Jangan Pernah Melawan the Fed

Nasihat kedua Marty Zweig yang perlu mendapat perhatian adalah : jangan pernah melawan the Fed. Nasihat ini tidak hanya berlaku bagi investor di AS, dimana the Fed beroperasi, tetapi juga bagi investor di seluruh dunia. Pasalnya, perilaku the fed tidak saja berdampak pada perekonomian di AS, tetapi juga di seluruh dunia. Investor di BEJ sebaiknya mengamati perilaku the Fed lebih teliti lagi karena pengaruhnya yang sangat pervasif. Apa atau siapa sebenarnya the Fed dan apa pekerjaannya?

Apa itu the Fed dan Apa Kerjanya?

Istilah the Fed adalah kependekan dari the Federal Reserve System, gabungan dari 12 bank swasta nasional di AS dan dipimpin oleh Dewan Gubernur yang beranggotakan tujuh orang. Secara teknis the fed adalah lembaga swasta yang dimiliki oleh 12 bank swasta tersebut. Tetapi the Fed lebih berperan sebagai badan pemerintah daripada sebuah entitas bisnis. Di bawah pimpinan seorang Chairman, the Fed berperan sebagai bank sentral AS.

Pada mulanya fungsinya the Fed terbatas pada the lender of the last resort. Namun sejalan dengan perkembangan waktu, dan didorong oleh the great depression antara (1926 – 1933) peran the Fed dalam kehidupan ekonomi di AS semakin besar.

The Fed dibentuk pada tahun 1913, ketika bank sentral Inggris, the bank of England memasuki usia 3 abad. Kelambatan AS dalam mengadopsi system bank sentral ini karena kecurigaan warganya tentang dampak negative otoritas dan wewenang yang tersentralisir.

Terbentuknya the Fed bisa dikatakan tanpa rencana. Pemicu terbentuknya the Fed adalah krisis ekonomi di awal 1900-an yang membuat banyak bisnis bangkrut sehingga bank tidak bisa managih kreditnya. Ditambah dengan adanya penarikan dana secara besar- besaran, banyak bank mengalami kesulitan likuidatas dan akhirnya satu demi satu bank pun bangkrut. Situasi ini dapat lebih parah seandainya J. P. Morgan, tokoh keuangan terkemuka di New York pada waktu itu, tidak mengambil inisiatif yang sangat berani. Pada 1907 ia mengumpulkan semua banker terkemuka New York di rumahnya dan menahan mereka samapai mereka bersedia membantu bank yang sedang kesulitan likuidatas. Langkah Morgan berhasil dan bank kembali beroperasi secara normal.

Setelah itu isu tentang kemungkinan bencana serupa di masa mendatang menjadi pembicaraan serius anggota kongres AS. Karena mereka tidak bisa lagi bertumpu pada satu orang kalau ada kesulitan serupa di kemudian hari, maka kemudian kongres mengesahkan the Fed pada 1913.

Pengaruh The Fed

Dalam berperan sebagai the lender of the last resort, the Fed mewajibkan bank pemegang sahamnya menyimpan sejumlah dana yang bisa dipinjamkan ke bank yang kesulitan. Dalam menjalankan fungsinya inilah the Fed menemukan dua hal : pertama, simpanan dana dari anggota dapat digunakan untuk mengontrol aktivitas perbankan. Kedua, kontrol atas perbankan dapat mempengaruhi siklus bisnis. Jika ingin ekonomi berkembang, the Fed mendorong kredit bank dengan mengeluarkan cadangan. Begiti sebaliknya.

Pengaruh yang lebih pervasif dan terasa secara langsung pada investor adalah kebijakannya soal suku bunga. Dalam hal ini Dewan Gubernur the Fed dapat menentukan suku bunga yang ditagihkan kepada bank peminjam yang akan digunakan untuk memenuhi persyaratan dana simpanan di the Fed. Suku bunga yang dikenakan atas bank tersebut disebut the federal fund rate, yang bergerak tipis dari hari ke hari. Perubahan the federal fund rate ini dipengaruhi oleh transaksi di pasar obligasi dan – samapai tahap tertentu – transaksi di pasar modal, dan juga posisi likuidatas the fed saat itu.

Sebagai the lender of the last resort, the Fed juga berwenang menentukan the Fed discount rate, yakni suku bunga yang dikenakan oleh the Fed kepada bank – bank yang meminjam dana darinya. The discount rate ini menjadi faktor utama bagi bank umum (yang meminjam ke the Fed) dalam menentukan prime rate, yakni suku bunga yang mereka kenakan kepada peminjam besar. Prime rate inilah yang banyak digunakan sebagai dasar untuk menghitung suku bunga komersial. The Fed biasanya mengubah tingkat the discount rate dua kali setahun. Namun the Fed bisa melakukannya lebih banyak atautidak sama sekali.

Ketiga tingkat suku bunga tersebut : the fed fund rate, the discount rate dan prime rate – ditetapka sendiri – sendiri tetapi saling mempengaruhi. Dari semua itu yang sering diberitakan adalah the discount rate. Perubahan kecil discount rate, misalnya beberapa basis poin, umumnya hanya berpengaruh di pasar uang dan tidak banyak pengaruh pada pada modal. Tetapi jika perubahan cukup signifikan, misalnya 25 basis atau 50 basis poin, apalagi kalau perubahan berlangsung lebih dari satu kali dalam setahun, maka hampir dapat dipastikan kalau perubahan itu akan berpengaruh besar pada harga saham.

Suku Bunga yang Naik

Ketika indeks DJIA naik sampai ke level tertinggi Mei 1999, maka chairman the Fed waktu itu, Alan Greenspan, gerah. Kenaikan harga saham itu menjadi indikasi bahwa ekonomi AS sudah overheating dan harus didinginkan. Kalau didiamkan saja akan menggelembung bak balon yang dapat meletus sewaktu-waktu. Langkah yang dapat dilakukan the Fed adalah menaikkan suku bunga. Tujuannya adalah memperlambat ekonomi yang memanas. Ekonomi yang memanas dapat berarti kelebihan produksi (supply). Dan karena permintaan tidak elastis, maka banyak produk yang kurangan konsumen. Akibatnya, harga akan menurun dan oleh karena itu mengarah ke deflasi dan stagnasi ekonomi.

Kenaikan suku bunga pada umumnya dapat membuat harga saham turun. Ada dua penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga akan mengubah peta hasil investasi. Pada saat suku bunga pinjaman 5% setahun, maka investor obligasi akan puas denga hasil investasi 6% dan investor saham 7%. Ketika suku bunga naik menjadi 6%, maka investor obligasi dan saham menginginkan hasil yang lebih tinggi sebanding dengan siap mereka tanggung. Pada saat itu mungkin investor menjual obligasinya dan menyimpan danamya di bank. Dengan hasil sama, investor menghadapi resiko yang lebih rendah. Begitu juga, investor saham yang semula puas menerima hasil 7% setahun mungkin akan menjual sahamnya dan menyimpan di bank atau membeli obligasi, yang sudah turun harganya. Ketika banyak orang menjual saham, maka harganya dapat turun.

Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bagi emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi biaya produksi terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin menunda pembeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan perusahaan menurun. Penurunan penjualan dan laba akan menekan harga saham.

Namun ada kalanya kenaikan suku bunga tidak membuat harga saham turun. Jika suku bunga naik perlahan, maka hal itu dapat mencegah ekonomi yang memanas. Kalau investor dan pelaku ekonomi mengakui bahwa kenaikan suku bunga tersebut diperlukan untuk mendinginkan ekonomi, maka harga saham bukannya turun, tetapi bisa naik lebih tinggi lagi. Kalaupun ada penurunan harga saham itu adalah reaksi pasar spontan yang terjadi sebelum suku bunga benar – benar dinaikkan dan beberapa saat setelah dilakukan sampai momennya habis. Setelah itu saham kembali menjadi pusat perhatian investor. Kenaikan harga saham saat ada kenaikan suku bunga terjadi karena antisipasi investor pada prospek saham. Ketakutan akan adanya ekonomi AS memanas pada 1994, pasar modal AS menjadi tidak menentu.

Sebaliknya, jika ekonomi bergerak lamban dan perlu dukungan, maka the Fed dapat menurunkan suku bunga. Mekanismenya adalah dengan memasok uang lebih banyak ke pasar. Kondisi ini akan memungkinkan perusahaan meminjam uang dan memproduksi lebih banyak barang. Begitu juga, konsumen dapat meminjam untuk membiayai konsumsi, misalnya membeli rumah atau mobil dengan kredit. Pada giliranya, kinerja keuangan perusahaan akan memingkat. Oleh karena itu, harga saham mungkin mengalami rally dengan berita adanya penurunan suku bunga.

Dampak Kebijakan the Fed di Jakarta

Ketika pasar AS terpengaruh, maka dampaknya bisa terasa oleh petani di Malang yang bermain saham di BEJ. Pengaruhnya bisa terasa melalui berbagai cara.

Pertama, ketika the Fed menaikkan suku bunga, maka ada kecenderungan bahwa suku bunga di negara lain, termasuk Indonesia akan meningkat juga. Kalau tidak, akan banyak pemegang rupiah akan menbeli dolar dan menyimpannya dalam bentuk dolar demi bunga yang lebih tinggi. Dan seperti dijelaskan di depan, kenaikan suku bunga akan menekan harga saham.

Kedua, kalaupun pemerintah Indonesia tidak mengikuti langkah the Fed untuk menaikkan suku bunga, seperti yang terjadi Mei 2000, maka banyak orang akan memindahkan danaanya dari rupiah ke dolar AS sampai ke level yang mereka pandang masuk akal. Ini berarti bahwa nilai rupiah menurun. Ketika nilai rupiah menurun, maka beban usaha perusahaan di Indonesia – yang masi tergantung pada bahan baku impor, akan meningkat. Itu berarti penurunan laba dan pada gilirannya harga saham.

Ketiga, ketiga the Fed menaikkan suku bunga maka harga saham di Wall Sreet, AS akan menurun. Karena possisinya sebagai lokomotif pasar modal dunia, penurunan harga saham di AS biasanya diikuti penurunan harga saham di bursa – bursa lainnya. Hal ini terjadi karena penurunan harga di Wall Street membuat harga saham, misalnya di BEJ, menjadi relatif lebih mahal. Ini bisa mendorong investor menjual sahamnya di BEJ dan menggunakan hasilnya untuk membeli saham di Wall Street. Kalau ini terjadi maka baik nilai ruoiah dan saham akan mengalami penurunan.

Caveat Emptor

Mengingat betapa besar pengaruhnya the Fed pada ekonomi di AS dan di seluruh dunia maka perlu diamati perilakunya. Jadi kalau ada indikasi kuat bahwa the Fed akan menaikkan discount rate, sebaiknya jangan menentang arus, misalnya tetap memborong saham. Atau sebaliknya.

Kalaupun investor melihat peluang membeli saham saat the fed diberitakan akan menaikkan suku bunga, sebaiknya pembelian dilakukan setelah pasar membuat penyesuaian atau mengalami stabilisasi. Pengambilan posisi yang bertentangan dengan the Fed, sebaiknya hanya dillakukan dengan alasan yang sangat kuat, misalkan ada akuisisi yang menawarkan potensi hasil yang lebih besar dari potensi penurunan harga sebagai penyesuaian kenaikan suku bunga.

0 comments: