudah mulai mencoba mandiri dengan bermain saham. Kala itu, ia membeli saham Cities Services seharga 38.25 dolar per saham. Dan, ia segera menjualnya saat saham itu naik menjadi 40 dolar. Sebuah keuntungan yang lumayan besar baginya saat itu. Tapi, ia kemudian merasa menyesal, karena dalam setahun, saham itu sebenarnya mampu mencapai nilai 200 dolar. Maka, sejak saat itulah, ia mendapat pelajaran, bahwa bermain saham harus panjang jangka waktunya. Hal ini pulalah yang dipegang saat ia menjadi raja saham dan membeli Berkshire Hathaway, sebuah unit usaha yang kini telah berhasil dikembangkannya hingga punya anak usaha lebih dari 60 jenis usaha!

Meski kini diklaim sebagai orang terkaya dunia (Forbes 2008), Warren selalu menekankan pola hidup yang sederhana. Bahkan, sangat sederhana. Betapa tidak. Ia hidup bersahaja dengan hanya tinggal di rumah yang nilainya cuma 31 ribu dolar yang hanya memiliki tiga kamar tidur. Padahal, jika ia mau, dengan kekayaannya Warren bisa membeli beberapa istana sekaligus.

Tak hanya itu. Sampai kini ia pun masih sering menyetir sendiri mobilnya. Bahkan, ketika harus bepergian, ia tidak menggunakan pesawat jet pribadi layaknya konglomerat lain. Padahal, ia memiliki perusahaan rental pesawat jet pribadi sebagai salah satu unit bisnisnya. Selain menerapkan pola hidup sederhana, ia pun menerapkan manajemen yang sangat bersahaja untuk semua bisnisnya. Ia memberi kepercayaan penuh pada semua manajer perusahaannya. Ia hanya menulis sebuah surat setahun sekali ke CEO dari perusahaan-perusahaan tersebut. Isinya tentang tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Ia memberi dua perintah kepada CEO-nya. Peraturan pertama : Jangan sampai merugikan uang pemilik saham. Peraturan kedua: Jangan lupa peraturan nomor satu. Hasilnya? Tidak diragukan lagi. Seperti yang dilihat banyak orang, kekayaannya mencapai 52 miliar dolar lebih. Tapi, itu semua tak menyilaukannya. Ia justru asyik berderma dengan tanpa berusaha memamerkan kekayaannya.

Apa yang dilakukan Warren Buffet memang tak bisa diragukan lagi. Dirinya sudah menjadi legenda yang dihormati sebagai pengusaha bidang saham dan aneka bisnis lainnya. Namun, satu hal yang harus kita contoh, yaitu sikap sederhana dan kedermawanannya. Ia merasa, bahwa apa yang diraihnya akan lebih berguna jika disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Semangat dan keteladanan inilah yang patut kita contoh agar sukses yang kita raih benar-benar dapat memberi manfaat bukan hanya pada diri kita, namun juga bagi orang di sekitar kita.

Read More......

Analisa Fundamental Pasar Uang

Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, politik, keuangan, untuk memperhitungkan nilai tukar mata uang suatu negara terhadap nilai tukar mata uang negara lain.

Setiap berita baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan ekonomi dapat merupakan suatu faktor fundamental yang penting untuk dicermati. Berita-berita itu dapat berupa berita yang menyangkut perubahan ekonomi, perubahan tingkat suku bunga, pemilihan presiden, pemberontakan dalam suatu pemerintahan negara, bencana alam, dan lain-lain.

Faktor-faktor fundamental yang sifatnya luas dan kompleks tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori besar, yaitu :

Faktor ekonomi
Dalam menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi fundamental perekonomian suatu negara, indikator ekonomi adalah salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dan merupakan bagian penting dari keseluruhan faktor fundamental itu sendiri. Indikator-indikator ekonomi yang sering digunakan dalam analisa fundamental, yaitu :

Gross National Product
Gross National Product adalah total produksi barang dan jasa yang diproduksi oleh penduduk negara tersebut baik yang bertempat tinggal/ berdomisili di dalam negeri maupun yang berada di luar negeri dalam suatu periode tertentu

Gross Domestic Product
Gross Domestic Product adalah penjumlahan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara baik oleh perusahaan dalam negeri maupun oleh perusahaan asing yang beroperasi di dalam negara tersebut pada suatu waktu/ periode tertentu
Inflasi

Seorang trader akan selau memperhatikan dengan seksama perkembangan tingkat inflasi. Salah satu cara pemerintah dalam menanggulangi inflasi adalah dengan melakukan kebijakan menaikkan tingkat suku bunga. Penggunaan tingkat inflasi sebagai salah satu indikator fundamental ekonomi adalah untuk mencerminkan tingkat GDP dan GNP ke dalam nilai sebenarnya.

Nilai GDP dan GNP riil merupakan indikator yang sangat penting bagi seorang trader dalam membandingkan peluang dan resiko investasinya di mancanegara. Berikut ini adalah indikator-indikator inflasi yang biasanya digunakan oleh para trader :

Producer Price Index (PPI)
PPI adalah index yang mengukur rata-rata perubahan harga yang di terima oleh produsen domestic untuk setiap output yang dihasilkan dalam setiap tingkat proses produksi. Data PPI dikumpulkan dari berbagai sektor ekonomi terutama dari sektor manufaktur, pertambangan, dan pertanian.

Consumer Price Index (CPI)
CPI digunakan untuk mengukur rata-rata perubahan harga eceran dari sekelompok barang dan jasa tertentu. Index CPI dan PPI digunakan oleh seorang Trader sebagai indikator untuk mengukur tingkat inflasi yang terjadi.

Balance of Payment
Balance of Payment adalah suatu neraca yang terdiri dari keseluruhan aktivitas transaksi perekonomian internasional suatu negara, baik yang bersifat komersial maupun finansial, dengan negara lain pada suatu periode tertentu.

Balance of Payment ini mencerminkan seluruh transaksi antara penduduk, pemerintah, dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi expor dan impor, investasi portofolio, transaksi antar Bank Sentral, da lain-lain. Dengan adanya Balance of Payment ini kita mengetahui kapan suatu negara mengalami surplus maupun defisit. Secara garis besar Balance of Payment dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

Current Account
Neraca perdagangan dapat diartikan aliran sebagai aliran bersih dari total expor dan impor barang dan jasa merupakan penerimaan atau penghasilan.

Dengan adanya expor maka kita akan menerima sejumlah uang yang nantinya akan menambah permintaan terhadap mata uang negara pengexpor. Begitu juga sebaliknya pada impor barang dan jasa. Dengan adanya impor kita harus mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar barang dan jasa yang kita impor. Hal ini akan menambah penawaran akan mata uang negara pengimpor.

Aliran Modal
Aliran modal ini dapat dibagi menjadi2 bagian yaitu investasi langsung dan investasi tidak langsung. Pada investasi langsung, investor dari luar negeri melakukan penanaman uang dalam aset riil misalnya saja membangun pabrik, gedung perkantoran dll.

Investasi ini biasanya bersifat jangka panjang. Sedangkan investasi tidak langsung dapat kita temui didalam investasi instrument keuangan. Misalnya seorang investor melakukan pembelian saham atau obligasi di bursa Indonesia. Maka investor tersebut harus menukarkan mata uangnya ke rupiah supaya dapat membeli saham ataupun obligasi di Indonesia.

Employment
Employment adalah suatu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang kondisi rill berbagai sektor ekonomi. Indikator ini dapet dijadikan alat untuk menganalisa sehat/tidaknya perekonomian suatu negara.

Apabila perekonomian berada dalam keadaan full capacity/kapasitas penuh, akan tercapai full employment. Namun , jika perekonomian dalam keadaan lesu, tingkat pengangguran pun meningkat. Tingkat Employment ini adalah indikator ekonomi yang sangat penting bagi psar keuangan pada umumnya dan pasar valuta asing khususnya.

Faktor politik
Faktor politik, sebagai salah satu alat indikator untuk memprediksi pergerakan nilai tukar, sangat sulit untuk diketahui timing/waktu terjadinya secara pasti dan untuk ditentukan dampaknya terhadap fluktuasi nilai tukar.

Ada kalanya suatu perkembangan politik berdampak pada pergerakan nilai tukar, namun ada kalanya tidak membawa dampak apa pun terhadap pergerakan nilai tukar.

Faktor keuangan
Faktor keuangan sangat penting dalam melakukan Analisa Fundamental. Adanya perubahan dalam kebijakan moneter dan fiskal yang diterapkan oleh pemerintah, terutama dalam hal kebijakan yang menyangkut perubahan tingkat suku bunga, akan membawa dampak signifikan terhadap perubahan dalam fundamental ekonomi. Perubahan kebijakan ini juga mempengaruhi nilai mata uang.

Tingkat suku bunga adalah penentu untama nilai tukar suatu mata uang selain indikator lainnya seperti jumlah uang yang beredar. Aturan umum mengenai kebijakan tingkat suku bunga tingkat suku bunga ini adalah semakin tinggi tingkat suku bunga semakin kuat nilai tukar mata uang.

Namun, kadang kala terdapat salah pegertian bahwa kenaikan tingkat uku bunga secara otomatis akan memicu menguatnya nilai tukar maa uang domentik. Perhatian terhadap suku bunga ini terutama harus dipusatkan pada tingkat suku bunga riil, bukan pada tingkat suku bunga nominal. Ini karena perhitungan tingkat suku bunga riil telah menyertakan variabel tingkat inflasi di dalamnya.

Faktor Eksternal
Faktor eksternal dapat membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap nilai tukar suatu negara. Perubaha ekonomi yang terjadi dalam suatu negara dapat membawa dampak (regional effect) bagi perekonomian negara-negara lain yang terdapat dalam kawasan yang sama.

Dalam era global asset allocation, arus portofolio modal tidak lagi mengenal batas-batas wilayah negara. para fund manager, investor, dan hedge funds yang melakukan investasi secara global, sangat mencermati perubahan ekonomi, bukan hanya dalam lingkup satu negara, melainkan juga meluas hingga ke dalam lingkup satu kawasan/regional tertentu.

Read More......

Fundamental Analysis

Analisa Fundamental adalah studi tentang ekonomi, industri, dan kondisi perusahaan untuk memperhitungkan nilai dari saham perusahaan. Analisa fundamental menitikberatkan pada data-data kunci dalam laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah di apresiasi secara akurat.
Secara umum untuk menganalisa perusahaan dengan menggunakan analisa fundamental terdiri dari 4 langkah yaitu:
Menghitung kondisi ekonomi secara keseluruhan
Kondisi ekonomi dipelajari untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham. Apakah tingkat inflasi tinggi atau rendah? Apakah suku bunga naik atau turun? Apakah konsumen yakin atau ragu-ragu dalam mengeluarkan uang? Apakah neraca perdagangan untung atau rugi? Apakah supply uang naik atau turun?

Ini adalah sebagian pertanyaan seorang fundamental analis menanyakan untuk memperhitungkan jika kondisi ekonomi secara keseluruhan baik untuk pasar saham

Menghitung kondisi industri secara keseluruhan
Industri di mana perusahaan berada secara langsung mempengaruhi masa depan perusahaan tersebut. Bahkan saham yang paling baik pun dapat menghasilkan pengembalian yang pas-pasan jika mereka berada dalam industri yang sedang payah . Biasanya saham yang lemah dalam industri yang kuat lebih disukai daripada saham yang kuat dalam industri yang lemah

Menghitung kondisi perusahaan
Setelah melihat dari sisi ekonomi dan industri kita perlu memperhitungkan kesehatan keuangan sebuah perusahaan. Jika sebuah perusahaan yang telah kita analisa secara ekonomi dan industri itu baik tapi kita tidak menghitung kondisi perusahaan tersebut maka akan sia-sia lah semua analisa fundamental yang kita lakukan.

Karena pasar saham adalah pasar ekspektasi dimana semua pemegang saham mengharapkan perusahaannya selalu menghasilkan laba yang pada akhirnya laba ini akan di bagikan kepada pemegang saham yang kita kenal dengan istilah deviden.

Walaupun tidak semua pemegang saham tidak mengharapkan pembagian deviden ini karena pada dasarnya keuntungan yang diperoleh dari permainan saham ini bukan hanya deviden, tetapi ada juga yang di sebut dengan capital gain yaitu keuntungan yang diperoleh dari fluktuasi harga saham yang biasanya diharapkan oleh investor yang memiliki time horizon yang pendek.

Menghitung kondisi perusahaan biasanya dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

Rasio secara garis besar di bagi dalam 5 kategori utama antara lain, yaitu :

profitability (keuntungan), price (harga), liquidity (likuiditas), leverage (dukungan), dan efficiensi (efisiensi). Berikut penjelasan penggunaan ratio dan cara menghitungnya :

Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio profitability yang dihitung dengan membagi keuntungan bersih dengan total penjualan.

Net Profit Margin = Net Profit/Total Sales

Rasio ini menunjukan keuntungan bersih dengan total penjualan yang dapat di peroleh dari setiap rupiah penjualan.

Sebagai ilustrasi, apabila profit margin sebuah perusahaan adalah 30% jumlah keuntungan yang dapat diperoleh dari setiap Rp 1000 adalah Rp 300

Price Earning Ratio / PER
Price earning ratio /PER adalah rasio price yang dihitung dengan membagi harga saham saat ini dengan Earning Per Share( EPS), EPS sendiri merupakan rasio yang menunjukan berapa besar keuntungan yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.

Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.

EPS = Net Profit /Jumlah saham

PER = Harga Saham/EPS

PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan kali. Bagi para investor semakin kecil PER suatu saham semakin bagus karena saham tersebut termasuk murah.

Book Value / Nilai Buku
Nilai Buku adalah rasio price yang dihitung dengan membagi total aset bersih ( Aset - Hutang ) dengan total saham yang beredar

Book Value = Total Ekuitas (Aset - Hutang)/Jumlah Saham yang beredar

Book Value digunakan untuk melihat harga suatu securitas apakah overpriced atau underprice

Price to Book Value (PBV)
Price to book value atau PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Makin Tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut.

PBV = Harga Saham/Book Value

Current Ratio
Current Ratio adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aset saat ini dengan hutang saat ini.

Current Ratio = Aset Saat Ini/Hutang Saat Ini

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawab hutang saat ini. Semakin tinggi rasionya, semakin tinggi likuiditas perusahaan tersebut. Sebagai contoh, rasio 3.0 mempunyai arti bahwa aset saat ini jika dilikuidasi, akan cukup membayar 3 kali dari hutang saat ini.

Debt Ratio
Debt rasio adalah rasio leverage yang dihitung dengan membagi total hutang dengan total aset.

Debt Ratio = Total Utang/Total Aset

Rasio ini mengukur seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Sebagai contoh, debt ratio 40% menunjukkan bahwa 40% dari aset dibiayai oleh hutang.

Hutang bisa berarti buruk bisa juga berarti bagus. Selama ekonomi sulit dan suku bunga tinggi, perusahaan yang memiliki debt rasio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan, sebaliknya juga selama ekonomi baik dan suku bunga rendah hutang dapat meningkatkan keuntungan

Inventory Turnover
Inventory turnover adalah rasio efficiency yang dihitung dengan membagi biaya barang yang terjual dengan inventaris.
Inventory Turnover = Biaya Barang Yang Terjual/Inventaris

Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan mengatur inventarisnya, yaitu dengan menunjukkan berapa kali turn over inventaris selama satu tahun. Jenis rasio ini sangat bergantung pada jenis industri di mana perusahaan berada.

Sebagai contoh, toko penjual makanan akan mempunyai tingakt turn over yang jauh lebih tinggi daripada pabrik pembuat pesawat terbang. Sama seperi rasio-rasio yang lain, adalah penting untuk membandingkan rasio ini dengan rasio dari perusahaan-perusahaan yang lain dalam industri yang sama

Menghitung nilai saham perusahaan
Setelah memperhitungkan kondisi ekonomi, industri, dan perusahaan. Seorang fundamental analis dapat mulai memperhitungkan apakah saham suatu perusahaan overvalued, undervalued, atau pas harganya. Beberapa model penilaian telah disusun untuk membantu kita menghitung nilai saham. Ini menyertakan model deviden yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari pendapatan yang diharapkan, dan model aset yang menitikberatkan pada nilai saat ini dari aset perusahaan.

Read More......

Technical Analysis

Analisa teknikal merupakan sebuah metode yang paling dasar dalam investasi di dunia stock market.

Prinsipnya, analisa teknikal adalah kombinasi antara studi harga (pembukaan, harga tertinggi/terendah, dan penutupan) dengan menggunakan grafik-grafik/charts yang terbentuk sebagai peta utama untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.

Analisa teknikal yang di gunakan saat ini mencakup prinsip-prinsip seperti tren harga, harga melakukan diskon pada semua informasi yang diketahui, konfirmasi dan penyimpangan (divergence), volume mencerminkan perubahan harga, dan dukungan tahanan (support/resistance).

Analisa teknikal pertama kali di temukan oleh Charles Dow, dan sumbangan Charles Dow dalam analisa teknikal yang digunakan saat ini tidak dapat diabaikan.

Perhatiannya pada dasar-dasar gerakan harga menciptakan metode yang betul-betul baru dalam menganalisa pasar

Indikator-indikator populer dalam TA

Moving Average.
Moving average (pergerakan harga rata-rata) merupakan salah satu indikator dalam TA yang paling populer dan sederhana, karena sangat mudah mengimplementasikannya dalam sebuah analisa.

Moving average adalah pergerakan harga rata-rata dari suatu saham dalam sebuah durasi waktu.

Ada banyak variasi aplikasi metode rata-rata bergerak yang digunakan dalam analisa teknikal. Antara lain Simple Moving Average, Weigthed Moving Average, Exponential Moving Average.

Penggunaan ketiga alat indikator tersebut sama saja. Hanya tingkat sensitifitas yang diberikan masing-masing indikator tersebut yang berbeda.

Beberapa aturan-aturan umum yang harus diperhatikan dalam analisa yang menggunakan indikator moving average adalah :

MA > Data Aktual berarti signal bearish, harga akan turun
MA <> MA Panjang berarti signal bullish, harga akan naik
MA Pendek < color="red">Moving Average Convergence Divergence (MACD)

Moving Average Convergence Divergence (MACD) adalah formulasi teknikal analis yang pertama kali dikembangkan oleh Gerald Appel. Bagi banyak pemain pasar, MACD juga dikatakan sebagai salah satu alat analisa yang paling sederhana dan cukup handal digunakan dalam mengambil keputusan selama perdagangan di lantai bursa.

Dibandingkan dengan Moving Average (MA), perbedaannya adalah, dalam analisa MA dapat kita analisa sebagai indikator kenaikan ataupun penurunan harga secara langsung, sementara pada analisa yang menggunakan indikator MACD, output yang di hasilkan oleh MA tidaklah langsung dapat di analisa, namun terlebih dahulu, diolah sebelum dijadikan sebuah indikator momentum yang akan mengindikasikan perubahan trend harga.

Relative Strength Index (RSI)
Indikator Relative Strength Index (RSI) ini menghitung perbandingan antara daya tarik kenaikan dan penurunan harga, yang di terjemahkan kedalam indikator yang mempunyai selang penilaian antara 0-100. Beberapa informasi yang dapat kita peroleh dari analisa dengan menggunakan RSI adalah :

Konfirmasi kejadian overbought / oversold
Konfirmasi kejadian positif atau negative divergence
Konfirmasi dominasi gerakan, yaitu apakah dominan kenaikan atau dominan penurunan

Stochastic Oscillator
Stochastic Oscillator adalah sebuah alat analisa yang dikembangkan pertamakali oleh George C. Lane pada akhir 1950-an. Alat analisa ini adalah salah satu momentum oscillator yang menunjukkan posisi close pada saat ini (current) terhadap posisi close beberapa waktu lalu.

Closing level yang konsisten berada pada kondisi puncak (peak) mengindikasikan terjadinya accumulation (buying pressure), sedangkan sebaliknya closing level yang konsisten berada pada bottom, mengindikasikan terjadinya distribution (selling pressure).

Beberapa informasi yang di hasilkan dari analisa stochastic oscillator ini adalah :

Informasi Overbought/oversold
Indikasi perubahan momentum apabila terjadi crossing
Divergence positif dan divergence negatif

Bolinger Band
Bolinger Band merupakan salah satu indikator yang dapat membantu para analisis dalam membandingkan volatility dan harga relatif dalam satu periode waktu pada TA.

Bolinger band terdiri dari 3 garis utama. Garis teratas di namakan upper band, garis tengah di namakan middle band dan yang paling bawah disebut lower band.

Middle band sendiri merupakan hasil pergerakan dari simple moving average. dan upper dan lower band adalah 2 kali standar deviasi dari middle band. Sinyal yang di hasilkan dari analisa ini antara lain adalah:

Double bottom buy; adalah apabila sebuah harga ketika harga menembus batas bawah (lower band) dan tetap berada diluar batas bawah pada periode berikutnya.
Double top sell; adalah apabila sebuah harga ketikamenembus batas atas (upper band) dan tetap berada di luar batas atas pada periode berikutnya.
Pada saat terjadi penyempitan band perhatikan harga breakout setelah keluar dari masa konsolidasi biasanya akan terjadi lonjakan harga yang signifikan.

Untuk mengetahui pergerakan pasar, traders perlu melakukan analisa teknikal terlebih dahulu untuk menentukan posisi buy, sell dan juga untuk menentukan titik entry prices serta exit points.
Untuk melakukan analisa itu para trader menggunakan bantuan software analisa teknikal seperti Metastock yang populer dipergunakan dalam menganalisa pergerakan harga saham.

Read More......

Bergabunglah dengan Kelab Investasi

Ini kasus nyata. Sebuah kelompok beranggotakan 10 profesional muda dari berbagai latar belakang profesi mengadakn pertemuan sebulan sekali. Tempat pertemuannya berpindah – pindah dari rumah satu anggota ke anggota yang lain. Sesekali mereka berkumpul di tempat – tempat wisata. Selain untuk bersosialisasi, setiap anggota kelompok mengumpulkan sejumlah uang.

Anda mungkin menduga bahwa kelompok tersebut mengadakan arisan, sebuah aktivitas sosial yang sangat umum. Memang mirip, tetapi bukan. Mereka adalah anggota sebuah kelab investasi (Investment Club). Kelab ini menghimpun uang dari anggotanya – anggotanya dan menginvestasikan dana yang terkumpul di pasar modal.

Di Indonesia, kelompok ini belum populer, tetapi jumlahnya semakin hari semakin banyak. Di beberapa negara, kelompok seperti ini banyak jumlahnya dan beberapa di antaranya sangat terkenal, sebagian karena usianya yang sudah tua atau kinerjanya yang mampu melebihi benchmark bahkan melebihi kinerja yang di capai fund manager professional. Banyak juga kelab investasi yang beranggotakan wanita.

Tetapi Bagaimana Prosesnya?

Sebuah kelab investasi umumnya dibentuk dengan ikatan yang sangat longgar. Seperti kasus di awal tulisan, kelab tersebut dibangun di atas dasar saling percaya. “Kami baru mulai dan dana yang kami kelola masih kecil sehingga kami belum memandang perlu untuk mengubah menjadi lembaga yang berbadan hukum,” kata salah seorang anggotanya.

Anggota kelompok tersebut mengatakan, setiap anggota kelab menyetor sejumlah dana wajib dalam jumlah yang tidak terlalu besar setiap kali pertemuan. Selain itu, anggota bisa menyetorkan dana sukarela. Untuk penghitungannya, dana yang masuk akan dihitung secara proporsional.

Sebagai contoh, kelab tersebut dibentuk dengan modal awal Rp 10 juta, dengan setiap anggota menyetor Rp 1 juta, atau 10%. Setelah sebulan, pada saat pertemuan rutin, katakanlah dana tersebut berkembang menjadi Rp 11 juta. Artinya, uang setiap anggota berkembang menjadi Rp 1,1 juta, dengan porsi kepemilikan tetap sama, 10%. Kalau pada saat itu semua anggota menyetor dana wajib, katakanlah Rp 100.000,- maka dana berkembang menjadi Rp 12 juta, masing – masing dengan kepemilikan 10%.

Selain dana wajib, setiap anggota boleh menambah dana investasi secara sukarela. Misalkan, dalam bulan itu ada dua anggota yang masing – masing memasok Rp 1 juta, maka total dana yang terkumpul menjadi Rp 14 juta. Pada saat ini dana milik dua anggota yang memasok secara sukarela menjadi Rp 2.200, atau 15,7%, yakni Rp 2,2 juta dibagi Rp 14 juta. Sedangkan dana milik delapan anggota yang lain masing – masing Rp 1,2 juta, atau 8,6%.

Sampai tahap tertentu, mekanisme pengumpulan dana penghitungan dan kelab investasi ini mirip seperti yang berlaku reksa dana. Bedanya, pembeli reksa dana akan menjadi investor pasif, yang tidak mengontrol dananya. Investor reksa dana menyerahkan pengelolaan dananya kepada fund manager yang bekerja di perusahaan pengelola reksa dana yang bersangkutan. Di kelab investasi, semua anggota terlibat secara aktif, mulai dari pengelolaan dana dan sekuritas sampai pada pengelolaan administrasinya.

Mari kita lihat bagaimana kelab investasi beroperasi. Seperti dilakukan kelab investasi dalam ilustrasi ilustrasi di atas, selama periode tertentu kelab menunjuk dua orang yang bertindak sebagai fund manager, yang akan melakukan transaksi saham. Namun demikian, keputusan investasi dilakukan bersama – sama. Namun demikian, keputusan investasi dilakukan bersama – sama. Untuk keperluan transaksi, kelab tersebut menggunakan akun salah seorang di perusahaan efek, karena nilai investasi masih terlalu kecil untuk membuka akun sendiri. Kelab membuka sebuah akun simpanan di sebuah bank dengan menggunakan nama salah seorang anggota.

Bergabunglah dengan Asosiasi Investor Sekuritas

Di Amerika Serikat ada lembaga yang bernama the National Association of Investors Corporation (NAIC), sebuah organisasi non-profit yang dibentuk oleh dan untuk masyarakat investor sekuritas. Ada kelab investasi anggota NAIC yang sudah berusia 40 tahun dan mayoritas kelab investasi mampu memperoleh kinerja yang lebih baik daripada Indeks S&P 500.

Aktivitas NAIC yang utama adalah membantu investor individu dalam berinvestasi di sekuritas. Bahkan NAIC juga mempunyai sebuah program agar investor individu kelas teri dapat membeli saham dengan biaya murah. Selain itu, NAIC juga membantu individu membentuk serta mengoperasikan kelab investasi.

Di Indonesia lembaga seperti NAIC juga ada meskipun masih sangat terbatas perannya, yakni Masyarakat Investor Sekuritas Indonesia (MISI).

Caveat Emptor

Keterbatasan dana dapat menjadi alasan penting untuk membentuk sebuah kelab investasi. Tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah menjadikan kelab sebagai tempat bagi anggotanya belajar tentang cara berinvestasi yang benar. Pertemuan bulanan misalnya dapat dijadikan wahana diskusi tentang konsep investasi atau perkembangan pasar modal yang banyak diberitakan media massa. Nantinya, saat pengetahuan dan dana terkumpul cukup banayak, anggota bisa membentuk portofolio investasinya sendiri atau bahkan dapat menjadi fund manager professional. Banyak pengelola dana kelas dunia memulai karirnya dari kelab investor.

Agar dapat beroperasi secara efektif, jumlah anggota yang ideal sebuah kelab investasi adalah antara 10-20 orang.Tetapkan jumlah setoran serendah mungkin sehingga tidak ada alasan bagi seseorang untuk tidak menjadi anggota kelab. Dari sini, syarat utama menjadi anggota adalah kesediaan untuk bekerja, belajar dan bergerak bersama dengan anggota lain mengembangkan dana bersama.

Karena kelab investasi melibatkan banyak orang maka semua anggota harus siap bekerja keras agar dapat mengambil manfaat sebesar – besarnya dan menangani masalah yang mungkin timbul. Oleh karena itu kelab harus mengembangkan mekanisme internal untuk menyelesaikan perbedaan yang mungkin timbul. Hilangkan peluang yang memungkinkan adanya ketidakpercayaan dengan mengurangi peluang untuk timbulnya kecurigaan. Misalnya, lakukan audit secara bersama – sama atas asset kelab yang ada. Selain itu, anggota kelab perlu memahami bahwa gain mungkin tidak diperoleh pada tahun – tahun pertama.

Read More......

Hindari Overtrading

Berdagang saham dan derivatifnya dapat membuat kecanduan, persis seperti berjudi. Bagi mereka ini, hari terasa tidak lengkap tanpa satu atau dua transaksi.

Ada satu cerita tentang seorang investor yang kecanduan untuk melakukan transaksi pada opsi index S&P 100, yang sering disebut pada indeks OEX. Selama tiga tahun, investor ini berransaksi antara dua sampai lima kali sehari. Secara berturut – turut investor ini kehilangan US$10,000 setiap tahun. Ketika bagian compliance di perusahaan efek tempat ia membuka akun menghentikan transaksinya, tak urung nasabah tersebut kecewa berat. Kekecewaan terbesarnya bukanlah karena kehilangan uang tetapi karena dipaksa untuk menutup akun sehingga tidak dapat melakukan transaksi lagi.

Seperti karena kecanduan, investor yang melakukan transaksi saham karena dorongan kebiasaan umumnya tidak membawa hasil. Paling bagus mereka dapat mencapai break even point, karena gain yang diperoleh banyak digunakan untuk membayar fee transaksi. Sering kali mereka seperti menggunakan mesin judi : menaang sekali dan terus bermain sampai koin kemenangan habis. Atau kalau tidak, seperti bertaruh pada satu atau lebih kuda di pacuan kuda untuk menutupi kerugian atau menambah kemenangan.

Kegagalan utama dari sistem kompulsif (transaksi karena dorongan kebiasaan) adalah kehilangan peluang yang disebabkan karena menutup posisi terlalu cepat. Sebenarnya, investor dapat mempunyai ide investasi yang benar tetapi ia tidak memberikan waktu bagi idenya untuk bekerja. Dengan kata lain, investor cenderung tergesa – gesa menutup posisi, padahal potensi gain yang diperolehnya belum maksimal. Atau kalau tidak, investor menjadi sangat rentan terhadap fluktuasi harga harian. Sebetulnya, kalau investor menunggu dengan lebih sabar beberapa hari, posisinya mungkin akan berubah menjadi menguntungkan.

Overtrading dan Churning

Kecanduan bertransaksi dapat menimpa siapa saja. Bentuk dan kadarnya bisa berbeda. Misalnya, ada investor yang semakin sering bertransaksi (misalnya, dari sekali seminggu menjadi tiga kali seminggu). Atau, frekuensi transaksinya sama tetapi jumlah uang yang duputar semakin lama semakin besar. Atau keduanya, semakin sering bertransaksi dan semakin besar dananya setiap kali transaksi. Tetapi pendorong dari peningkatan nilai dan frekuensi transaksi ini adalah dorongan hati, bukan karena pertimbangan rasional. Pada akhirnya, investor menjadi kecanduan dan melakukan transaksi lebih banyak daripada yang seharusnya (overtrading).

Tansaksi yang berlebihan sering kali bukan karena investor kecanduan, tetapi karena anjuran dari pialang yang menginginkan gain pribadi berupa komisi. Transaksi berlebihan yang dimotivasi oleh keinginan pialang memperoleh gain pribadi dari komisi ini sering disebut churning. Dalam hal ini kepercayaan investor disalahgunakan oleh pialang. Pialang memberikan rekomendasi untuk melakukan transaksi yang tidak cocok atau tidak sejalan dengan kondisi keuangan nasabah, kecanggihan berinvestasi atau tujuan berinvestasi. Namun hasil akhir dari keduanya tetap sama: aktivitas tersebut menghasilkan tagihan komisi bagi pialang dan perusahaan efek.

Read More......

Berinvestasilah Jangka Panjang, Kelola Portofolio Secara Aktif

Berinvestasilah untuk jangka panjang. Nasihat investasi ini sering dianjurkan bagi calon investor saham. Alasannya sangat masuk akal. Dengan berinvestasi jangka panjang investor dapat menghindari penurunan harga saham karena faktor – faktor teknis, seperti sentimen pasar yang lemah, aksi profit taking, dan mungkin manipulasi harga.

Perubahan harga saham akibat faktor – faktor teknis ini umumnya tidak berlangsung lama. Dengan demikian, investor yang mempunyai time horizon jangka panjang tidak akan terjebak untuk menjual sahamnya ketika harganya mengalami tekanan temporer karena faktor teknis tersebut. Bahkan, karena sentimen yang tidak favorable misalnya, saham semiten bagus pun akan turun kalau pasar secara keseluruhan turun.

Alasan kedua adalah bahwa berinvestasi di saham untuk jangka panjang lebih menjamin hasil investasi. Seperti di instrument lainnya, time horizon yang panjang dapat membuat compounding effect bekerja maksimal. Selain itu, ada kepercayaan di antara para pelaku pasar bahwa investasi saham untuk jangka panjang akan mampu memberikan hasil investasi lebih besar daripada yang dapat diberikan oleh instrumen investasi lain.

Lain di AS, Lain di Indonesia

Benarkah saham mampu memberikan hasil investasi lebih besar daripada instrumen investasi lain? Jawabannya bisa benar dan bisa salah. Benar kalau pertanyaan tersebut ditujukan kepada dunia investasi di AS, tetapi tidak benar kalau di Indonesia. Di AS, seperti ditunjukkan oleh Susan Karp dalam bukunya Smart Guide to Profiting from Mutual Fund (1998), selama periode 70 tahun sejak 1926 hasil investasi di bursa efek Wall Street melampaui hasil dari instrument investasi lain deposito, sertifikat deposito, obligasi, reksa dana, dan tentu saja inflasi.

Mengapa harga saham pasti naik untuk jangka panjang? Dalam jangka panjang, pergerakan harga saham tidak bisa lain kecuali dipengaruhi oleh unjuk kerja emiten yang bersangkutan. Kalau emitennya sehat, dikelola dengan hati-hati oleh manajemen yang cakap maka emiten tersebut akan memberikan laba yang bagus. Bagusnya kinerja emiten ini pada gilirannya akan mendorong harga saham emiten tersebut ke atas. Sebaliknya, kalau kinerja emiten terus menurun maka perusahaan tersebut akan bangkrut dan likuidasi. Sejalan dengan itu tidak akan ada investor yang berminat atas saham tersebut, sehingga sahamnya menjadi kertas tidak berharga.

Begitu juga, harga saham secara keseluruhan di sebuah bursa akan ditentukan faktor fundamental ekonomi di mana bursa tersebut berada. Jika ekonomi suatu negara terus menurun, maka mata dagangan yang ada (yakni saham dan efek lain) menjadi tidak bagus sehingga diminati investor. Kalau kondisi ini berlangsung terus menerus, maka pada akhirnya bursa tersebut akan berhenti beroperesi. Maka dari itu, ketika sebuah bursa mengalami kemunduran misalnya berkurangnya emiten dan merosotnya harga saham tetapi masih beroperasi berarti lebih banyak pelaku bursa yang mempunyai optimisme bahwa kondisi akan membaik. Memang, bursa saham adalah tempat berkumpulnya orang – orang yang mempunyai optimisme.

Gunakan Manajemen Portofolio

Sebetulnya peluang bagi investor di BEI untuk dapat memperoleh hasil investasi yang lebih besar dari suku bunga deposito tetap terbuka. Peluang ini terbuka bagi investor yang mengelola portofolio – sekumpulan surat berharga yang diperdagangkan di bursa secara teratur – secara aktif sebagaimana para fund manager professional melakukannya.

Strategi pengelolaan secara aktif ini berarti bahwa aktivitas investor tidak berhenti setelah membeli saham. Sebaliknya, pembelian hanyalah sebagian kecil dari proses pengelolaan portofolio. Saham – saham yang dibeli hendaknya dipantau perkembangannya, baik harganya di pasar dan kekuatan pendukungnya, yakni kinerja emiten penerbit saham tersebut. Banyaknya emiten yang dilikuidasi selama krisis moneter menjadi pelajaran bahwa kekuatan fundamental sebuah emiten bisa berubah bilamana ada perubahan kondisi ekonomi makro atau karena mis-manajemen.

Ada satu teknik yang biasa digunakan oleh para fund manager professional. Mereka umumnya menyisihkan sebagian dari portofolionya untuk trading guna menurunkan leverage. Penerapannya mudah. Bila ada kenaikan harga karena faktor teknis, mereka menjual sebagian saham untuk merealisasi capital gain. Nanti kalau ada penurunan harga, misal karena adanya aksi profit taking, mereka membeli saham tersebut. Dengan teknik ini maka fund manager dapat mempertahankan porsi kepemilikan saham tersebut, tetapi dengan harga beli yang lebih rendah.

Caveat Emptor

Berinvestasi untuk jangka panjang adalah bijaksana. Namun untuk mencapai hasil maksimal di BEI, maka strategi tersebut harus dilengkapi dengan manajemen portofolio yang bagus. Seleksi saham hendaknya dilakukan secara saksama dan saham yang dibeli harus dipantau perkembangannya dan dievaluasi.

Meskipun dianjurkan untuk bermain jangka panjang, tetapi investor hendaknya tidak memegang saham tersebut selamanya. Investasi jangka panjang juga bukan berarti membeli beberapa saham dan menyimpannya sampai time horizon-nya habis, apakah 10 atau 15 tahun lagi.

Masalah pertama dalam menerapkan strategi ini adalah memberi definisi pada frase jangka panjang. Berapa lama sebenarnya time horizon investor dapat dikatakan jangka panjang? Ini tergantung antara lain pada kondisi investor. Adalah memungkinkan bagi investor dengan dana besar untuk mempunyai time horizon jangka panjang, katakanlah 10, 15, atau 20 tahun. Tetapi bagi investor dengan modal kecil, karena tuntutan likuiditas sulit membenamkan modalnya untuk 5 tahun. Begitu juga, bagi para speculator – menurut batasan John moody, barangkali waktu setahun tergolong lama. Spekulator ini dengan mudah akan memindahkan dananya ke tempat lain yang memberikan hasil terbaik dalam tempo singkat, apakah itu di pasar uang atau intrumen lain, jika mereka mendapati bahwa bursa saham sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan bagi mereka.

Masalah lain yang mungkin dihadapi investor adalah dalam mengelolan portofolio. Memilih satu atau beberapa dari ratusan saham merupakan pekerjaan yang melelahkan, memakan waktu, tenaga, dan biaya. Begitu juga dengan proses pemantauan dan evaluasi portofolio. Kalau investor tidak mempunyai waktu untuk melakukannya, menyerahkannya pengelolaannya kepada manajer investasi professional merupakan pilihan yang lebih baik. Atau kalau tidak, investor dapat berinvestasi di saham tetapi melalui unit penyertaan Reksa Dana Saham.

Read More......

Investasikan Waktu, Sebelum Uang

Pasar modal adalah labirin : jalan di mana orang mudah masuk, lalu tersesat dan sulit ke luar. Secara sarkastis, investor sering memelesetkan pasar modal menjadi “pasar modar”. Maksudnya, investor yang masuk bukannya meningkat kekayaannya tetapi malah berkurang.

Kedua ilustrasi di atas menggambarkan sisi gelap bursa efek dari kaca mata investor. Memang, berinvestasi di pasar modal berisiko besar sebanding dengan potensi hasilnya. Namun, investor sering kali mendapati bahwa risiko yang mereka tanggung ternyata tidak sebanding dengan potensi hasilnya. Pasalnya aksi investasi mereka tidak dengan hati – hati dan tidak dengan cara yang benar. John Moody, menyamakan investor seperti ini dengan penjudi bodoh yang ikut bermain di meja roulette.

Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan investor adalah tidak memahami betul apa yang mereka lakukan. Akibatnya, mereka masuk ke perangkap yang di pasang oleh pelaku pasar lain, apakah itu investor, emiten atau pialang, yang menggunakan trik tertentu yang sering kali melanggar peraturan demi memperoleh keuntungan abnormal. Kurangnya pengetahuan ini menjadi risiko tambahan bagi investor.

Cari Informasi Sebelum Berinvestasi, Bukan Sesudahnya

Sebelum berinvestasi di saham (atau sarana investasi lain) investor seharusnya menginvestasikan waktunya terlebih dahulu untuk memahami seluk beluk dunia yang akan dimasukinya. Dalam konteks saham sebagai instrument investasi, pemahaman investor mencakup apa itu saham, bagaimana menilai saham, bagaimana memprediksi potensi hasil dan potensi risiko serta kendalanya.

Selain itu, investor juga perlu mempelajari mekanisme perdagangan saham dan bursa di mana perdagangan terjadi. Yang tidak kalah penting adalah mengenali trik – trik perdagangan yang digunakan oleh pelaku pasar. Hal ini penting karena pasar juga mengantung potensi hasil dan risikonya sendiri. Semakin akrab investor dengan aksi pasar dan pada saham yang diminati, semakin besar kemungkinannya untuk sukses.

Banyak orang merasa enggan mempelajari seluk – beluk pasar modal. Pasalnya, aktivitas tersebut menyita waktu dan energi serta dapat mengarah pada kebingungan dan frustasi. Alih – alih mereka menempuh jalan pintas, dengan mengandalkan pada pertimbangan dan kebijaksanaan penasihat investasi. Atau, yang lebih parah, mereka hanya ikut – ikutan teman atau saudara.

Masalahnya, menggantungkan sepenuhnya pada kebijaksanaan para penasihat investasi tidaklah bijaksana. Banyak kasus menunjukkan bahwa ketika membrikan nasihat, para penasihat investasi lebih bersemangat menjual daripada melayani kepentingan nasabah. Namun demikian nasihat investasi tetap diperlukan sebagai titik acuan membuat kebijakan inveatsi , bukan diiikuti sepenuhnya.

Meniru kebijakan investasi orang lain juga tidak bijaksana. Sebab bisa jadi kebijkan investasi tersebut tidak cocok, karena perbedaan kondisi finansial, tujuan investasi, dan preferensi terhadap risiko.

Pahamilah Pergerakan Harga Saham

Salah satu hal yang perlu dipahami oleh investor adalah memahami pasar. Pasar saham terus bergerak dengan modal investor sebagai bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar semakin cepat mesin bursa saham bergerak. Adapun arah gerakan pasar ditentukan oleh interaksi investor. Jika lebih banyak investor pembeli daripada penjual, harga sahm (baik saham individual maupun saham secara keseluruhan) akan naik. Jika lebih banyak penjual daripada pembeli, harga jatuh. Sangat sederhana. Yang membuat masalah ini menjadi sulit adalah menjawab sebuah pertanyaan yang juga sederhana : mengapa dan kapan investor membeli dan menjual saham? Mengapa investor tidak membeli saham dan menyimpannya saja sampai nilainya meningkat?

Salah satu pendorong investor untuk masuk ke pasar, entah membeli atau mejual, adalah adanya antisipasi atas kejadian masa depan. Dalam hal ini, sering investor melihat ke depan 6 atau 12 bulan lagi ketika melakukan transaksi, tetapi tidak selalu. Jika indeks harga saham turun 10% atau lebih salam satu sesi, investor jangka panjang sekalipun akan mengesampingkan dahulu apa yang mungkin terjad dalam 6-12 bulan mendatang. Sebaliknya, mereka lebih peduli pada apa yang mungkin terjadi dalam beberapa menit ke depan.

Faktor Nyata, Dibayangkan, dan Diciptakan

Pertanyaannya kemudian : apa yang diantisipasi investor? Jawaban atas pertanyaan ini adalah jelas, harapan semua investor saham, yakni dividen dan capital gain. Kedua hal ini kan tersedia kalau emiten mencetak laba. Dengan dasar apa investor membuat antisipasi? Michael D. Sheimo dalam bukunya Stock market Rules, memilahnya menjadi tiga : faktor nyata, dibayangkan, dan diciptakan.

Pertama, faktor nyata (real factor). Faktor nyata paling kuat yang menggerakkan saham individual dan pasar saham secara keseluruhan adalah apa yang mempengaruhi hasil investasi yakni suku bunga dan laba emiten. Perubahan suku bunga akan mengubah peta hasil investasi. Perubahan suku bunga juga mempengaruhi kinerja emiten.

Kedua, faktor yang dibayangkan (imagined factor). Faktor yang dibayangkan dapat berupa opini dari ekonom atau analis mengenai kuat lemahnya bursa saham dan ekonomi di mana bursa tersebut berada.

Ketiga, faktor yang diciptakan (fabricated factor) adalah aksi investor untuk menjual atau membeli saham bukan karena kedua faktor di atas. Misalnya order jual yang dipasang oleh investor dengan maksud mengetes kekuatan pasar.

Harga Saham Selama Krisis Moneter

Ketiga faktor di atas dapat terlihat dengan jelas menekan harga saham di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter sebagaimana terlihat dari perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG), indikator perubahan harga saham secara keseluruhan di BEJ. Pada 8 Juli 1997, beberapa hari sebelum krisis moneter mulai melanda Indonesia. IHSG bertengger pada level 740,85 poin, angka tertinggi sepanjang sejarah BEJ. Namun sejak itu indeks menunjukkan kecenderungan penurunan sampai ke level 398,04 di akhir 1998.

Seperti diketahui, krisis moneter mulai melanda pertengahan Juli 1997 dan memuncak pada 1998. Selama waktu itu, real factor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah depresiasi rupiah terhadap hampir semua mata uang dunia dan lonjakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia beberapa kali lipat, yang diiikuti lonjakan suku bunga simpanan hingga pernah mencapai 70%. Penutupan 16 Bank 1 November 1997 menegaskan pelaku pasar bahwa industri perbankan sangat rapuh sehingga tidak mampu mendukung pembangunan.

Imagined factor muncul ketika para analis yakin bahwa sebagian besar atau hampir semua emiten akan mengalami penurunan laba bersih, antara lain karena membengkaknya beban bunga dan kerugian selisih kurs. Imagined factor juga muncul ketika pakar ekonomi dan politik berpendapat bahwa krisis moneter tidak akan cepat selesai karena masuknya unsur politik. Sakitnya Soeharto menimbulkan spekulasi akan adanya pergantian kepemimpinan nasional, yang kemudian memang terjadi dengan lengsernya Soeharto akhir Mei 1998 menyusul adanya tragedi Trisakti. Janji pemerintah transisi Habibie untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1999 menimbulkan kekhawatiran akan adanya instabilitas politik sehingga pembangunan ekonomi terganggu. Akibatnya investor ragu – ragu membeli saham meskipun harganya sudah rendah.

Fabricated factor terjadi ketika ada penjualan besar-besaran oleh reksa dana. Pada waktu itu banyak pengelola reksa dana terpaksa menjual saham dalam jumlah besar untuk menutupi kewajibannya. Ini terlihat dari penurunan nilai aktiva bersih reksa dana dari Rp 8,34 triliun menjadi Rp 3,125 triliun pada 1998. Jadi mereka menjual bukan semata mata karena kedua faktor pertama,. Penuruanan harga yang tajam dapat membuat limit sell order, order jual yang dipasang di bawah harga pasar, jadi tereksekusi. Harga saham pun turun lebih tajam.

Arah Pergerakan Pasar

Dalam kondisi normal pasar terus berlangsung dan tidak pernah diam. Pergerakannya bisa menuju 3 arah : bergerak ke atas, mendatar, atau menurun.

Pasar Bergerak ke Bawah. Turunnya harga saham dapat terjadi karena beberapa hal serius seperti penurunan laba, memburuknya ekonomi makro, penurunan country risk atau pengurangan pembobotan oleh lembaga tertentu. Harga saham (pasar) mungkin mengalami penurunan karena alasan yang tidak begitu serius seperti koreksi pasar, profit taking atau adanya berita negatif yang mempengaruhi sentimen investor untuk menjual secara besar – besaran.

Kalau investor memegang saham yang harganya jatuh, akan berguna baginya untuk mencari tahu penyebab penurunan tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari media massa, internet, atau menelepon emiten atau pialang. Dengan mengetahui sebab – sebab penurunan harga saham yang dipegangnya, investor dapat menentukan sikap apakah ingin membeli lebih banyak, tetap memegang atau menjual sebagian atau seluruhnya.

Jika riset investor dan proses seleksi sahamnya valid, maka harga saham tersebut dapat segera pulih dan bahkan bergerak ke titik tertinggi baru. Ketika harga saham jatuh, mungkin akan muncul investor baru lain yang akan membeli saham tersebut karena melihat harganya sudah murah sekali (at bargain). Jika banyak pemburu barang murah (bargain hunter) muncul, maka penurunan harga akan berhenti. Tetapi penurunan harga, seperti yang terjadi selama krisis moneter, dapat berlangsung lama. Munculnya bargain hunter sering tidak mampu menahan tekanan jual sampai harga menyentuh dasar (bottom), level dimana harga berhenti turun dan mengambang atau berbalik arah.

Saham Bergerak Mendatar. Harga saham dapat bergerak mendatar. Mengapa? Jika satu saham tidak bergerak sedangkan secara keseluruhan pasar bergerak naik, tentu ada faktor negatif yang menghambat pergerakan saham tersebut. Dalam hal ini investor perlu mencari tahu apakah ada imagined factor yang negatif yang membuat investor kehilangan minat, ataukah saham tersebut merupakan permata yang belum diasah, atau belum ditemukan.

Permata yang belum diasah dapat mengalami lonjakan harga bahkan dengan adanya publikasi kecil. Banyak investor mengikuti strategi mencari permata ini, tetapi mereka yang sering berakhir di perusahaan yang dijalankan dengan baik tetapi tidak disukai pasar. Umumnya perusahaan jenis ini bagus, tetapi memiliki potensi pertumbuhan terbatas. Banyak investor besar lebih suka dengan perusahaan dengan pertumbuhan yang tidak terbatas.

Saham Bergerak ke Atas. Harga saham dapat bergerak naik kalau sebagian besar investor merasa yakin bahwa dividen dan capital gain menunggu mereka di depan. Keyakinan ini bisa muncul kalau kondisi makro ekonomi kondusif bagi emiten untuk mencetak laba. Dalam pasar yang mengalami kecenderungan menaik, pencatatan sebuah saham ke bursa dapat menggerakkan investor membeli saham – saham lain.

Ketika harga sebuah saham bergerak ke atas., banyak investor yang memegang saham tersebut menjadi gugup. Pada waktu itu mereka ingin tahu apakah harganya akan kembali turun atau harganya terlalu mahal sehingga tidak atraktif lagi. Di satu sisi mereka tidak ingin harga kembali tutun.

Dengan menyelidiki alasan kenaikan harga, investor dapat lebih mampu membuat keputusan. Jika harga terus meningkat, adalah bijaksana untuk membuat strategi protektif. Misalnya saja, menjual sebagian saham dan memegang sebagian yang lain. Keputusan untuk menjual saham dapat didasarkan pada harga pasar atau pada capital gain yang akan diperolehnya.

Caveat Emptor

Jumlah dana yang diputar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan investor di pasar modal. Namun, yang lebih penting daripada modal yang besar adalah kerja keras investor untuk mempelajari seluk beluk pasar modal sebelum mengambil aksi. Dengan memahami konsep dan aturan main, investor tidak menanggung risiko yang tidak diperlukan.

Setelah memegang saham, selalu luangkan waktu untuk bertanya mengapa pasar atau saham individual bergerak kearah tertentu. Dengan menganalisa sebab –sebab pergerakan harga maka investor dapat mengambil posisi yang tepat atas saham yang dipegangnya, apakah terus dipegang, dijual atau bahkan ditambah jumlahnya.

Read More......