Investasikan Waktu, Sebelum Uang

Pasar modal adalah labirin : jalan di mana orang mudah masuk, lalu tersesat dan sulit ke luar. Secara sarkastis, investor sering memelesetkan pasar modal menjadi “pasar modar”. Maksudnya, investor yang masuk bukannya meningkat kekayaannya tetapi malah berkurang.

Kedua ilustrasi di atas menggambarkan sisi gelap bursa efek dari kaca mata investor. Memang, berinvestasi di pasar modal berisiko besar sebanding dengan potensi hasilnya. Namun, investor sering kali mendapati bahwa risiko yang mereka tanggung ternyata tidak sebanding dengan potensi hasilnya. Pasalnya aksi investasi mereka tidak dengan hati – hati dan tidak dengan cara yang benar. John Moody, menyamakan investor seperti ini dengan penjudi bodoh yang ikut bermain di meja roulette.

Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan investor adalah tidak memahami betul apa yang mereka lakukan. Akibatnya, mereka masuk ke perangkap yang di pasang oleh pelaku pasar lain, apakah itu investor, emiten atau pialang, yang menggunakan trik tertentu yang sering kali melanggar peraturan demi memperoleh keuntungan abnormal. Kurangnya pengetahuan ini menjadi risiko tambahan bagi investor.

Cari Informasi Sebelum Berinvestasi, Bukan Sesudahnya

Sebelum berinvestasi di saham (atau sarana investasi lain) investor seharusnya menginvestasikan waktunya terlebih dahulu untuk memahami seluk beluk dunia yang akan dimasukinya. Dalam konteks saham sebagai instrument investasi, pemahaman investor mencakup apa itu saham, bagaimana menilai saham, bagaimana memprediksi potensi hasil dan potensi risiko serta kendalanya.

Selain itu, investor juga perlu mempelajari mekanisme perdagangan saham dan bursa di mana perdagangan terjadi. Yang tidak kalah penting adalah mengenali trik – trik perdagangan yang digunakan oleh pelaku pasar. Hal ini penting karena pasar juga mengantung potensi hasil dan risikonya sendiri. Semakin akrab investor dengan aksi pasar dan pada saham yang diminati, semakin besar kemungkinannya untuk sukses.

Banyak orang merasa enggan mempelajari seluk – beluk pasar modal. Pasalnya, aktivitas tersebut menyita waktu dan energi serta dapat mengarah pada kebingungan dan frustasi. Alih – alih mereka menempuh jalan pintas, dengan mengandalkan pada pertimbangan dan kebijaksanaan penasihat investasi. Atau, yang lebih parah, mereka hanya ikut – ikutan teman atau saudara.

Masalahnya, menggantungkan sepenuhnya pada kebijaksanaan para penasihat investasi tidaklah bijaksana. Banyak kasus menunjukkan bahwa ketika membrikan nasihat, para penasihat investasi lebih bersemangat menjual daripada melayani kepentingan nasabah. Namun demikian nasihat investasi tetap diperlukan sebagai titik acuan membuat kebijakan inveatsi , bukan diiikuti sepenuhnya.

Meniru kebijakan investasi orang lain juga tidak bijaksana. Sebab bisa jadi kebijkan investasi tersebut tidak cocok, karena perbedaan kondisi finansial, tujuan investasi, dan preferensi terhadap risiko.

Pahamilah Pergerakan Harga Saham

Salah satu hal yang perlu dipahami oleh investor adalah memahami pasar. Pasar saham terus bergerak dengan modal investor sebagai bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar semakin cepat mesin bursa saham bergerak. Adapun arah gerakan pasar ditentukan oleh interaksi investor. Jika lebih banyak investor pembeli daripada penjual, harga sahm (baik saham individual maupun saham secara keseluruhan) akan naik. Jika lebih banyak penjual daripada pembeli, harga jatuh. Sangat sederhana. Yang membuat masalah ini menjadi sulit adalah menjawab sebuah pertanyaan yang juga sederhana : mengapa dan kapan investor membeli dan menjual saham? Mengapa investor tidak membeli saham dan menyimpannya saja sampai nilainya meningkat?

Salah satu pendorong investor untuk masuk ke pasar, entah membeli atau mejual, adalah adanya antisipasi atas kejadian masa depan. Dalam hal ini, sering investor melihat ke depan 6 atau 12 bulan lagi ketika melakukan transaksi, tetapi tidak selalu. Jika indeks harga saham turun 10% atau lebih salam satu sesi, investor jangka panjang sekalipun akan mengesampingkan dahulu apa yang mungkin terjad dalam 6-12 bulan mendatang. Sebaliknya, mereka lebih peduli pada apa yang mungkin terjadi dalam beberapa menit ke depan.

Faktor Nyata, Dibayangkan, dan Diciptakan

Pertanyaannya kemudian : apa yang diantisipasi investor? Jawaban atas pertanyaan ini adalah jelas, harapan semua investor saham, yakni dividen dan capital gain. Kedua hal ini kan tersedia kalau emiten mencetak laba. Dengan dasar apa investor membuat antisipasi? Michael D. Sheimo dalam bukunya Stock market Rules, memilahnya menjadi tiga : faktor nyata, dibayangkan, dan diciptakan.

Pertama, faktor nyata (real factor). Faktor nyata paling kuat yang menggerakkan saham individual dan pasar saham secara keseluruhan adalah apa yang mempengaruhi hasil investasi yakni suku bunga dan laba emiten. Perubahan suku bunga akan mengubah peta hasil investasi. Perubahan suku bunga juga mempengaruhi kinerja emiten.

Kedua, faktor yang dibayangkan (imagined factor). Faktor yang dibayangkan dapat berupa opini dari ekonom atau analis mengenai kuat lemahnya bursa saham dan ekonomi di mana bursa tersebut berada.

Ketiga, faktor yang diciptakan (fabricated factor) adalah aksi investor untuk menjual atau membeli saham bukan karena kedua faktor di atas. Misalnya order jual yang dipasang oleh investor dengan maksud mengetes kekuatan pasar.

Harga Saham Selama Krisis Moneter

Ketiga faktor di atas dapat terlihat dengan jelas menekan harga saham di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter sebagaimana terlihat dari perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG), indikator perubahan harga saham secara keseluruhan di BEJ. Pada 8 Juli 1997, beberapa hari sebelum krisis moneter mulai melanda Indonesia. IHSG bertengger pada level 740,85 poin, angka tertinggi sepanjang sejarah BEJ. Namun sejak itu indeks menunjukkan kecenderungan penurunan sampai ke level 398,04 di akhir 1998.

Seperti diketahui, krisis moneter mulai melanda pertengahan Juli 1997 dan memuncak pada 1998. Selama waktu itu, real factor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah depresiasi rupiah terhadap hampir semua mata uang dunia dan lonjakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia beberapa kali lipat, yang diiikuti lonjakan suku bunga simpanan hingga pernah mencapai 70%. Penutupan 16 Bank 1 November 1997 menegaskan pelaku pasar bahwa industri perbankan sangat rapuh sehingga tidak mampu mendukung pembangunan.

Imagined factor muncul ketika para analis yakin bahwa sebagian besar atau hampir semua emiten akan mengalami penurunan laba bersih, antara lain karena membengkaknya beban bunga dan kerugian selisih kurs. Imagined factor juga muncul ketika pakar ekonomi dan politik berpendapat bahwa krisis moneter tidak akan cepat selesai karena masuknya unsur politik. Sakitnya Soeharto menimbulkan spekulasi akan adanya pergantian kepemimpinan nasional, yang kemudian memang terjadi dengan lengsernya Soeharto akhir Mei 1998 menyusul adanya tragedi Trisakti. Janji pemerintah transisi Habibie untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1999 menimbulkan kekhawatiran akan adanya instabilitas politik sehingga pembangunan ekonomi terganggu. Akibatnya investor ragu – ragu membeli saham meskipun harganya sudah rendah.

Fabricated factor terjadi ketika ada penjualan besar-besaran oleh reksa dana. Pada waktu itu banyak pengelola reksa dana terpaksa menjual saham dalam jumlah besar untuk menutupi kewajibannya. Ini terlihat dari penurunan nilai aktiva bersih reksa dana dari Rp 8,34 triliun menjadi Rp 3,125 triliun pada 1998. Jadi mereka menjual bukan semata mata karena kedua faktor pertama,. Penuruanan harga yang tajam dapat membuat limit sell order, order jual yang dipasang di bawah harga pasar, jadi tereksekusi. Harga saham pun turun lebih tajam.

Arah Pergerakan Pasar

Dalam kondisi normal pasar terus berlangsung dan tidak pernah diam. Pergerakannya bisa menuju 3 arah : bergerak ke atas, mendatar, atau menurun.

Pasar Bergerak ke Bawah. Turunnya harga saham dapat terjadi karena beberapa hal serius seperti penurunan laba, memburuknya ekonomi makro, penurunan country risk atau pengurangan pembobotan oleh lembaga tertentu. Harga saham (pasar) mungkin mengalami penurunan karena alasan yang tidak begitu serius seperti koreksi pasar, profit taking atau adanya berita negatif yang mempengaruhi sentimen investor untuk menjual secara besar – besaran.

Kalau investor memegang saham yang harganya jatuh, akan berguna baginya untuk mencari tahu penyebab penurunan tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari media massa, internet, atau menelepon emiten atau pialang. Dengan mengetahui sebab – sebab penurunan harga saham yang dipegangnya, investor dapat menentukan sikap apakah ingin membeli lebih banyak, tetap memegang atau menjual sebagian atau seluruhnya.

Jika riset investor dan proses seleksi sahamnya valid, maka harga saham tersebut dapat segera pulih dan bahkan bergerak ke titik tertinggi baru. Ketika harga saham jatuh, mungkin akan muncul investor baru lain yang akan membeli saham tersebut karena melihat harganya sudah murah sekali (at bargain). Jika banyak pemburu barang murah (bargain hunter) muncul, maka penurunan harga akan berhenti. Tetapi penurunan harga, seperti yang terjadi selama krisis moneter, dapat berlangsung lama. Munculnya bargain hunter sering tidak mampu menahan tekanan jual sampai harga menyentuh dasar (bottom), level dimana harga berhenti turun dan mengambang atau berbalik arah.

Saham Bergerak Mendatar. Harga saham dapat bergerak mendatar. Mengapa? Jika satu saham tidak bergerak sedangkan secara keseluruhan pasar bergerak naik, tentu ada faktor negatif yang menghambat pergerakan saham tersebut. Dalam hal ini investor perlu mencari tahu apakah ada imagined factor yang negatif yang membuat investor kehilangan minat, ataukah saham tersebut merupakan permata yang belum diasah, atau belum ditemukan.

Permata yang belum diasah dapat mengalami lonjakan harga bahkan dengan adanya publikasi kecil. Banyak investor mengikuti strategi mencari permata ini, tetapi mereka yang sering berakhir di perusahaan yang dijalankan dengan baik tetapi tidak disukai pasar. Umumnya perusahaan jenis ini bagus, tetapi memiliki potensi pertumbuhan terbatas. Banyak investor besar lebih suka dengan perusahaan dengan pertumbuhan yang tidak terbatas.

Saham Bergerak ke Atas. Harga saham dapat bergerak naik kalau sebagian besar investor merasa yakin bahwa dividen dan capital gain menunggu mereka di depan. Keyakinan ini bisa muncul kalau kondisi makro ekonomi kondusif bagi emiten untuk mencetak laba. Dalam pasar yang mengalami kecenderungan menaik, pencatatan sebuah saham ke bursa dapat menggerakkan investor membeli saham – saham lain.

Ketika harga sebuah saham bergerak ke atas., banyak investor yang memegang saham tersebut menjadi gugup. Pada waktu itu mereka ingin tahu apakah harganya akan kembali turun atau harganya terlalu mahal sehingga tidak atraktif lagi. Di satu sisi mereka tidak ingin harga kembali tutun.

Dengan menyelidiki alasan kenaikan harga, investor dapat lebih mampu membuat keputusan. Jika harga terus meningkat, adalah bijaksana untuk membuat strategi protektif. Misalnya saja, menjual sebagian saham dan memegang sebagian yang lain. Keputusan untuk menjual saham dapat didasarkan pada harga pasar atau pada capital gain yang akan diperolehnya.

Caveat Emptor

Jumlah dana yang diputar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan investor di pasar modal. Namun, yang lebih penting daripada modal yang besar adalah kerja keras investor untuk mempelajari seluk beluk pasar modal sebelum mengambil aksi. Dengan memahami konsep dan aturan main, investor tidak menanggung risiko yang tidak diperlukan.

Setelah memegang saham, selalu luangkan waktu untuk bertanya mengapa pasar atau saham individual bergerak kearah tertentu. Dengan menganalisa sebab –sebab pergerakan harga maka investor dapat mengambil posisi yang tepat atas saham yang dipegangnya, apakah terus dipegang, dijual atau bahkan ditambah jumlahnya.

0 comments: