Berinvestasilah Jangka Panjang, Kelola Portofolio Secara Aktif

Berinvestasilah untuk jangka panjang. Nasihat investasi ini sering dianjurkan bagi calon investor saham. Alasannya sangat masuk akal. Dengan berinvestasi jangka panjang investor dapat menghindari penurunan harga saham karena faktor – faktor teknis, seperti sentimen pasar yang lemah, aksi profit taking, dan mungkin manipulasi harga.

Perubahan harga saham akibat faktor – faktor teknis ini umumnya tidak berlangsung lama. Dengan demikian, investor yang mempunyai time horizon jangka panjang tidak akan terjebak untuk menjual sahamnya ketika harganya mengalami tekanan temporer karena faktor teknis tersebut. Bahkan, karena sentimen yang tidak favorable misalnya, saham semiten bagus pun akan turun kalau pasar secara keseluruhan turun.

Alasan kedua adalah bahwa berinvestasi di saham untuk jangka panjang lebih menjamin hasil investasi. Seperti di instrument lainnya, time horizon yang panjang dapat membuat compounding effect bekerja maksimal. Selain itu, ada kepercayaan di antara para pelaku pasar bahwa investasi saham untuk jangka panjang akan mampu memberikan hasil investasi lebih besar daripada yang dapat diberikan oleh instrumen investasi lain.

Lain di AS, Lain di Indonesia

Benarkah saham mampu memberikan hasil investasi lebih besar daripada instrumen investasi lain? Jawabannya bisa benar dan bisa salah. Benar kalau pertanyaan tersebut ditujukan kepada dunia investasi di AS, tetapi tidak benar kalau di Indonesia. Di AS, seperti ditunjukkan oleh Susan Karp dalam bukunya Smart Guide to Profiting from Mutual Fund (1998), selama periode 70 tahun sejak 1926 hasil investasi di bursa efek Wall Street melampaui hasil dari instrument investasi lain deposito, sertifikat deposito, obligasi, reksa dana, dan tentu saja inflasi.

Mengapa harga saham pasti naik untuk jangka panjang? Dalam jangka panjang, pergerakan harga saham tidak bisa lain kecuali dipengaruhi oleh unjuk kerja emiten yang bersangkutan. Kalau emitennya sehat, dikelola dengan hati-hati oleh manajemen yang cakap maka emiten tersebut akan memberikan laba yang bagus. Bagusnya kinerja emiten ini pada gilirannya akan mendorong harga saham emiten tersebut ke atas. Sebaliknya, kalau kinerja emiten terus menurun maka perusahaan tersebut akan bangkrut dan likuidasi. Sejalan dengan itu tidak akan ada investor yang berminat atas saham tersebut, sehingga sahamnya menjadi kertas tidak berharga.

Begitu juga, harga saham secara keseluruhan di sebuah bursa akan ditentukan faktor fundamental ekonomi di mana bursa tersebut berada. Jika ekonomi suatu negara terus menurun, maka mata dagangan yang ada (yakni saham dan efek lain) menjadi tidak bagus sehingga diminati investor. Kalau kondisi ini berlangsung terus menerus, maka pada akhirnya bursa tersebut akan berhenti beroperesi. Maka dari itu, ketika sebuah bursa mengalami kemunduran misalnya berkurangnya emiten dan merosotnya harga saham tetapi masih beroperasi berarti lebih banyak pelaku bursa yang mempunyai optimisme bahwa kondisi akan membaik. Memang, bursa saham adalah tempat berkumpulnya orang – orang yang mempunyai optimisme.

Gunakan Manajemen Portofolio

Sebetulnya peluang bagi investor di BEI untuk dapat memperoleh hasil investasi yang lebih besar dari suku bunga deposito tetap terbuka. Peluang ini terbuka bagi investor yang mengelola portofolio – sekumpulan surat berharga yang diperdagangkan di bursa secara teratur – secara aktif sebagaimana para fund manager professional melakukannya.

Strategi pengelolaan secara aktif ini berarti bahwa aktivitas investor tidak berhenti setelah membeli saham. Sebaliknya, pembelian hanyalah sebagian kecil dari proses pengelolaan portofolio. Saham – saham yang dibeli hendaknya dipantau perkembangannya, baik harganya di pasar dan kekuatan pendukungnya, yakni kinerja emiten penerbit saham tersebut. Banyaknya emiten yang dilikuidasi selama krisis moneter menjadi pelajaran bahwa kekuatan fundamental sebuah emiten bisa berubah bilamana ada perubahan kondisi ekonomi makro atau karena mis-manajemen.

Ada satu teknik yang biasa digunakan oleh para fund manager professional. Mereka umumnya menyisihkan sebagian dari portofolionya untuk trading guna menurunkan leverage. Penerapannya mudah. Bila ada kenaikan harga karena faktor teknis, mereka menjual sebagian saham untuk merealisasi capital gain. Nanti kalau ada penurunan harga, misal karena adanya aksi profit taking, mereka membeli saham tersebut. Dengan teknik ini maka fund manager dapat mempertahankan porsi kepemilikan saham tersebut, tetapi dengan harga beli yang lebih rendah.

Caveat Emptor

Berinvestasi untuk jangka panjang adalah bijaksana. Namun untuk mencapai hasil maksimal di BEI, maka strategi tersebut harus dilengkapi dengan manajemen portofolio yang bagus. Seleksi saham hendaknya dilakukan secara saksama dan saham yang dibeli harus dipantau perkembangannya dan dievaluasi.

Meskipun dianjurkan untuk bermain jangka panjang, tetapi investor hendaknya tidak memegang saham tersebut selamanya. Investasi jangka panjang juga bukan berarti membeli beberapa saham dan menyimpannya sampai time horizon-nya habis, apakah 10 atau 15 tahun lagi.

Masalah pertama dalam menerapkan strategi ini adalah memberi definisi pada frase jangka panjang. Berapa lama sebenarnya time horizon investor dapat dikatakan jangka panjang? Ini tergantung antara lain pada kondisi investor. Adalah memungkinkan bagi investor dengan dana besar untuk mempunyai time horizon jangka panjang, katakanlah 10, 15, atau 20 tahun. Tetapi bagi investor dengan modal kecil, karena tuntutan likuiditas sulit membenamkan modalnya untuk 5 tahun. Begitu juga, bagi para speculator – menurut batasan John moody, barangkali waktu setahun tergolong lama. Spekulator ini dengan mudah akan memindahkan dananya ke tempat lain yang memberikan hasil terbaik dalam tempo singkat, apakah itu di pasar uang atau intrumen lain, jika mereka mendapati bahwa bursa saham sedang dalam kondisi yang tidak menguntungkan bagi mereka.

Masalah lain yang mungkin dihadapi investor adalah dalam mengelolan portofolio. Memilih satu atau beberapa dari ratusan saham merupakan pekerjaan yang melelahkan, memakan waktu, tenaga, dan biaya. Begitu juga dengan proses pemantauan dan evaluasi portofolio. Kalau investor tidak mempunyai waktu untuk melakukannya, menyerahkannya pengelolaannya kepada manajer investasi professional merupakan pilihan yang lebih baik. Atau kalau tidak, investor dapat berinvestasi di saham tetapi melalui unit penyertaan Reksa Dana Saham.

0 comments: