Menjaring Tenbagger Ala Peter Lynch

Haim Levy dan Marshall Sarnat dalam buku mereka The Principle of Financial Management (1988), menulis bahwa harga saham mencerminkan ekspektasi investor pada laba emiten di masa mendatang dan berapa besar potensi laba tersebut harus didiskon. (Istilah diskon adalah eufinisme untuk antisipasi adanya kemungkinan buruk di masa mendatang). Untuk itu, sebelum membeli saham, investor (khususnya yang berorientasi pada value) akan melakukan analisa fundamental guna membuat prediksi laba emiten yang bersangkutan. Jelas, dalam hal ini investor dituntut untuk mengumpulkan segala informasi yang tersedia tentang emiten yang bersangkutan.

Manfaatkan Pengetahuan, Pengalaman Anda

Memperoleh informasi seputar emiten dewasa ini bukan lagi persoalan. Selain sumber – sumber konvensional, seperti koran, majalah, dan hasil riset para analisis saham, kini informasi emiten dapat diperoleh melalui internet, diantaranya bisa diperoleh secara gratis.

Dengan demikian masalah pokok dalam analisa emiten bukan pada kelangkaan informasi, tetapi memaknai informasi yang ada, Dalam hal ini investor harus memilah antara informasi yang secara signifikan penting dan berpengaruh pada kinerja emiten, dan informasi yang disampaikan oleh emiten untuk membnagun citra. Memilah informasi ini sendiri mungkin merupakan aktivitas yang menyita waktu.

Dalam kaitan ini maka sangat masuk akal kalau investor menggunakan informasi tentang emiten yang paling mereka sukai. Misalnya, seorang apoteker tentu mempunyai wawasan yang mendalam tentang potensi pertumbuhan perusahaan – perusahaan farmasi. Seorang insinyur elektro dapat memahami lebih baik tentang industri komputer daripada seorang apoteker. Dengan memanfaatkan latar belakang profesi atau pendidikannya, seorang dapat menghemat banyak waktu dalam melakukan analisa fundamental. Namun demikian, hal ini sering tidak dilakukan. Pengembang berinvestasi di saham perbankan; dokter berinvestasi di saham – saham properti dan insinyur aeronotika berinvestasi di perusahaan pembuat obat.

Strategi Menjaring Tenbagger Ala Peter Lynch

Memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman dalam berinvestasi memang sederhana. Namun jangan meremehkan strategi ini. Bahkan Peter Lynch, yang oleh Wall Street Journal dinobatkan sebagai salah satu investor terbesar sepanjang masa, menggunakan strategi ini ketika ia memilih apa yang ia sebut tenbagger, perusahaan yang sahamnya mempunyai potensi untuk meningkat 10 kali lipat.

Keberhasilan Linch memilih tenbagger inilah yang membuatnya sukses mengelola Magellan Fund, sebuah Reksadana Saham. Ketika mengambil ahli pengelolaan Magellan Fund pada 1977, asetnya US$ 20 juta dan tersebar di 45 saham. Tetapi saat memutuskan pensiun pada 1990, asset Magellan Fund meningkat menjadi US$ 13 miliar dan tersebar di 1200 saham. Ini berarti investor yang menempatkan dananya US$ 10.000 pada 1977 berkembang menjadi US$ 280.000 pada tahun 1990. Inilah sebabnya ia memperoleh gelar tersebut.

Menurut Peter Linch, peluang untuk mendapatkan tenbagger ada dimana – mana, di sekitar rumah, di mal, di pompa bensin, dan di kantor. Dengan mengamati lingkungannya orang sebenarnya dapat merasakan perusahaan mana yang sedang tumbuh berkembnag. Dalam bisnis eceran misalnya, produsen barang pemasok barang, petugas kebersihan, kasir di supermarket, serta analisis saham akan menjumpai peluang investasi di saham pengecer. Bahkan konsumen dapat menemukan peluang ini ketika ia berbelanja.

Begitu juga, seorang insinyur perminyakan yang berinvestasi disaham sebuah department store karena anjuran pialangnya, mungkin tidak menyadari kalau banyak pelanggan pelanggan department store yang pindah ke hipermaket sampai informasi ini disampaikan oleh analis, yang laporannya terbit beberapa bulan setelah tren tersebut berlangsung. Kasir, petugas kebersihan di department store tersebut akan merasakan terlebih dahulu adanya penurunan pelanggan atau jumlah transaksi. Sebaliknya, si insinyur tersebut dapat cepat tanggap yang mungkin terjadi atas saham perminyakan kalau ada pesaingnya yang menemukan sumber minyak baru dalam skala besar atau ada kebijkan tertentu dari OPEC.

Lebih lanjut Peter Lynch menulis, investor perlu lebih dari sekedar tahu banyak tentang emiten untuk dapat memperkirakan harga sahamnya akan naik. Namun poin yang ia sampaikan adalah : pertama, insinyur perminyakan , secara rata – rata, akan mempunyai keunggulan daripada dokter dalam memutuskan kapan akan membeli atau menjual saham perminyakan; kedua, seorang apoteker/dokter, secara rata-rata akan mengetahui lebih baik kapan berinvestasi di saham perusahaan farmasi dari pada seorang insinyur perminyakan. Satu hal yang pasti, dengan keunggulan latar belakang pekerjaan / pendidikan / pengalaman, investor akan mampu menghemat banyak waktu ketika melakukan analisa, dan membuat perkiraan lebih baik daripada orang yang tidak mempunyai keunggulan ini.

Membeli Saham Perusahaan Tempat Bekerja

Seorang yang bekerja di industri otomotif akan sangat masuk akal kalau berinvestasi di saham otomotif. Orang yang pernah bekerja di PT. Astra International selama bertahun – tahun tidak diragukan lagi mempunyai wawasan khusus tentang bagaimana jalannya perusahaan tersebut. Orang tersebut juga dapat mempunyai pemahaman khusus, misalnya tentang kemampuan para distributor mobil produk Astra atau pemasok yang digunakan oleh Astra. Pemahaman ini dapat berharga lebih baik dibanding dengan analis saham professional yang meluangkan waktunya berbulan – bulan untuk menganalisa perusahaan tersebut.

Masalah yang mungkin timbul dalam strategi ini adalah keterlibatan emosi. Bisa jadi orang enggan menjual saham yang dipegangnya, meskipun harganya menunjukkan tren penurunan, semata – mata karena ia bekerja di perusahaan tersebut. Orang tersebut, tidak ingin kalau harga saham perusaaannya semakin terperosok kalau in ikut – ikutan menjual.

Dalam hal ini harap diingat bahwa investor bukan bertindak sebagai filantropis. Ada satu cara lain guna menghindari konflik emosi ini, yakni dengan berinvestasi di saham perusahaan pesaing. Kadang – kadang seorang mengetahui lebih banyak tentang pesaingnya daripada yang mereka miliki tentang perusahaanya. Orang yang bekerja di PT Gudang Garam mungkin mengetahui dengan baik tentang PT. HM Sampoerna, dan sebaliknya. Juga orang yang bekerja di Gudang Garam tahu kira – kira bagaimana prospek perusahaanya jika HM Sampoerna meluncurkan produk baru yang mirip dengan produk perusahaanya.

Caveat Emptor

Berinvestasi di saham perusahaan – perusahaan di mana seseorang mempunyai pengalaman kerja tidak menjamin kesuksesan, tetapi hal itu akan membantu menghemat waktu untuk menganalisa, membantu membuat analisa lebih baik dan lebih cepat sehingga meningkatkan peluang untuk sukses.

Dengan menerapkan strategi ini dalam berinvestasi di saham memberi keuntungan tambahan, yakni membantu investor mengamati kesuksesan dan kegagalan pesaing. Investor tersebut dapat mempunyai hidung yang lebih tajam kalau pesaing mengambangkan produk baru. Jelas hal ini dapat menjadi sumber yang sangat berharga bagi pekerjaannya.

0 comments: