Buy on the Rumors, Sell on the News

Inti dari strategi ini menganjurkan investor untuk membeli saham berdasarkan rumor dan menjual saham tersebut pada saat ada pernyataan resmi atas rumor tersebut, entah sifatnya membenarkan atau membantah. Tetapi strategi ini dapat diperluas dengan “menjual saham karena rumor dan membeli setelah ada berita tentang benar tidaknya rumor tersebut.”

Investor Pemula, Berhati – Hatilah

Strategi “buy on the rumors and sell on atau after the news” sering sangat efektif di tangan kawakan. Dengan pengalamannya menyaring informasi investor tersebut dapat menduga arah harga saham yang dapat diakibatkan oleh beredarnya rumor.

Meskipun menawarkan potensi hasil yang bagus, investor pemula sebaiknya berhati – hati mensikapinya mengingat tingginya potensi risiko. Umumnya investor tergoda untuk ikut bermain. Tetapi sering mereka mengambil posisi paling akhir. Kalau rumor tersebut dikonfirmasi, mereka tidak kehilangan modalnya bahkan bisa naik, meskipun gainnya tidak sebesar mereka yang masuk lebih awal. Namun tidak jarang rumor tersebut tidak benar sehingga harga saham kembali ke level semula atau bahkan lebih rendah lagi. Dengan demikian, investor yang masuk paling akhir akan mengalami kerugian.

Rumor merupakan gejala umum dijumpai di pasar mana saja, termasuk pasar saham yang efisien. Biasanya setiap corporate action didahului peredaran rumor di bursa. Sering rumor tentang rencana akuisisi tidak berdasar sama sekali. Rumor ini mungkin dihembuskan oleh dealer (Bandar), yang mempunyai saham tertentu dalam jumlah besar. Tujuannya jelas : mendorong investor mengikuti rumor tersebut dan membeli. Ketika harga mulai naik, Bandar tersebut mulai menjualnya dengan harga yang lebih tinggi.

Bisa pula rumor ini sebetulnya bocoran informasi dari rencana tersebut. Sumbernya bisa lembaga lain yang terlibat dalam corporate action tersbut, entah emiten, akuntan, atau arranger. Bahkan, tidak mustahil dibocorkan oleh oknum lembaga yang berwenang, misalnya petugas administrasi yang lalu membocorkan ke luar. Dari sini informasi berkembang ke mana – mana dan sulit dilacak. Rumor bisa jadi muncul karena lembaga – lembaga tersebut tidak transparan, dengan hanya menyebarkan informasi kepada kalangan terbatas. Hal ini untuk memberi mereka informasi dan memanfaatkannya untuk melakukan transaksi sebelum sampai ke publik. Transaksi seperti ini diklasifikasikan sebagai insider trading dan dilarang oleh peraturan, hmapir di semua bursa saham.

Transaksi saham yang didasarkan pada insider information jelas tidak fair dan merugikan mereka yang tidak memperoleh informasi tersebut. Untuk itu investor dilindungi dari aksi seperti itu. Pengelola BEJ misalnya memberikan perhatian serius dengan lebih ketat mengawasi saham yang dilanda rumor. Kalau ada indikasi kebenaran, misalnya volume, harga , tau frekuensi yang meningkat. Kalau indikasinya menjadi kuat, miaslnya lonjakan volume atau harga dalam jumlah besar, maka BEJ dapat melakukan penangguhan (suspend) atas saham tersebut. Jawaban yang diterima dari emiten akan diumumkan di bursa dan memperdagangkan kembali sahamnya kalau sudah dianggap cukup menyebar.

Rumor mempunyai cara sendiri untuk meyebar. Misalnya melalui telepon mengatakan “denger – denger Si Anu mau membeli PT. ABC”, dan sebagainya. Sumber rumor dan target rumor bisa siapa saja. Ketika rumor tersebut memicu transaksi entah kenaikan volume, frekuensi atau harga yang signifikan maka media massa yang menyebarkan.

Untuk Jangka Pendek atau Jangka Panjang ?

Terlepas terbukti benar atau tidak, sering kali kenyataan menunjukkan bahwa pasar memberikan respon atas sebuah rumor dan mengerakkan harga saham. Kalau rumor tersebut dipersepsikan akan membawa dampak positif, harga saham akan meningkat. Rumor akuisisi pada umummnya akan ditanggapi positif oleh pasar karena dapat menciptakan sinergi yang akan meningkatkan fundamental. Sebaliknya, kalau isi rumornya akan berdampak negatif – misalnya emiten dikabarkan kalah dalam transaksi derivatif valuta asing – maka harga saham akan turun. Rumor seperti ini misalnya melamda beberapa bank menjelang krisis moneter melanda Indonesia pada pertengahan 1997.

Lantas bagaimana sikap investor menghadapi rumor tersebut? Jawaban atas pertanyaan ini umumnya tergantung pada time horizon investor yang bersangkutan. Bagi investor jangka pendek yang memantau saham dari menit ke menit, umumnya cepat akan memanfaatkan sentimen yang ada. Jika sentimen pasar bagus, mereka ikut menbeli dan bila sebaliknya mereka menjual. Bahkan mereka yang sudah mengambil posisi sering mengabaikan bantahan oleh emiten dan tetap mengikuti tren yang ada. Patokan mereka adalah disiplin. Kalau dalam beberapa waktu aksi mereka tidak memberikan hasil, mereka akan melepas saham tersebut walaupun rugi.

Investor yang cenderung konservatif akan bersikap menunggu. Mereka akan mengecek kebenaran rumor tersebut sebelum mengambil posisi. Sambil menunggu jawaban, investor tipe ini akan melakukan analisa untuk melihat faktor teknikal dan fundamental saham tersebut,

Sebagian dari mereka, khususnya penganut setia analisa teknis, akan segera mengambil posisi jika hasil analisa teknis mendukung, meskipun rumor tersebut belum dikonfirmasi dan subyeknya adalah perusahaan kecil dengan kinerja tidak begitu bagus. Sebagian investor lain baru akan mengambil keputusan setelah melihat hasil analisa fundamental. Sepanjang rumor tersebut menyangkut perusahaan yang fundamental kuat dan arah rumor membawa keuntungan bagi emiten, mereka akan membeli saham tersebut. Inilah umumnya yang menjadi tindakan standar pemain professional, yang berorientasi jangka panjang.

Sudah Kuno

Strategi “buy on the rumors, sell on the news” bukan hal baru, tetapi sudah lama digunakan. Kalau diterapkan pada saat yang tepat, strategi dapat sabgat efektif untuk memperoleh untung besar dalam waktu singkat. Tetapi investor yang menerapkan strategi ini harus bersedia menerima kondisi tertentu. Sebagai contoh, rumor tersebut dibuat dan disebarkan dengan maksud mendorong harga saham ke atas. Kalau rumor yang beredar bersifat negatif, maka strateginya adalah sell on the rumors dan buy on the news.

Konsultan finansial dan penasihat investasi cenderung tidak menganjurkan investor membeli saham hanya berdasar rumor saja. Sebab rumor sering sengaja ditiup – tiupkan. Harga saham bisa segera terdongkrak karena rumor tersebut, tetapi tiba – tiba kembali ke level semula atau bahkan lebih rendah kalau rumor tidak berdasar. Dalam situasi ini, sikap yang lebih pruden adalah membiarkan rumor tersebut. Membeli saham berdasar rumor yang sudah dikonfirmasikan lebih aman.

Lonjakan harga saham setelah pengumuman akuisisi umumnya terjadi jika harga penawaran akuisisi sejalan dengan perkiraan para pelaku pasar. Pada saat itu para pelaku masih mengharapkan informasi bagus lainnya, yakni masuknya pembeli lain pada harga yang lebi tinggi.

Banyak investor melakukan profit taking pada saat dikonfirmasi, bukannya menunggu akuisisi aktualnya.

Caveat Emptor

Strategi spekulatif buying on the rumors dan selling on atau after the news adalah spekulasi tinggi. Banyak hal bisa berubah. Misal, rumor tentang akuisisi. Mungkin rumor tersebut dikonfirmasi oleh salah satu manajemen atau kedua emiten, yang mengatakan bahwa rencana tersebut bisa saja gagal. Rumor mrncapai media massa umumnya setelah menimbulkan dampak pada saham yang bersangkutan, apakah lonjakan harga, volume atau frekuensi transaksi. Akibatnya, investor yang membeli saham karena rumor yang mereka dengar atau baca dari media massa sudah sangat terlambat.

Banyak fund manager professional menghindari investasi yang dibuat berdasarkan pada rumor. Adalah lebih bijaksana melihat perusahaan – perusahaan yang menjadi sasaran akuisisi dan melihat kondisi fundamental perusahaan tersebut. Jika perusahaan ini tidak diakuisisi investor masih mempunyai saham berkualitas saham berkualitas dengan harga yang bagus.

0 comments: