Ikutlah Asing, Jangan Aseng !

“Perdagangan saham di BEI selama sepekan mencatat net selling asing sebesar Rp 900 miliar sementara IHSG terkoreksi 3,8% ”

Berita di atas menunjukkan dua fakta : net selling (nilai jual > nilai beli) yang dibukukan investor asing dan penurunan indeks harga saham gabungan. Berita tersebut tidak secara langsung menyebutkan adanya korelasi positif antara net selling dengan penurunan IHSG. Bukankah harga saham bisa turun semata – mata karena penjual lebih banyak daripada pembeli.

Masalahnya adalah apakah penurunan IHSG karena net selling investor asing di atas merupakan sebuah kebetulan atau, lebih jauh, sebuah kecenderungan.

Penentu perubahan indeks bukanlah hanya karena aksi beli investor asing, tetapi juga ditunjang dominasinya dalam nilai transaksi. Ini berarti bahwa mekanisme pasar berlaku : siapa yang memiliki pangsa pasar terbesar selalu memiliki pengaruh dalam tren pergerakan harga. Ini berlaku dalam industri mana saja, termasuk dalam harga saham. Sebagus apa pun sebuah saham, tanpa kehadiran investor dominan, maka harga sulit naik secara signifikan.

Masihkah Mengekor Asing Berarti Untung?

Penerapan strategi ini mudah, yakni membeli saham yang dibeli oleh investor asing dan atau masuk ke pasar saat investor asing masuk. Secara teknis, mengekor asing tidak sulit. Pasalnya, order mereka dapat diamati melalui layar monitor komputer. Ketika memasang posisi, order mereka dimasukkan dengan warna berbeda dengan investor domestik

Meskipun mengakui ada manfaatnya, beberapa analis mengatakan bahwa strategi “mengekor asing” mempunyai sisi negatif juga: investor menjadi malas mempelajari emiten. Sebaliknya, investor domestik ini lebih banyak mengunakan energinya untuk mempelajari perilaku investor asing.

Pada umumnya, dalam kondisi normal investor asing dikenal sebagai value investor, investor yang mengutamakan faktor fundamental. Dalam memilih saham investor sangat teliti. Mereka mempertimbangkan dengan sangat serius kondisi ekonomi makro dan fundamental emiten yang bersangkutan. Mereka umumnya memilih saham terbaik, bukan saja di satu negara tetapi juga di negara lain. Misalnya ketika mereka ingin berinvestasi di sektor telekomunikasi mereka akan membandingkan PT Telkom dengan Telekom (Malaysia) dan Singtel (Singapura)

Dalam melihat fundamental emiten, investor asing tidak hanya melihat potensi pertumbuhan pendapatan dan laba, tetapi juga kapabilitas manajemen emiten yang bersangkutan. Selain itu, investor asing cenderung memilih saham yang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi. Kedua kualitas ini menempel pada saham – saham blue chip. Untuk membantu proses seleksi saham mereka megggaji analisis terbaik untuk melakukan riset. Selain itu, umunya investor asing memiliki dana besar, lebih berpengalaman dan jauh lebih berani dalam mengambil posisi.

Caveat Emptor

Ketika suatu aksi telah menjadi pola atau kebiasaan maka hal itu akan mengundang orang untuk mengambil manfaat darinya. Begitu juga dengan kebiasaan investor domestik mengekor investor asing. Untuk mengambil manfaat dari kebiasaan tersebut, banyak investor domestik yang bertransaksi dengan baju asing. Di kalangan pelaku pasar, mereka ini dinamakan Aseng, nama populer untuk eknis Cina yang dalam kelompok investor domestik, dianggap lebih dominan dibandingkan kelompok eknis lain.

Siapa sebenarnya Aseng ini? Mereka adalah investor lokal yang memakai nama orang asing atau memakai manajer investasi asing sehingga dalam bertransaksi mereka menggunakan kode asing. Namun investor yang jeli bisa membedakan antara Asing dan Aseng. Aseng umumnya bermain untuk jangka pendek dan suka melakukan rally (bergerombolan) di saham – saham berkapitalisasi kecil. Begitu ada potensi gain kecil, mereka segera melakukan profit taking.

Bisa jadi investor asing memanfaatkan kebiasaan mengekor di kalangan investor domestik untuk mengambil gain. Caranya, mereka membeli saham tertentu dan ketika investor domestik ikut membeli (yang berarti mendorong harga ke atas) mereka menjual saham tersebut. Artinya, kalau order invetor domestik jaraknya jauh dengan investor asing, bisa jadi kerugian yang akan diderita oleh investor domestik. Kalau investor asing tetap memegang saham tersebut maka gain yang diperoleh investor domestik terbatas karena sebagian akan dinikmati investor asing.

0 comments: