Menakar Makna Investasi

Untuk lebih menjamin bahwa untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan, investor akan mencari cara untuk meningkatkan peluang memperolehnya dan mencari cara untuk menurunkan resiko. Cara apa yang dilakukan untuk menurunkan resiko investasi di saham?

Ada sebuah anjuran konvensional untuk menurunkan risiko investasi tyang masih valid sampai sekarang: diversifikasi. Peribahasa “jangan menaruh telur di satu keranjang” menjadi populer dikalangan dunia investasi. Masalahnya kemudian adalah bagaimana menerapkan diversifikasi ini dan seberapa diversifikasi harus dilakukan.

Apa Itu Diversifikasi dan Apa Yang Dilakukan

Diversifikasi portofolio adalah menempatkan asset ke dalam berbagai instrument investasi yang berbeda dengan tujuan meningkatkan peluang laba yang lebih besar dan melindungi kerugian. Kita ambil contoh hipotesis: seorang investor mempunyai dana Rp 100 juta yang ingin diinvestasikan di saham. Stategi konvensionalnya adalah dengan menggunakan uang tersebut untuk membeli beberapa, katakanlah 10 jenis saham.

Dengan memegang 10 jenis saham, maka investor mempunyai peluang yang lebih besar untuk memperoleh gain dan menghindari resiko penurunan harga atau masalah fundamental dari satu atau dua perusahaan. Kalau ada satu atau dua yang menunjukkan kinerja yang jelek karena kelemahan fundamental emiten, delapan atau sembilan sisanya masih memberikan hasil yang bagus. Lalu, bilamana memerlukan sebagian dananya, investor dapat menjual saham yang dalam posisi baik dan membiarkan saham lain yang sedang menurun karena fluktuasi pasar untuk pulih. Bayangkan kalau investor tersebut hanya membeli satu atu dua saham dan ketika akan menjualnya, kedua sham sedang menurun harganya, entah karena fundamentalnya yang melemah atau karena terseret oleh tren pasar yang sednag menurun.

Melakukan diversifiksi asset, yakni dengan membeli 10 jenis saham dengan seksama adalah cara melakukan diversifikasi. Tetapi aksi ini akan menjadi kurang signifikan kalau kesepuluh saham tersebut bergerak di satu sektor, misalnya saham sektor manufaktur semua. Karena bergerak di satu sektor, maka bilamana sektor tersebut sedang dilanda masalah, misalnya kondisi bisnis yang tidak meguntungkan, maka kesepuluh saham tersebut akan kena imbasnya semua.

Oleh karena itu, sebaiknya investor melakukan diversifikasi atau kelompok asset. Dalam hal ini, investor bisa membeli 10 saham dari beberapa sektor, misalnya 2 saham manufaktur, 2 saham teknologi informasi, 2 saham sektor perbankan, 2 saham sektor konsumsi, dan 2 saham sektor telekomunikasi dan 2 saham sektor pertambangan. Strategi ini diperlukan karena fakta bahwa sulit menentukan sektor mana pertumbuhan ekonomi yang akan cepat terjadi. Dengan mempunyai lebih banyak tembakan, maka peluang investor menikmati gain akan lebih besar. Berinvestasi saham berbagai perusahaan di bidang yang berbeda menambah peluang berpartisipasi dalam ssektor yang mengalami lonjakan.

Namun demikian, dalam bear market atau resesi ekonomi, diversifikasi tidak akan begitu efektif jika tidak dilakukan secara selektif, misalnya sektor yang kurang berpengaruh atau bahkan diuntungkan dengan resesi. Krisis moneter menunjukkan dengan jelas masalah ini. Perusahaan yang kurang terpengaruh adalah mereka mensuplai produk kebutuhan dasar seperti makanan, utilities, dan bahan bakar. Perusahaan yang diuntungkan antara lain saham perikanan, perkebunan, dan pertambangan.

Diversifikasi Tidak Kalis dari Penurunan Harga

Jika judul bab ini sepenuhnya benar, tentunya reksa dana yang terdivesifikasi akan menjadi investasi yang semurna. Tetapi bukan ini yang terjadi. Meskipun diversifikasi mempunyai nilai sebagai strategi investasi fundamental, tetapi mempunyai batasan.

Krisis moneter telah menunjukkan bahwa diversifikasi tidak menawarkan proteksi seperti yang dikira banyak orang. Banyak orang mengira bahwa dengan manempatkan dananya di reksa dana yang terdiversifikasi dengan baik, maka investor akan terhindar dari kemunduran pasar. Ketika mereka menyadari bahwa hal itu tidak benar, mereka akan kecewa dan keluar pasar. Inilah yang terjadi selama krisis moneter memuncak di Indonesia pada tahun 1998. Waktu itu banyak pemegang unit penyertaan reksadana yang keluar pasar seperti terlihat dari penurunan jumlah akun. Investor yang paham mungkin akan mengurangi nilai investasinya, bukan keluar dari pasar.

Penjualan besar-besaran pemegang unit reksa dana sebaliknya malah membuat situasi menjadi semakin buruk. Ketika investor reksa dana menjual kembali saham meraka, para fund manager tidak mempunyai pilihan lain selain menjual sahamnya di pasar yang sedang jatuh guna membayar kewajibannya kepada pemegang unit penyertaaan.

Berapa Cukupnya?

Satu masalah lain dari strategi diversifikasi adalah dalam menetapkan jumlah. Berapa saham sebaiknya dipegang oleh investor agar strategi diversifikasi menjadi efektif?

Jawaban atas pertanyaan itu akan tegantung pada besarnya dana, waktu yang tersedia, dan kemampuan investor. Seringkali penasihat investasi menganjurkan agar membeli 10 saham di tiga sektor yang berbeda. Namun jawaban ini sering kali tidak dapat diterapkan. Jika dana investor adalah Rp 50 juta, maka membeli 10 saham berarti masing-masing saham adalah Rp 5 juta. Dengan harga saham sekitar Rp 1000, maka investor akan memperoleh masing-masing 1 lot. Kalau harga sahamnya 2000, maka jumlah saham yang diperoleh adalah 5lot. Atau kalau dibalik, untuk membeli 10 jenis saham dari beberapa industri dalam volume yang agak besar maka dibutuhkan dana yang besar.

Masalah lain yang perlu diperhatikan dalam strategi adalah soal rentang kendali. Gagasan ini didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan investor dalam menyusun program investasi dan memantau portofolionya adalah terbatas. Diversifikasi yang dibuat sesuai dengan rentang kendali akan membuat investor lebih mudah mengelola dan mengikuti perkembangannya. Selain itu, investor hendaknya juga diperlukan untuk memilih dan manganalisa 10 perusahaan. Bagaimana dengan waktu yang diperlukan untuk memantau kinerja 10 saham di tiga industri? Itu belum lagi melihat perkembangan ekonomi makronya. Padahal, waktu investor ynag tersedia untuk memantau sangat terbatas.

Karena keterbatasan ini investor bisa berpaling ke reksa dana. Dengan membeli reksa dana, maka secara otomatis dana investor akan tersebar ke dalam banyak saham. Kalau unit reksadana tersebut dipegang oleh 100 orang, yang masing-masing dengan nilai investasi Rp 50 juta, maka reksa dana bisa berinvestasi di lebih banyak saham dengan volume lebih besar. Dengan dana yang besar itu akan memenuhi skala ekonomi kalau pengelola reksa dana membayar satu atau beberapa analis saham yang akan bekerja penuh.

Cara Lain Berdiversifikasi

Ada cara untuk melindungi dana dari risiko pasar, yakni dengan melakukan diversifikasi lintas instrument, yakni dengan membeli beberapa jenis instrument. Misalnya, kalau mempunyai sana Rp 100 juta, maka sebagian diinvestasikan di saham, sebagian di obligasi, dan sebagian di bank. Berapa persentase yang sebaiknya akan tergantung kepada tujuan investasinya dan toleransi investor terhadap risiko. Risiko total secara sederhana dapat dikatakan sebagai kumpulan resiko dari masing-masing instrument dan dibagi dengan jumlah instrument yang digunakan.

Berikut ini adalah gagasan untuk melakukan diversifikasi lintas instrument. Pertama, investor menggunakan semua uangnya untuk membeli obligasi pemerintah ( yang dianggap bebas risiko ). Kemudian semua bunga yang diperoleh dari obligasi ini digunakan untuk membeli saham. Jika obligasi ini dipegang sampai jatuh tempo, prinsipalnya tidak kena resiko habis atau berkurang. Kedua, dengan mengambil separo dana yang tersedia untuk investasi di saham dan separuhnya di obligasi yang dirancang agar dananya bisa berkembang dua kali lipat. Jika seluruh portofolio saham menjadi nol ( tidak mungkin kecuali dengan strategi yang sangat spekulatif), investor akan masih mempertahankan prinsipalnya ketika obligasi jatuh tempo. Jelas, ada opportunity cost tinggi di sini, tetapi ini adalah strategi yang valid untuk mempertahankan modal.

Namun, strategi diversifikasi lintas instrument investasi ini masih belum menghapaus risiko yang ada. Ini misalnya terlihat selama Indonesia dilanda krisis moneter, dimana harga saham dan obligasi merosot tajam dan hasil bunga termakan oleh inflasi. Dari sudut pandang ini maka investasi lintas negara menjadi masuk akal, misalnya membeli saham di BEJ dan sebagian di NYSE.

Caveat Emptor

Diversifikasi adalah penting dalam strategi investasi karena dapat berguna untuk menurunkan risiko dan meningkatkan peluang memperoleh hasil yang lebih baik. Adalah penting untuk mengingat bahwa resiko tidak hilang dengan melakukan diversifikasi dengan cara apa saja. Yang lebih penting daripada diversifikasi adalah timing. Masalahnya, di sini tidak ada orang yang dapat menentukan kapan harga akan naik dan turun sampai hal tersebut terjadi. Dengan kata lain, semua investasi ada resikonya, oleh karena itu adalah bijaksana bagi investor untuk sadar perlunya strategi untuk menurunkan resiko tersebut.

0 comments: