Gunakan Taktik untuk Menghadapi Goliath

“Saham yang dipegang atau direkomendasikan untuk dipegang investor lembaga harus diwaspadai. Suatu hari mayoritas akan mengambil keuntungan,” Gerald M. Loeb, pemasar efek dan penulis buku The Battle for Investment Survival (1935).

Ada dua pertimbangan mengapa investor lembaga perlu diperhatikan. Pertama, dapatkah investor individu bersaing dengan investor lembaga yang bermodal sangat besar? Kedua, apakah sebaiknya investor kecil memilih atau menghindari saham yang dipegang investor lembaga?

Kisah Daud dan Goliath

Dalam kisah Alkitab Daud dan Goliath, diceritakan bahwa raksasa yang sangat kuat bernama Goliath dapat ditundukkan oleh Daud dengan kecerdikan. Tetapi dalam dunia investasi nyata, dapatkah Daud yang mewakili investor individual, mengalahkan Golath (investor dengan dana besar). Mari kita lihat dulu siapa sebenarnya Goliath di pasar finansial.

Goliath dalam pasar finansial umumnya adalah investor lembaga, yang mungkin berbentuk fund manager professional yang mengelola dana milik nasabah, seperti lembaga dana pensiun, yayasan kesejahteraan karyawan, reksadana, dan perusahaan asuransi. Bisa juga keempat lembaga yang disebutkan terakhir mengelola dana mereka sendiri., yang mereka himpun dari nasabahnya. Investor lembaga ini mungkin berinvestasi untuk jangka panjang dan jangka pendek. Namun yang sering adalah keduanya, sebagian dari portofolio invetasi mereka untuk jangka panjang dan sebagian di antaranya dialokasikan untuk trading.

Sebagai pemain besar, investor lembaga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihannya besarnya dana mereka, setidaknya relatif lebih besar dari dana investor individu. Dengan dana yang sangat besar, investor lembaga dapat bertransaksi dalam jumlah besar sehingga mereka bisa memperoleh untung dari perubahan harga yang kecil saja. Keuntungan satu persen dari investasi sebesar Rp 1 milyar, adalah Rp 10 juta. Dengan nilai transaksi besar, mereka juga menikmati diskon dalam biaya besar.

Besarnya dana yang dikelola lembaga memberi mereka satu kelebihan lagi : sebagai penggerak harga, baik saham individual dan bahkan juga pasar. Kalau mereka menjual misalnya, harga saham atau pasar bisa turun semata – mata karena besarnya jumlah saham yang mereka lepas. Hal ini terjadi kalau penjualan mereka dilakukan di pasar regular dan tidak ada investor dengan permintaan saham yang sama besarnya. Di sini berlaku hukum permintaan dan penawaran yang juga berlaku di mana – mana.

Masih berkaitan dengan soal dana, sebagai pemegang saham dalam jumlah signifikan mereka umumnya mempunyai akses informasi yang lebih besar. Dengan porsi kepemilikan yang besar atas sebuah saham mereka lebih mudah diterima ketika melakukan company visit, meskipun menurut hukum, informasi tersedia kepada semua orang pada saat yang sama. Sebagian investor lembaga juga mampu menggaji analis terbaik untuk mendukung proses investasinya.

The Thundering Herd or Blundering Herd

Investor lembaga sering dikenal dengan istilah herd, atau “thundering herd”, kumpulan hewan yang kedengaran gemuruhnya kalau berlarian. Istilah “thundering-herd” bermula dari hari – hari awal Amerika ketika sekawanan ternak digiring ke pasar untuk dijual. Gerakan sekawanan ternak ini kedengarannya gemuruhnya dan dapat menarik ternak lain untuk bergabung.

Seperti sekawanan ternak, sering kali perilaku investor lembaga menjadi panutan bagi investor individu. Ada anggapan misalnya bahwa jika 20-30 persen saham emiten dimiliki investor lembaga maka berarti bahwa saham tersebut bagus dan layak beli. Pasalnya mereka sudah melakukan seleksi secara ketat sebelum memutuskan membeli saham tersebut. Dan dengan dananya yang besar, pembelian investor lembaga dapat mengangkat harga, meskipun harga saham tersebut bisa jadi mempunyai fundamental yang tidak terlalu bagus.

Meskipun porsi kepemilikan mayoritas oleh lembaga dapat menjadi keuntungan, tetapi hal itu mengandung risiko juga. Risikonya adalah kalau mereka menjual, entah mau melepas atau sekedar melakukan aksi profit taking. Dalam kondisi normal dan stabil, sebagian saham investor lembaga digunakan untuk trading. Tetapi situasi bisa berubah dengan cepat. Jika 40-50% saham ada di tangan lembaga, dan mereka mulai menjual, maka itu bisa menjadi bencana bagi pemegang saham tersebut.

Menurut Peter Lynch, mantan pengelola Magellan Fund, memepercayai sepenuhnya investor lembaga membawa kerugian tersendiri bagi individu : terjangkiti kompleks rendah diri. Hal ini dapat mendorong investor individu melakukan tiga hal destruktif : Pertama , ikut bermain dalam “hot stock,” saham yang sedang “digoreng”. Di sini dengan perubahan satu poin saja investor lembaga dapat untung besar karena besarnya modal mereka. Kerugian satu poin bisa mereka telan. Bagi investor individu kenaikan satu poin mungkin baru cukup untuk menutup biaya transaksi.

Kedua, menjadi canggih dan berinvestasi di perdagangan berjangka (derivatif) seperti options, yang penuh risiko; atau ketiga; membeli saham yang mereka rekomendasikan di majalah. Rekomendasi mereka ada yang bagus dan ada yang jelek, tetapi semuanya sudah basi. Pendapat mereka bisa berubah – ubah setiap kali ada transaksi. Jangan gunakan analisa fund manager profesional sebagi satu – satunya landasan ketika membeli saham.

Selain itu, ketika membuat keputusan investasi investor lemabaga tidak selalu benar. Dengan kata – kata Peter Lynch, suatu ketika thundering herd bisa menjadi blundering herd, ternak yang melakuan kesalahan besar. Ia memberi contoh. Saham berfundamental bagus pada umumnya bergerak searah dengan perubahan pasar. Namun, kalau sebagian besar saham tersebut didominasi oleh investor asing, hal yang sebaliknya dapat terjadi, jika laju satu saham yang dipegang investor lemabaga tersebut tidak bergerak secepat pasar, harga saham tersebut bisa turun, Ini adalah akibat dari reaksi pasar yang normal, yang memfokuskan pada gejala jangka pendek.

Urut – urutan yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut : pasar terus menunjukkan adanya rally, tetapi saham yang ada dalam portofolio lembaga tidak ikut bergerak. Hal ini mendorong investor lembaga menjual saham tersebut dan membeli saham lain yang aktif. Karena penjualannya besar, maka dengan cepat penjual melebihi pembeli dan harga saham pun jatuh, meskipun pasar mengalami kenaikan.

Porsi Kepemilikan

Dengan perilaku sebagai penggerak harga, sering kali ada tuduhan bahwa investor lembaga dan fund manager professional telah mengambil uang investor individu. Masalahnya, apakah mereka memanipulasi harga? Legalkah langkah mereka itu? Jawabanya bisa ya dan bisa tidak. Kadang ada manipulasi harga yang bisa diidentifikasi dengan jelas dan ini ilegal. Di waktu lain hal itu tidak terlihat jelas. Di pasar terbuka, bebas, dan melibatkan banyak pihak, maka akan sangat sulit untuk memantau atau mengontrol semua manipulasi harga. Dalam hal ini pilihan investor individu adalah apakah menghindari saham yang volatile atau ikut berspekulasi.

Untuk menghindari investor lembaga rasanya sulit, karena tidak mudah menemukan saham di mana tidak ada investor lembaga yang memegangnya. Jika yang menjadi persoalan bagi investor individu adalah fluktuasi harganya, maka kuncinya adalah jumlah saham yang beredar, bukan saham yang dipegang oleh lembaga. Sepanjang saham di tangan publik tersedia dalam jumlah besar, maka transaksi harian tidak akan mengundang lembaga untuk masuk ke pasar.

Beberapa analis mengatakan bahwa yang lebih penting bukanya prosentase kepemilikan lembaga tetapi berapa lembaga yang memegang saham tersebut. Jika 10 atau 20 lembaga mempunyai 60 persen satu saham tertentu, maka kecil kemungkinan bahwa mereka akan masuk ke pasar dengan tujuan yang sama – apakah menjual atau membeli – pada saat yang sama. Jelas tidak ada seorang pun dapat membantah logika ini. Namun, demikian ada tiga faktor yng umum dijumpai dalam saham yang dipegang oleh investor lembaga.

  1. Saham – saham yang dimiliki investor lembaga besar cenderung menjadi pemimpin pasar.
  2. Adalah sulit menemukan saham bagus yang sahamnya tidak banyak dimiliki lembaga.
  3. Jika lembaga tidak menyukai saham tersebut, maka pertumbuhan harga yang signifikan tidak terjadi.

Kelebihan Investor Individu

Dengan demikian Lynch menunjukkan bahwa di balik dominasi investor lembaga dan kecanggihan manajer professional, masih ada peluang bagi investor individu untuk memperoleh gain di pasar modal. Bahkan Lynch percaya bahwa investor individu mempunyai kans yang lebih baik di pasar jika mereka mengerjakan PR-nya dan mengetahui perusahaanya dengan baik.

Menurut Lynch, peluang tersedia bagi investor individu yang mengambil langkah independent, yakni ber-zig ketika investor lembaga ber-zag dan membeli saham yang diabaikan oleh Herd. Strategi ini sering dikenal dengan nama against the herd. Misalnya, daripada menjadi self-destruktif dengan mengikuti investor lembaga, ada baiknya investor individu menggunakan kelebihan yang tidak dimiliki investor lembaga.

Apa kelebihannya? Ada dua kelebihan investor individu yang sering terabaikan : keunggulan pekerjaan, dimana atau di industri apa investor bekerja atau mempunyai hubungan kerja. Kelebihan lain investor individu adalah kelincahannya. Setiap kali ada perubahan pasar secara mendadak, investor individu dengan cepat membuat penyesuaian. Dengan dananya yang besar, maka investor lembaga akan menunggu beberapa waktu untuk dapat menjual semua saham yang dimilikinya. Bisa jadi prosedur kerja di lembaga tersebut juga menghambat langkahnya.

Yang lebih untung adalah kalau investor individu dapat mendahului herd, apakah ketika mereka sedang membeli atau mejual. Tidak seperti cattle herd beneran, berada di depan herd di pasar modal dapat menghasilkan banyak gain. Mengikuti herd dapat berarti cerita yang berbeda.

Caveat Emptor

Menghindari investor lembaga adalah mustahil. Bagi value investor, kepemilikan lembaga hendaknya menjadi pertimbangan, tetapi tidak menjadi satu – satunya kriteria untuk mengambil keputusan. Dengan kelincahannya, investor individu bisa bergerak di depan mereka. Jika mungkin, misalnya, temukan saham bagus sebelum investor lembaga masuk sebab saham sebagus apa pun tidak dapat naik secara signifikan tanpa kehadiran investor lemabaga.

Kinerja fundamental emiten tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya investor lembaga yang memegang sahamnya. Oleh karena itu, selain mencoba menemukan apakah jumlah kepemilikan lembaga adalah terlalu tinggi atau terlalu rendah, pelajari juga mengapa mereka menyukai yang lain. Analisa ini akan memberi investor individu gagasan lebih baik untuk mengetahui faktor apa yang membuat investor lembaga senang akan saham tertentu. Mengetahui fakta ini dapat membantu proses pemilihan saham.

0 comments: