Cara Kerja Joki Pasar Modal Indonesia

KOMPAS – Setelah sempat tertunda selama dua pekan, PT Adaro Energy akhirnya dapat melakukan penawaran umum perdana sahamnya mulai Selasa (8/7) hingga kamis (10/7). Minimnya jumlah saham yang ditawarkan kepada investor ritel mengakibatkan saham perdana perusahaan tambang tersebut diperebutkan.

“Ini lagi jual saham Adora mas,” kata Nurpuji (30), warga Ciputat, Tangerang, yang ditemui di kawasan Semanggi Expo, Jakarta.

Nurpuji bersama dengan ratusan orang lainnya antre demi memperoleh sebundel formulir pemesanan saham perdana PT Adaro Energy.

Namun, Nurpuji diam membisu saat ditanya jumlah saham yang akan dipesan. Ia hanya menunjukkan sebuah kertas putih bertuliskan “Investor Portfolio”, yang dikeluarkan sebuah sekuritas.

Dari gelagat dan caranya menjawab, tidak sulit untuk mengetahui bahwa Nurpuji adalah “joki” saham yang dibayar seseorang untuk mendapatkan formulir saham Adaro. Kesalahannya menyebutkan :Adaro dengan “Adora” pun sudah memberikan indikasi kuat.

Tak jauh dari tempat Nurpuji berdiri, tujuh ibu separuh baya tampak serius mendengarkan pengarahan seorang pria berpakaian rapi. “Kalau ditanya petugas account-nya (rekening) dimana, bilang saja di perusahaan ini,” kata pria itu sambil menunjukkan sebuah sekuritas yang tertera pada kertas investor portfolio.

Ketujuh ibu itu pun menghafalkan nama perusahaan sekuritas tersebut. Namun, mereka kesulitan membaca “Securities”, kata kedua dari nama perusahaan sekuritas itu, yang terdengar mereka mengucapkan securities dengan se-ku-ri-ti-es, yang seharusnya dibaca si’kyuritis.

Mereka memiliki “profesi” yang sama dengan Nurpuji, yakni menjadi bagian dari ratusan ‘joki” yang pada Selasa (8/7) ikut antre untuk mendapatkan formulir pemesanan saham perdana Adaro.

Para “joki” itu datang menggunakan bus umum yang disewa seorang yang disebut “kepala joki”. Dari “kepala joki” inilah para “joki” mendapatkan investor portfolio, selembar kertas yang menunjukkan bahwa seseorang memiliki fortofolio saham di sebuah perusahaan sekuritas.

Anehnya, nama yang tertera pada investor portfolio itu sama dengan nama yang tertera pada KTP “joki”, “ Semuanya sudah diatur orang dalam,” kata Asri, seorang kepala “joki”

Asri mengaku mengerahkan 50 joki. Masing – masing joki, yang sehari – hari adalah ibu rumah tangga, pengamen, tukang ojek, dan jenis pekerjaan kasar lainnya, diberi upah Rp 30.000 untuk satu bundle formulir.

“Biasanya saya dapat 2-3 formulir, tetapi hari ini hanya dapat satu,” kata Narini (35), seorang “joki” yang membawa tiga anaknya yang masih kecil saat mengantre.

“Saya belum dapat, tidak kuat antrenya,” ujar Cawit, seorang ibu berusia 70 tahun.

Asri sendiri mendapat upah Rp 10.000 untuk setiap formulir yang berhasil didapatkan “joki”. Upah itu diperolah dari seorang yang disebut dengan “bandar joki” atau “bos besar”

Seorang Bandar “joki”, sebut saja Joan, menuturkan, ia mengeluarkan Rp 50.000 per fomulir. Selain untuk kepala “joki” dan joki, dana itu untuk menyewa bus dan uang makan “joki”.

Rahasia Umum

Setelah mendapatkan formulir cukup banyak. Joan mengatakan, ia akan mengisi berapa banayk saham yang dipesan dan kemudian mentransfer dana ke bank sesuai nilai saham yang dipesan. Bukti transfer ini selanjutnya ditunjukkan kepada petugas IPO untuk divalidasi.

Saat ditanya , apakah petugas IPO tidak curiga ketika Joan menvalidasi cukup banyak formulir, Joan hanya menjawab “Mereka juga sudah tahu, sudah rahasia umum.”

Bahkan, kata Joan, saat proses penjatahan, semua saham yang dipesan akan masuk ke rekening portofolionya, sekalipun dalam formulir pemesanan yang tertera adalah nama para “joki”

“Semuanya sudah diatur. Badan Administrasi Efek juga tau kok,” katanya.

Joan mengaku terpaksa mengerahkan dan mengkordinir sekitar 50 joki karena sulit mendapatkan saham – saham yang berpotensi naik saat diperdagangkan di pasar sekunder nanti. “Kalau sahamnya jelek, baru dalam porsi besar dilepas ke investor ritel,” katanya.

Danatama makmur memang hanya mengalokasikan 222,78 juta saham perdana Adaro kepada publik. Jumlah itu setara dengan dua persen dari total saham yang dilepas kepada public, yaitu sebanyak 11,139 miliar saham.

Sisanya, 98 persen, sudah dicadangkan untuk investor institusi, khususnya institusi asing.

Dengan harga Rp 1.100, sebanyak 227,78 juta saham Adaro itu setara dengan Rp 245 miliar, jumlah yang relatif kecil bagi 250.000 investor ritel di Indonesia. Apalagi, bila dibandingkan dengan target perolehan dana IPO Adaro sebesar Rp 12,25 triliunTechnorati Profile.

Read More......

Spam & Dampaknya Terhadap Pasar Financial

Jika internet merupakan bagian dari kehidupan Anda, maka tentunya Anda sudah lekat dengan email spam. Bentuk spam ada beberapa macam, diantaranya adalah spam saham, yakni spam yang berupaya mempromosikan saham tertentu. Kedengarannya sepele, namun ternyata spam saham ini, setidaknya di AS, punya dampak signifikan di pasar finansial.

Spam adalah email yang datangnya tidak diundang, dan umumnya bersifat mengiklankan produk maupun layanan tertentu. Selain karena jumlahnya yang sangat banyak, spam menjadi masalah karena menghadirkan masalah keamanan berinternet. Kerugian yang dihasilkan oleh spam sangat banyak, baik kerugian ekonomis maupun non-ekonomis.

Sebuah working paper dari Rainer Bohme dan Thorsten Holz yang bertajuk ‘The Effect of Stock Spam on Financial Markets’ berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana reaksi penerima email terhadap spam saham, yakni spam yang mempromosikan saham tertentu di pasar. Dalam penelitian ini, mereka berusaha untuk mencari korelasi antara jumlah spam pada email dengan data financial yang tersedia di publik.

Stock spammer, mempunyai model bisnis yang berbeda dengan sales spammer, karena mereka tidak menjual barang dan jasa. Mereka lebih mengandalkan spekulasi kenaikan harga untuk saham yang jarang diperdagangkan (kurang likuid) setelah menyebarkan rumor melalui ribuan email spam yang mereka kirimkan kepada investor potensial. Pesan email tersebut seringkali mengandung nasihat investasi yang menyesatkan.

Studi yang mereka lakukan menunjukkan bukti bahwa rata-rata, pesan email spam saham menghasilkan antara lain: kenaikan aktivitas perdagangan saham yang disebut (dalam spam), serta return abnormal yang kumulatif positif sesaat setelah pesan tersebut didistribusikan. Sehingga, artinya, model bisnis spam ini berjalan dengan baik. Bahkan saking lancarnya, layanan spam ini tidak jarang ditawarkan terang-terangan di Internet.

Pergerakan harga serta volume saham yang diperdagangkan dapat dikaitkan dengan gabungan dari tindakan sekelompok individu berikut:
1. spammer, yang memperdagangkan saham untuk memperoleh
laba dari hasil spam mereka
2. penerima email spam yang naïf dan mempercayai nasihat investasi tersebut
3. penerima email spam yang ikut berpartisipasi dari
kenaikan harga saham yang didorong oleh spammer.

Jika diamati, maka aktivitas ini hampir sama dengan aktivitas ‘menggoreng’ harga saham, dimana berkat spam, maka harga saham bisa menguat tajam. Sehingga beberapa Phak mengambil keuntungan dari kenaikan sementara harga saham tersebut. Namun tidak jarang banyak pihak yang memperoleh kerugian, karena seringkali kenaikan tersebut hanya sesaat saja.

Stock spam ini sudah marak sekali di AS. Yang jelas, tanpa melihat risiko yang terdapat pada stock spam tersebut, penelitian ini cukup menunjukkan perilaku konsumen yang mudah termakan oleh promosi dan iming-iming keuntungan.

Implikasinya bagi pemasar adalah, bagaimanapun spam dibenci, namun jika konsumen melihat ada potensi manfaat bagi mereka, tentu mereka akan merespon. Jika Anda seorang internet marketer, tentunya mengirim spam atau email iklan sudah menjadi bagian kehidupan Anda. Camkan bahwa jika Anda membidik target pasar yang tepat, dan menawarkan manfaat yang bagus, tentu konsumen akan pergi kepada Anda.

Read More......

Mengenal Transaksi Margin & Short Trading

Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta - Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memperjelas aturan main transaksi margin dan short selling. Bapepam tidak mau lagi transaksi tersebut mengguncang pasar.

Sebelum mengulik aturan baru Bapepam tersebut, berikut adalah definisi dari
transaksi margin dan short selling.

Transaksi margin adalah fasilitas yang diberikan kepada investor untuk membeli
saham dengan nilai lebih besar dari modal. Contohnya nasabah punya modal Rp 20
juta maka bisa membeli saham hingga Rp 40 juta dimana sisa kekurangan ditalangi
oleh perusahaan sekuritas. Aturan di bursa hanya membolehkan perusahaan
sekuritas memberikan maksimal dua kali dari modal nasabah.

Keuntungan bagi perusahaan sekuritas adalah mendapat fee transaksi dan bunga
dari pinjaman. Sedangkan bagi nasabah jika harga sahamnya tinggi akan mendapat
untung berlipat, tapi jika rugi maka ruginya juga besar.

Sedangkan short selling adalah transaksi jual yang dilakukan investor meskipun
investor tidak memiliki saham tersebut. Caranya perusahaan sekuritas meminjamkan
sahamnya atau saham investor lain buat investor yang akan bermain short selling.
Tapi investor harus mengembalikan lagi saham itu ke pemiliknya sesuai
perjanjian. Jika tidak akan kena denda atau jaminan disita.

Kedua transaksi ini adalah transaksi yang wajar di pasar saham tapi kadang
investor melakukannya cukup nekat dengan mengambil risiko yang maha besar.
Akibat transaksi yang terbatas itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pernah
anjlok 7,7% dalam satu hari pada 22 Januari 2008.

Bagaimana aturan baru Bapepam tersebut.

Penyempurnaan Peraturan Nomor V.D.6 dilatarbelakangi komitmen Pemerintah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas penerapan dan pengawasan margin trading sebagaimana tertuang dalam Inpres No 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008 – 2009, meningkatkan likuiditas transaksi Efek dan kualitas pembiayaan penyelesaian transaksi Efek oleh Perusahaan Efek bagi nasabah serta meningkatkan kepastian hukum atas transaksi Efek.

Peraturan yang disempurnakan ini tidak hanya mengatur pembiayaan Perusahaan Efek kepada nasabah berupa Efek (transaksi short selling nasabah) namun juga short
selling yang dilakukan oleh Perusahaan Efek.

Sedangkan penyempurnaan Peraturan Nomor IX.H.1 dilatarbelakangi upaya
meningkatkan likuiditas pasar dengan tetap memberikan kesempatan kepada para
investor pasar modal untuk tetap memiliki saham Perusahaan Terbuka walaupun
telah terjadi pengambilalihan terhadap Perusahaan Terbuka.

Adapun pokok-pokok perubahan dari kedua peraturan tersebut adalah sebagai
berikut:

Pertama, Perusahaan Efek yang memberikan fasilitas pembiayaan Transaksi Marjin
dan atau Transaksi Short Selling dari memiliki Modal Kerja Bersih Disesuaikan
(MKBD) sekurang-kurangnya Rp 5 miliar dan memperoleh persetujuan dari Bursa Efek untuk melakukan Transaksi Marjin dan atau Transaksi Short Selling.

Kedua, nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan Transaksi Marjin dan atau
Transaksi Short Selling wajib mempunyai kekayaan bersih lebih dari Rp 1 miliar
dan mempunyai pendapatan tahunan lebih dari Rp 200 juta serta membuka rekening
Efek marjin pada Perusahaan Efek. Untuk nasabah yang akan melakukan Transaksi
Short Selling pada Perusahaan Efek wajib menyetorkan Jaminan Awal dengan nilai
minimal Rp 200 juta khusus nasabah yang menerima fasilitas pembiayaan Transaksi
short Selling.

Ketiga, saham yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan Transaksi Efek
diperdagangkan setiap hari bursa untuk periode 6 bulan terakhir dengan nilai
rata-rata per hari sekurang-kurangnya Rp 1 miliar dan dimiliki oleh lebih dari
4.000 pihak untuk 6 bulan terakhir.

Keempat, untuk pembiayaan Transaksi Marjin nilai Jaminan Awal dari nasabah
paling sedikit 50% atau Rp 200 juta. Nilai pembiayaan yang dapat diberikan
Perusahaan Efek kepada nasabah maksimal 65% dan jika nilai jaminan dari nasabah
mengalami penurunan sehingga pembiayaan lebih dari 65% maka nasabah wajib
menambah jaminan dalam waktu 3 hari bursa. Jika dalam waktu 3 (tiga) hari bursa
nasabah tidak menyetor tambahan jaminan maka pada hari bursa ke-4 sejak kondisi
tersebut terjadi Perusahaan Efek wajib melakukan penjualan Efek dalam jaminan
sehingga nilai pembiayaan maksimal 65%.

Jika nilai pembiayaan mencapai 80% dari nilai Jaminan Pembiayaan, maka
Perusahaan Efek wajib segera menjual (forced sell) Efek dalam jaminan sehingga
nilai pembiayaan maksimal 65%. Jika Efek tidak lagi memenuhi syarat yang
ditetapkan Bursa Efek sebagai Efek yang dapat ditransaksikan dengan pembiayaan
penyelesaian transaksi Efek, maka pembiayaan transaksi Efek nasabah yang sudah
berjalan wajib diselesaikan paling lambat 5 hari bursa sejak Efek tidak lagi
memenuhi persyaratan. Perusahaan Efek dilarang memberikan pembiayaan Transaksi Marjin kepada nasabah yang merupakan komisaris, direktur atau pegawai Perusahaan Efek.

Kelima, pengaturan secara rinci atas Transaksi Short Selling yang dilakukan oleh
nasabah dan pengaturan baru terkait dengan Transaksi Short Selling yang
dilakukan oleh Perusahaan Efek sendiri, antara lain nasabah atau Perusahaan Efek
yang akan melakukan Transaksi Short Selling mempunyai sumber untuk mendapatkan Efek yang ditransaksikan secara short selling untuk memenuhi kewajiban dalam transaksi tersebut antara lain. Nilai Jaminan Pembiayaan yang wajib dipelihara oleh nasabah minimal 135% dari nilai pasar wajar Efek yang ditransaksikan secara short selling (Posisi Short). Jika nilai jaminan tersebut mengalami penurunan sehingga kurang dari 135%, maka nasabah wajib menambah jaminan dalam waktu 3 hari bursa sehingga nilai jaminan minimal 135%. Jika dalam waktu 3 hari bursa nasabah tidak menyetor tambahan jaminan maka pada hari bursa ke-4 sejak kondisi tersebut terjadi Perusahaan Efek wajib melakukan pembelian Efek pada Posisi Short sehingga nilai jaminan minimal 135%. Selanjutnya jika nilai jaminan kurang dari 120%, maka Perusahaan Efek wajib melakukan pembelian Efek pada Posisi Short sehingga nilai jaminan minimal 135% dari nilai pasar wajar Efek pada Posisi Short dimaksud. Ketentuan yang setara dengan hal ini juga berlaku bagi Perusahaan Efek yang melakukan Transaksi Short Selling.

Read More......

Poin Penting Aturan Tender Offer

Jakarta - Setelah ditunggu-tunggu, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) akhirnya menerbitkan aturan penawaran tender baru yang merupakan revisi dari sebelumnya. Aturan baru ini berlaku mulai 30 Juni 2008.

Pengambilalihan perusahaan tersebut tertuang dalam aturan Nomor Kep-259/BL/2008 tentang pengambilalihan perusahaan terbuka.

Kepala Biro Hukum dan Perundang-undangan Bapepam LK Robinson Simbolon dalam jumpa pers di kantor Bapepam LK, Jl Wahidin Raya, Jakarta, Senin (30/6/2008) mengatakan, revisi tender offer dilakukan untuk menjaga likuiditas pasar dengan tetap memberikan kesempatan pada investor pasar modal untuk tetap memiliki saham perusahaan terbuka walaupun telah terjadi pengambilalihan terhadap perusahaan terbuka.

Adapun poin-poin penting dalam aturan baru tersebut antara lain:

Pertama, diatur kewajiban penawaran tender atas perusahaan terbuka, yang diambilalih hanya dikenakan kepada pengendali baru perusahaan terbuka yang memiliki saham lebih besar dari 50% dari seluruh saham yang disetor penuh, atau pihak tersebut mempunyai kemampuan untuk menentukan baik langsung maupun tidak dengan cara apa pun pengelolaan dan atau kebijakan perusahaan.

Kedua, jika pengendali yang baru memiliki saham di perusahaan terbuka lebih dari 80%, maka pengendali yang baru itu wajib mengalihkan saham perusahaan tersebut ke pasar menjadi minimal 20% sehingga saham yang dimiliki masyarakat paling kurang 20% dari modal disetor perusahaan terbuka dan dimiliki paling kurang oleh 300 pihak dalam jangka waktu paling lama 2 tahun sejak pelaksanaan penawaran tender selesai dilaksanakan.

Ketiga, pelaksanaan penawaran tender harus sudah dimulai paling lambat 180 hari sejak pengumuman.

Keempat, harga pelaksanaan penawaran tender paling kurang sebesar harga rata-rata dari harga tertinggi perdagangan harian di Bursa Efek selama 90 hari terakhir sebelum pengumuman atau sebelum pengumuman negosiasi atau harga pengambilalihan yang sudah dilakukan. Harga tersebut harus dipilih harga yang lebih tinggi.

Kelima, pelanggaran atas ketentuan peraturan baru ini akan dikenakan sanksi administratif berupa denda Rp 100 ribu per hari atas keterlambatan penyampaian informasi dimaksud.

Read More......

Cara Bandar Menggoreng Saham

Sebenarnya, hampir semua saham bisa digoreng. Namun, yang paling sering digoreng adalah saham lapis kedua tau lapis ketiga. Ada cara menggoreng yang lebih canggih, yakni cornering. Aksi menggoreng ini bisa dilakukan banyak pihak, bisa oleh sekelompok investor atau sekelompok sekuritas.

Dalam cornering, selain melempar isu di bursa, para Bandar menciptakan permintaan palsu atas saham target, sehingga terkesan bnayak investor yang tertarik dengan saham tersebut. Alhasil, harga saham itu sedikit demi sedikit naik.

Disebut permintaan palsu karena si penggoreng sendirilah yang sebetulnya membeli saham tersebut. Nah, begitu investor lain tertarik dengan saham tersebut, sabagai Bandar pasang posisi jual. Tentu saja dia bisa mendapatkan untung yang besar, karena ia telah membeli saham tersebut denga hargan yang rendah. Jika begini, investor yang telat masuk hanya bisa gigit jari. Tak jarang, dia tidak bisa lagi keluar karana saham gorengan tersebut tidak liquid dan tidak dinikmati pasar.

Tentu saja dalam hal ini si penggoreng harus mempunyai modal yang cukup. Umumnya mereka juga sudah punya jaringan sendiri. “ Jaringannya melibatkan 10-20 sekuritas. Mungkin sekuritas A menjual, sekuritas B menampung, terus sekuritas B menjual, C yang menampung, dan seterusnya,” beber Bertrand raynaldi, analis Panca Global Securities.

Sushnya, kejadian seperti ini jarang bisa dibuktikan. Invetsor mau tak mau harus lebih teliti. Ada saran bagus dari Prayoga, jika harga saham tersebut sudah naik 10% dalam sehari, jangan ikutan masuk.

Jadi, sebenarnya kasus seperti ini bukannya tidak bisa dibuktikan, atau hanya tidak mau saja?

Read More......

Mengenal dan Bermain Saham Gorengan

Saham Blue Chip memang masih menjadi primadona. Namun, saham gorengan dapat menjadi pilihan, asalkan tepat memainkannya. Keuntungan berlipat bisa di tangan Anda.

Investasi yang paling besar risikonya adalah main saham, siapa pun tahu, investor yang sedang terjun ke saham setidaknya harus punya mental, yang sseandainya investasinya tidak berhasil alias rugi.

Bagaimana tidak, pasar saham di Indonesia memang unik. Banyak pihak yang terlibat disini, mulai dari investor, broker, analis, emiten, pejabat bursa, pengawas bursa, sampai anggota dewan pun turut campur ke pasar saham. Masih ingat kan, kasus penjualan Trimegah Securities, atau kasusnya Perusahaan Gas Negara?

Main saham memang bisa memberikan keuntungan yang lumayan ketimbang menyimpan dana kita di tabungan, atau properti. Namun, tentu saja risikonya sebanding dengan keuntungan yang diperoleh.

Selama ini yang menjadi favorit bagi sebagian besar pemain saham adalah saham-saham bluechips. Selain cenderung aman, investor pun dapat menyerap hasil yang lumayan dari investasi di saham ini.

Namun, tentu saja keuntungan tak sebanding dengan keuntungan bermain saham gorengan yang bisa diatas 100%. Hanya, tidak semua investor cocok memainkan saham gorengan. Saham gorengan hanya cocok bagi investor bertipe agresif.

Kenali Ciri-Cirinya

Bukan rahasia lagi, saham gorengan memang mampu memberikan keuntungan yang besar bagi investor. Tapi, jika salah langkah bukannya untung, malah bunting.

Apa sih, saham gorengan itu?

Saham gorengan adalah saham yang telah direkayasa oleh sekelompok orang sedemikian rupa untuk mengeduk keuntungan bagi dirinya sendiri.

Umumnya, yang sering jadi saham gorengan adalah saham di lapis kedua atau lapis ketiga. Kenapa demikian? Karena saham-saham ini memiliki kapitalisasi psar yang kecil. Dengan kapitalisasi kecil, modal yang diperlukan Bandar untuk menggoreng saham tersebut menjadi lebih kecil. Bayangkan saja kalau mereka harus menggoreng saham berkapitalisasi besar. Bisa jebol!

Mudah saja mengenali satu saham itu saham gorengan atau tidak. Teorinya, saham bisa bergerak naik jika mempunyai fundamental yang kuat : Jika sahamnya bisa bergerak, padahal secara fundamental tidak ada dukungan kuat, bisa dicurigai sebagai saham gorengan.

Waspadai juga jika ada saham yang selama ini dikenal sebagai saham tidur ternyata dalam satu hari perdagangannya sangat aktif, dan harganya terus melejit naik. Yang dimaksud saham tidur adalah saham yang harganya tidak pernah beranjak naik atau turun, istilahnya, jalan di tempat.

Cermati juga perusahaan yang sebagian besar sahamnya dikuasi oleh segelintir investor. Saham seperti ini cenderung lebih mudah digoreng oleh Bandar ketimbang perusahaan yang kepemilikannya dikuasai banyak orang. Wajar saja jika Bandar mengincar saham dengan kapitalisasi kecil, sebab unrtuk menggoreng Bandar butuh modal yang banyak.

Jika ada rumor positif menyangkut emiten, jangan cepat percaya. Lihat dulu apakah informasi tersebut relevan atau tidak dengan kondisi emiten tersebut.

Nah, jika kita sudah bisa disebut gorengan atau tidak, sebenarnya mudah saja bermain di saham jenis itu. Namun ingat, sesuai risikonya tidak sembarang orang bisa bermain saham gorengan.

Hindari 3 S

Untuk menghindari kerugian yang besar, tidak semua portofolio investor akan ditaruh di saham gorengan. “Maksimal kita taruh 10% dari total investasi kita di saham, just for fun lah”ujar Prayoga A Triyono, analis Henan Putihrai sekuritas.

Bertrand raynaldi, analis Panca Global Securities, justru lebih ekstrem lagi. Ia hanya menaruh 5% dari total investasi di saham. Tentu saja, risikonya jadi kian kecil

Dalam bermain saham gorengan, Anda harus disiplin. Artinya harus ada batasanyang jelas, kapan harus berhenti, baik kondisi sedang untung atau malah sedang merugi. Maklumlah, seringkali begitu untung, kita jadi susah berhenti, itulah yang perlu dihindari“ Jika kita sudah untung usahakan menghindari 3S : serakah, serakah, serakah

Dengan risiko ynag sangat besar, tentu saja kita harus hati-hati jika ingin main saham gorengan. Sebab, ada sindikasi Bandar yang dapat merekayasa aksi goreng-menggoreng tersebut. Salah masuk, bisa bunting. Kita lemas Bandar bersorak.

Begitu Anda main ke saham gorengan, masuklah secara bertahap, jangan langsung masuk dalam jumlah besar. Sedikit demi sedikit tambahkan investasi Anda. Tapi ingat, jangan melampaui komposisi portofolio maksimum.

Jika Anda langsung masuk dalam jumlah besar, dan strategi ini tercium Bandar, wuuuuus, Bandar akan langsung menyikat Anda.

Ketika satu saham melejit harganya dalam satu hari, BEJ akan mensuspensi saham tersebut jika kenaikannya mencapai 30% jika dirasakan BEJ mencurigakan. Beberapa saham sempat disuspensi BEJ karen ditengarai sedang menggoreng di antaranya TMPI ( AGIS ), kemudian ENGR ( Energi Mega Persada ) atau kasus Bank Pikko dahulu.

Jika Anda tertarik masuk satu saham yang pergerakannya naik tidak wajar, usahakan ketika kenaikknya baru 5%. Kalau harganya sudah naik lebih dari itu, mendingan urungkan saja, atau anda bakal kecemplung. “ Satu lagi, jika tak tahu sedikit pun mengenai informasi tersebut, jangan masuk!” saran Prayoga

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah analisis teknikal dari saham itu dipadukan dengan tingkat permintaan dari saham tersebut di pasar. Jika semua elemen tersebut sudah bisa kita penuhi, main saham gorengan, siapa takut?

Read More......

Belilah Saham Sesuai Karakter Risiko

Doni, seorang investor saham, masih bisa mengingat jelas nasib burunya. Waktu itu, mengikuti pasar yang sedang ramai-ramainya memburu saham PT AGIS Tbk yang sedang naik tinggi, Doni pun ikut-ikutan menempatkan dananya di saham yang bersimbol TMPI tersebut.

Sebagaimana dikethaui, beberapa saat kemudian saham tersebut disuspensi oleh BEJ. Sekarang, harganya terus turun. Walhasil, sebagian dana Doni masih menyangkut di saham tersebut. Untungnya “ Gue masih sempat lepas sebagian,” kenangnya.

Waktu itu, Doni memang tergoda untuk membeli saham tersebut. Padahal,biasnya Doni cenderung menghindari saham-saham yang berlabel “ gorengan “. Doni biasanya lebih suka membeli saham seperti TLKM, ISAT, ASII, BMRI, dan saham lain yang tergolong big caps. Hanya saja, kenaikan tinggi harga saham tersebut membuat Doni silau, sehingga Doni terpaksa menanggung kerugian.

Sebaiknya, sesuaikan karakter saham yang Anda beli dengan karakter risiko Anda. Berdasarkan karakter risiko, ada 3 macam investor : investor konservatif, investor moderat, dan investor agresif.

Investor konservatif adalah tipe investor yang cenderung menghindari risiko. Dia hanya berani bermain di instrument yang aman dan risikonya rendah

Bila Anda tergolong konservatif, sebaiknya Anda batasi hanya membeli saham-saham yang termasuk bluechips dan likuiditasnya tinggi. Sebab, kalaupun harganya turun, suatu saat pasti akan naik lagi. Hindari bermain saham yang bergerak karena berita-berita tidak jelas.

Investor moderat adalah investor yang memiliki tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi asalkan imbal hasilnya sepadan. Dia berani masuk ke instrument investasi yang cukup berisiko, walaupun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Investor moderat ini, selain bisa bermain di saham-saham bluechips, juga bisa bermain di saham lapis kedua.

Investor agresif adalah investor dengan tingkat toleransi risiko yang tinggi. Dia justru senang bermain dengan instrument investasi yang risikonya rendah. Kalau anda tergolong investor yang agresif, tidak ada masalah kalau Anda ingin bermain saham-saham gorengan. Hanya saja, Anda tetap harus memperhatikan berita seputar emiten tersebut.

Read More......

Mengenal Berbagai Macam Karakter Saham

Jangan sampai salah mengambil langkah dalam berinvestasi di saham. Untuk itu, jangan sembarangan beli saham, kenalilah dahulu karakter saham yang Anda ingin koleksi

Siapa sih yang tidak ngiler untuk bermain saham kalau melihat pertumbuhan pasar saham di Indonesia beberapa tahun belakangan ini? Dengan modal yang tidak terlalu besar, Anda ingin mendapatkan keuntungan yang berkali lipat dari modal yang Anda investasikan tadi. Asyik bukan?

Tapi, yang namanya harga saham tentu ada fluktuasi. Bisa naik, juga bisa turun. Bisa jadi suatu saat harga saham yang Anda koleksi malah turun.

Nah, kalau salah ambil langkah, alih-alih mendapat untung, yang terjadi malah bisa mengalami kerugian besar. Wajar saja, no pain no gain. Walaupun berinvestasi di saham yang menjanjikan keuntungan yang berlipat, tapi di sisi lain bukan mustahil nilai portofolio saham Anda malah anjlok, saat harga saham turun.

Yang unggul belum tentu bagus

Dus, untuk menghindari kerugian yang besar dalam berinvestasi saham, Anda harus hati-hati dan cermat dalam memilih saham yang bisa dikoleksi. Anda harus mengenali karakter saham yang dibursa.

Pada dasarnya, saham-saham dari sekitar 360 emiten yang ada di bursa tersebut bisa dibagi menjadi beberapa golongan berikut:

Kapitalisasi Pasar

Kapitalisasi pasar dihitung dari harga saham dikalikan jumlah sahamnya yang berear di pasar. Kalau berdasarkan kapitalisasi pasar ini, maka saham bisa dikategorikan dalam berbagai jenis:

· Saham yang berkapitalisasi besar ( bluechip )

Saham-saham yang berkapitalisasi besar ini sering disebut dengan saham unggulan atau saham papan atas. Apa ciri-ciri saham yang tergolong berkapitalisasi besar? Biasanya yang masuk kategori ini adalah saham yang kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 40 triliun

Saham-saham yang kapitalisasi pasar ialah market cap-nya besar ini biasanya juga tergolong saham bluechips. Ciri-cirinya, perusahaan tersebut memiliki fundamental yang bagus. Selain itu, perusahaan ini juga memiliki kinerja yang kuat, bergerak di bidang industri yang dibutuhkan orang banyak, mampu mencetak untung besar, dan rutin membagikan dividen

· Saham yang berkapitalisasi menengah

Saham-saham yang termasuk golongan ini biasanya memiliki kapitalisasi pasar antara Rp 1 triliun sampai Rp 40 triliun. Biasanya, saham-saham ini juga dikenal dengan sebutan second lier atau saham lapis kedua

Biasanya yang termasuk disini adalah saham-saham perusahaan yang fundamental perusahaan cukup bagus, tapi masih dalam prospek berkembang

· Saham yang berkapitalisasi kecil

Jumlah saham yang kapitalisasinya kecil di bursa cukup bnayak. Saham-saham ini juga sering disebut dengan saham third liner atau saham lapis ketiga. Biasanya, saham-saham lapis ketiga ini kapitalisasi hanya di bawah kisaran Rp 1 triliun

Selain itu, biasanya saham-saham yang kapitalisasi kecil jaang disentuh oleh para pemain di bursa. Dus, saham seperti ini lebih sering tidur ketimbnag bergerak. Contohnya saham PT Gema Grahasarana Tbk (GEMA). Kapitalisasi pasar saham hanya Rp 49,60 milyar dan sahamnya lebih sering tidur.

Likuiditas Saham

Likuiditas suatu saham akan mempengaruhi mudah tidaknya Anda mndapatkan saham atau menjual saham. Berdasarkan likuiditas, karakter saham bisa dibagi menjadi:

· Saham berlikuiditas tinggi

Saham yang tingkat likuiditasnya tinggi akan mempermudah investor untuk mendapatkan saham. Begitu juga kalau investor ingin menjual saham tersebut, biasanya ada pembeli yang siap menampung saham tersebut

Biasanya, saham-saham yang tergolong kategori ini adalah saham-saham yang memiliki kapitalisasi market besar dan fundamental yang bagus.

Tapi, tidak semua yang fundamental bagus likuiditasnya tinggi. Misalnya, saham HM Sampoerna ( HMSP ). Perusahaan rokok ini memiliki fundamental yang bagus, tapi sahamnya tidak liquid.

· Saham musiman ( cyclical stock )

Saham-saham seperti ini biasanya baru akan bergerak aktif bila ada peristiwa tertentu yang mempengaruhi kondisi bisnis si emiten tersebut, baik itu peristiwa politik atau ekonomi.

Ambil contoh saham perusahaan seperti saham PT Matahari Putra Prima. Saham emiten yang berkode MPPA ini biasanya bergerak aktif saat musim liburan atau menjelang Lebaran dan Hari Raya lainnya. Maklum, biasanya pada saat seperti itu orang akan belanja besar-besaran. Dus, kocek perusahaan pun bisa menggelembung

· Saham tidur

Saham ini likuiditasnya sangat rendah. Biasanya saham ini baru bergerak kalau ada suatu aksi korporasi atau suatu berita yang terkait dengan eksistensi emitennya. Bahkan, pergerakannya bisa sangat drastis. Padahal, informasi yang ada mengenai perusahaan tersebut seringkali hanya berupa rumor. Dus, saham tidur ini biasanya sering jadi sasaran gorengan para bandar.

Read More......

Price Averaging, Diversifikasi Atas Waktu

Selain diversifikasi asset, investor dapat menggunakan strategi diversifikasi lain untuk menurunkan resiko, yakni diversifikasi waktu pembelian. Dalam bahasa teknis, strategi ini disebut price averaging, yakni program investasi portofolio secara regular dan untuk jangka panjang guna memperoleh harga pembelian rata-rata di bawah harga pasar. Stategi price averaging berguna bagi value investor, mereka yang berinvestsi berdasar value ( yakni potensi pertumbuhan laba dan pendapatan perusahaan ) dan tidak cocok untuk trading jangka pendek.

Inti dari straategi ini adalah keyakinan investor bahwa saham yang dibeli akan menguntngkan untuk jangka panjang. Kalaupun ada penurunan harga atas saham tersebut, maka hal itu lebih karena koreksi pasar, bukan melemahnya value emiten.

Stategi price averaging dapat menghasilkan return yang bagus meskipun pasar mungkin tidak staabil. Sebaliknya, dengan strategi investasi ini investor dapat mengambil keuntungan dari volatilitas harga dengan secara konsisten menginvestasikan sejumlah uang dengan interval yang sudah ditentukan sebelumnya, bulanan atau kuartalan. Dengan berinvestasi secara konsisten ini, fluktuasi di pasar dapat disiasati.

Averaging Up Lebih Baik

Strategi price averaging akan berhasil baik untuk kondisi pasar yang tepat : yakni kalau investor mampu membeli saham yang menunjukkan tren harga bergerak naik ( averaging up )

Kunci strategi price averaging up adalah pemilihan saham yang saksama. Peluang untuk melakukan strategi ini adalah membeli saham yang mempunyai pertumbuhan usaha lamban tetapi pasti dan memberikan dividen bagus. Salah satu manfaat jenis saham seperti ini adalah “memperoleh dividen selama menunggu pertumbuhan harga.” Biasanya perusahaan utilities mempunyai karakteristik ini. Dalam hal ini investor bisa membeli dengan interval sama, misal setiap 3 bulan, dengan jumlah saham yang sama berapaun harganya. Atau bisa juga pembelian dilakukan dengan jumlah dana yang sama berapapun saham yang didapat.

Tabel 20.1 Strategi Diversivikasi Waktu pembelian

Beli saat: IPO

2lot, Rp 2.050 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.050

Jumlah saham 1000 lbr


Jumlah Saham 1.000 lbr

Total Nilai Rp 2.050.000

Beli pada: 1 Jan 96

2lot, Rp 3.000 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.525

Jumlah saham 683 lbr


Jumlah Saham 2.000 lbr

Total Nilai Rp 4.100.000

Beli pada: 1 Jul 96

2lot, Rp 3.525 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 2.858

Jumlah saham 1256 lbr


Jumlah Saham 3.000 lbr

Total Nilai Rp 6.150.000

Beli pada : I Jan 97

2lot, Rp 4.075 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.163

Jumlah saham 1759 lbr


Jumlah Saham 4.000 lbr

Total Nilai Rp 8.200.000

Beli pada : I Jul 97

2lot, Rp 4.175 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.365

Jumlah saham 2250 lbr


Jumlah Saham 5.000 lbr

Total Nilai Rp 10.250.000

Beli pada : 1 Jan 98

2lot, Rp 2.925 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.291

Jumlah saham 2950 lbr


Jumlah Saham 6.000 lbr

Total Nilai Rp 12.300.000

Beli pada : 1 Jul 98

2lot, Rp 4.175 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.417

Jumlah saham 3441 lbr


Jumlah Saham 7.000 lbr

Total Nilai Rp 14.350.000

Beli pada : 1 Jan 99

2lot, Rp 2.700 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.328

Jumlah saham 4200 lbr


Jumlah Saham 8.000 lbr

Total Nilai Rp 16.400.000

Beli pada : 1 Jul 99

2lot, Rp 4.000 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.403

Jumlah saham 4713 lbr


Jumlah Saham 9.000 lbr

Total Nilai Rp 18.450.000

Beli pada : 1 Jan 00

2lot, Rp 3.975 / lembar

Nilai beli Rp 2.050.000


Rata-rata harga Rp 3.460

Jumlah saham 5228 lbr


Jumlah Saham 10.000 lbr

Total Nilai Rp 20.050.000

Tabel 20.1 di atas menunjukkan apa yang mungkin terjadi dengan strategi tersebut. Di kolom kiri, investor membeli dengan jumlah lot yang sama, yakni 2 lot, dan di kolom kanan investor membeli dengan jumlah dana ynag sama. Pembelian saham dimulai saat IPO PT Telkom dan pembelian selanjutnya dilakukan setiap tanggal 1 Januari dan 1 Juli ( dengan harga riil yang diambil dari harga penutupan sebelumnya ). Jumlah harga rata-rata di kolom kiri dan jumlah saham di kolom kanan dibulatkan ke satuan. Dalam praktek hal ini dapat dilakukan karena adanya hambatan fraksi harga dan satuan perdagangan.

Dengan membeli sebanyak 100 lembar secara rutin selama 10x sebagaimana terlihat dalam table, maka seorang investor akan menghabiskan dana sebesar Rp 34.600.000 atau rata-rata Rp 3.460 perlembar. Kalau dibandingkan dengan harga pada transaksi sebesar Rp 3.950, maka investor tersebut memperoleh harga Rp 490 lebih murah. Kalau investor tersebut menjual 10000 lembar saham miliknya, maka ia akan menikmati capital gain Rp 4.900.000

Sedangkan dengan pembelian yang tetap sebesar RP 2.050.000 selama 10x pembelian, maka investor mengeluarkan dana sebesar Rp 10.500.000 dan mendapat saham sejumlah 5228 lembar. Kalau investor tersebut membeli dengan harga pada transaksi terakhir dengan dana Rp 20.500.000 maka jumlah saham yang dia peroleh adlah 5157 lembar, atau 71 lembar lebih sedikit.

Strategi averaging up bisa dimulai pada saat harga saham mencapai titik terendahnya. Harga terendah ini mungkin terbentuk karena saham terseret oleh penurunan pasar secara keseluruhan.

Hindari Averaging Down

Secara sekilas, menggunakan strategi aveaging down saat harga sedang menurun kelihatannya menguntungkan, yakni memeperoleh harga yang lebih rendah untuk saham yang sama. Namun strategi averaging down sering kali bukan langkah terbaik karena investor tidak dapat mengetahui dimana penurunan harga akan berakhir sebelum hal tersebut terjadi.

Implementasi strategi averaging down juga sulit. Pasalnya, investor harus membeli dengan interval yang teratur meskipun harga terus menurun. Investor mungkin dapat menerima penurunan harga 2 atau 3 kali pembelian pertama. Tetapi setelah itu mungkin investor mulai kehilangan kepercayaan atas prospek saham tersebut.

Jika seorang investor mendapati saham yang diakumulasinya menurun harganya secara signifikan setelah 2 atau kali pembelian dan investor tersebut percaya bahwa harga saham tersebut akan menguntungkan untuk jangka panjang, maka langkah yang bisa dilakukannya adalah tetap memegang saham tersebut dan menghentikan pembelian. Sampai kapan? Sampai harga tersebut mencapai level support, di mana pembeli lain masuk pasar dan menghentikan penurunan. Kemudian ketika harga sudah merangkak naik atau ada tanda-tanda mau naik, barulah investor dapat melakukan averaging up. Tanda-tanda apakah harga akan kembali mulai naik dapat dilihat dari harga pasar historic untuk mengetahui level support sebelumnya.

Menemukan batas bawah harga sebuah saham bisa dilakukan dengan teknik perdagangan buy stop order, yakni order untuk membeli saham secepat mungkin saat harga tertingginya terjadi atau terlewati. Dengan teknik buy stop order investor memasang order beli di atas harga perdagangan dengan harapan order ini akan tereksekusi jika harga saham tersebut bergerak ke atas. Teknik ini menegaskan anjuran yang berbunyi : “Belilah saham jika harganya naik. Jika tidak jangan dibeli.”

Memasang buy stop order hendaknya dilakukan dengan hati-hati. Sebelum melakukannya investor hendaknya sepenuhnya memahami teknik ini. Misalnya jika harga saham tersebut terus turun, maka limit harga dapat diturunkan. Tetapi stategi ini ada risikonya. Jika laba perusahaan turun setelah penurunan harga, maka masa pemulihan bisa berlangsung lama dan itu berarti investor, karena memasang order ini, bisa kehilangan kesempatan memperoleh gain dari saham lain.

Diversifikasi Atas Waktu

Sepanjang menyangkut waktu, ada satu strategi diversifikasi lain yang dapat dilakukan oleh investor, membeli saham untuk time horizon yang berbeda. Bisa dikatakan strategi ini sebagai strategi diversifikasi waktu penjualan. Strategi ini dikembangkan karena dengan investasi pada saham yang sama, untuk jangka waktu yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda. Seperti terlihat dari pergerakan harga saham Telkom di atas, maka hasil yang diperoleh dari tahun ke tahun akan berbeda.

Dengan kata lain, strategi ini juga berguna untuk menyiasati fluktuasi harga. Penerapan strategi ini sederhana : jika investor membeli saham 200 lot (100.000 lembar) saham PT Telkom saat IPO, maka 20 lot dijual pada tahun pertama, 20 lot lagi tahun kedua, 20 lot lagi tahun ketiga seterusnya sampai habis ( catatan : 1lot = 500lembar 10000 / 50 = 20lot ). Dengan cara ini investor tersebut dapat mengantongi hasil penjualan sebesar Rp 356.250 juta. Sedangkan kalau dijual sekaligus pada transaksi terakhir, maka daan yang akan terkumpul adalah Rp 307.500.000

Tabel 20.2 Diversivikasi Waktu Penjualan





Sisa Saham ( lbr )

Nilai Kas ( Rp )

Beli 100.000 lbr saat IPO

100.000

205.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 96 @ Rp 3.000

90.000

30.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 96 @ Rp 3.525

80000

35.250.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 97 @ Rp 4.075

70000

40.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 97 @ Rp 4.175

60000

41.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 98 @ Rp 2.925

50000

29.250.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 98 @ Rp 4.175

40000

41.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 99 @ Rp 2.700

30000

27.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 99 @ Rp 4.000

20000

40.000.000

Jual 10.000 lbr pada 1 jan 00 @ Rp 3.975

10000

39.750.000

Jual 10.000 lbr pada 1 juli 00 @ Rp 3.075

0

30.750.000

Caveat Emptor

Membeli saham adalah mengantisipasi hasil di masa depan yang belum pasti. Oleh karena itu, adalah bijaksana untuk menerapkan strategi yang membatasi resiko bilamana mungkin. Rencana investasi periodic seperti price averaging tidak menjamin profit atau memberi perlindungan terhadap pasar yang menurun. Dengan melakukan averaging up dan teknik buy stop order, investor dapat mempunyai kontrol atas resiko ini.

Price averaging dapat digunakan dengan baik untuk segala invesatasi portofolio, meskipun strategi ini cenderung bekerja lebih baik di reksa dana. Reksa Dana menguntungkan karena unit penyertaanya dapat dipecah, yang memungkinkan investor membeli dengan jumlah uang tertentu dan tidak harus dengan jumlah unit penyertaan tertentu. Sebaliknya kalau dilakukan di saham maka ada hambatan satuan transaksi, yakni lot, dan fraksi harga. Investasi di reksa dana juga mempunyai keuntungan karena dengan dana yang kecil investor dapat melakukan pembelian.

Read More......