Belilah Saham Sesuai Tujuan Investasi

“Saya ingin memperoleh capital gain di pasar modal, tetapi saya tidak mau mengambil risiko.” Atau senada dengan itu, ada yang mengatakan, “ Saya tidak mau mengambil risiko, maka saya tidak berinvestasi di saham.”

Pernyataan pertama merupakan harapan yang tidak realitis. Hasil dan risiko investasi adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Adalah tidak realitis untuk menginginkan hasil tetapi tidak bersedia menanggung risiko investasi. Pernyataan kedua tidak benar. Masalah risiko bukan persoalan teknis-praktis, tetapi sesuatu yang melekat dalam aktivitas investasi.

Orang tentu paham bahwa harapan setiap investasi adalah apa yang dihasilkan hari besok, apakah itu bunga, deviden, capital gain atau laba dari usaha langsung. Tidak ada jaminan investasi akan memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Bunga bank dapat digerogoti inflasi, perusahaan dapat gagal mencetak laba (bahkan merugi atau bangkrut), dan harga saham dapat menurun. Namun itu masih kemungkinan. Risiko yang lebih pasti akan dihadapi oleh orang yang tidak berinvestasi, misal menyimpan uang di kaleng dan menguburkannya di bawah tempat tidur. Risiko yang pasti dihadapi orang tersebut adalah : penurunan daya beli akibat inflasi dan atau depresiasi mata uang. Itu belum lagi kalau uang tersebut rusak atau dicuri.

Karena potensi hasil berjalan bersama – sama dengan potensi risiko, maka yang dapat dilakukan orang adalah memilih sarana investasi yang memberikan potensi hasil yang lebih tinggi untuk potensi risiko normal, atau yang menawarkan hasil normal tetapi dengan potensi risiko yang lebih rendah. Dalam kaitan inilah para pelaku di pasar finansial selalu selalu melakukan analisa pasar untuk meningkatkan peluang menuai hasil dan atau untuk menurunkan risiko investasi.

Ada dua pendekatan dasar dalam menganalisa pasar, analisa fundamental dan teknikal. Dalam praktek mereka menggunakan alat dan teknik yang dikembangkan dari kedua tipe analisa ini.

Analisa fundamental adalah sebuah metode untuk memperkirakan pergerakan harga instrumen keuangan di masa depan berdasarkan pada faktor politik, ekonomi dan lingkungan serta statistik yang dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan semua hal yang berkaitan dengan instrumen tersebut, seperti bahan baku, produk dan lain – lain.

Sedangkan analisa teknikal adalah metode untuk mempredikti pergerakan harga dan pasar di masa depan dengan mempelajari grafik dari aksi pasar di masa lalu dengan mempertimbangkan harga instrument, volume dan perdagangan dan , bilamana mungkin, minat atas instrumen tersebut.

Bersikaplah Realitis dan Prudent

Kebijaksanaan konvensional mengatakan bahwa investasi hendaknya dimulai dengan menetapkan tujuan, yakni harapan yang didefinisikan dengan spesifik. Tujuan investasi sangat beragam mulai dari menghimpun sejumlah tertentu uang simpanan (nest egg) untuk bekal pensiun, biaya pendidikan anak, membeli rumah, mobil mendirikan yayasan sosial, atau sekadar menghendaki uangnya bertambah, misalkan 20% setahun.

Agar dapat tercapai, tujuan investasi haruslah realistis. Adalah tidak realitis mengharapkan hasil investasi puluhan kali lipat dalam sebulan, seperti kalau orang menang lotere. Begitu juga, kalau menginginkan capital gain di bursa saham, maka investor harus pula siap menerima capital loss. Realistiskah misalnya seseorang yang menginvestasikan dana Rp 10 juta dan menginginkan dananya berkembang menjadi Rp 100 juta dalam tempo 15 tahun? Tujuan ini realistis. Kalo investasi tersebut memberikan hasil sebesar 17% setahun, maka dalam tempo kurang dari 15 tahun dana Rp 10 juta akan berkembang menjadi Rp 100juta.

Dalam berinvestasi hendaknya investor juga bersikap prudent, misalnya membuat rencana investasi yang sesuai dengan kondisi financial yang ada (baca : besar dana yang akan diinvestasikan); berapa hasil investasi yang diharapkan ; berapa waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan (time horizon) dan sarana investasi yang dipilih.

Kategori Saham

Dalam menerapkan kebijaksanaan investasi di atas, maka investor hendaknya memilih saham yang memberikan hasil sesuai dengan tujuan. Berdasarkan potensi hasil ini saham dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori : income stock, growth stock, total return stock, dan speculative stock.

Income Stock. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah saham emiten yang mempunyai kebijakan pembayaran dividen yang relatif tinggi dan konsisten. Untuk melihat konsistensinya, investor hendaknya melihat pertumbuhan dividen yang dibayarkan selama sedikitnya lima tahun.

Meskipun risiko di saham ini tetap ada, kadar risiko income stock adalah yang paling rendah dibandingkan dengan jenis saham lain. Sesuai dengan potensi risikonya yang relatif rendah, income stock dapat menjadi pilihan investor yang tidak siap menanggung risiko kehilangan modal awal, baik itu investor individu maupun investor lembaga yang mengelola dana publik seperti lembaga Dana Pensiun dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan.

Income stock umumnya diterbitkan perusahaan yang konservatif, stabil secara finansial, dan mempunyai pertumbuhan pendapatan dan laba yang mantap. Perusahaan utilitas, seperti listrik dan telepon, umumnya masuk ke kategori ini. Untuk lebih menyakinkan bahwa saham tersebut memberikan dividen, maka investor harus memperhatikan faktor – faktor yang dapat mengganggu pendapatan dan labanya.

Growth Stock (saham pertumbuhan). Investor yang mengejar pertumbuhan dana hendaknya lebih mengutamakan pertumbuhan pendapatan dan laba emiten daripada pertumbuhan dividen. Ini terjadi misalnya jika emiten menggunakan sebagian besar labanya untuk ekspansi lebih jauh, bukan untuk dibagikan sebagai dividen. Dengan demikian, pertumbuhan laba selama lebih dari lima tahun mengggantikan dividen sebagai pusat perhatian investor.

Growth stock umunya diterbitkan emiten berskala kecil / menengah dan umumnya menjadi leader atau sedang bergerak menuju leader dalam ceruk pasar mereka. Sebagai perusahaan kecil/menengah, kinerja emiten ini umumnya belum begitu teruji. Ini berarti bahwa di balik potensi pertumbuhannya yang besar, saham ini mempunyai risiko yang besar juga. Bisa jadi, misalnya, emiten gagal mencapai posisinya sebagai leader dan atau tidak lagi berkembang setelah menjadi leader.

Guna melihat risiko growth stock, investor dapat membandingkan kinerja portofolionya dengan tolak ukur (benchmark). Di AS, benchmark untuk saham kecil/menengah adalah Indeks Russell 2000. Di Indonesia belum ada lembaga yang membuat indeks untuk memantau pergerakan saham berkapitalisasi kecil ini. Sampai ada lembaga yang membuat tolak ukur ini, investor dapat menggunakan konsep price-to-eraning ratio (PER) untuk menakar saham pertumbuhan. PER diperoleh dengan membagai harga saham di pasar dengan laba bersih per saham. Secara sederhana, semakin tinggi PER semakin tinggi risikonya. Namun, ada kalanya PER yang tinggi juga menunjukkan potensi pertumbuhan laba yang luar biasa. Ini menjelaskan mengapa saham yang memiliki PER tinggi, tetap dapat naik harganya di pasar.

Total return stock. Saham total return adalah saham yang membagikan dividen dan mempunyai pertumbuhan harga saham yang bagus. Saham seperti ini umumnya diterbitkan oleh perusahaan besar yang memimpin di industri tertentu, perusahaan yang berkembang secara mantap. Ini termasuk saham blue chip stock, yakni saham berkapitalisasi besar dan sangat likuid. Mereka dianggap sebagai saham dengan risiko lebih rendah dibandingkan dengan saham pertumbuhan, karena mereka merupakan perusahaan yang sudah mapan dan membayar dividen cukup baik.

Speculative stock. Kategori saham spekulatif mencakup saham di luar ketiga kategori diatas. Saham – saham yang berpotensi memberikan gain besar dalam tempo singkat seperti saham – saham baru dan saham emiten di bidang industri yang sedang dalam tahap pengembangan dapat dimasukkan ke dalam kelompok saham spekulatif. Istilah ini juga mengacu pada investasi di saham klasifikasi di atas tetapi dengan maksud untuk trading.

Analisa teknikal dapat digunakan untuk tujuan investasi yang spekulatif. Tetapi risiko dapat dikurangi dengan mempelajari faktor fundamental. Umunya, saham spekulatif secara fundamental tidak begitu baik. Ciri – cirri lainnya, saham ini memiliki harga yang sewaktu – waktu bisa sangat fluktuatif (dengan kisaran harga yang sangat besar) dengan frekuensi yang besar. Lonjakan harga saham, volume, dan frekuensi transaksi saham ini mudah tejadi, bahkan dengan hanya sebuah rumor.

Tidak peduli tipe analisa apa yang digunakan untuk investasi spekulatif, kesulitan terbesar adalah menjaga laju dengan pasar yang berubah. Peluang muncul tiba – tiba dan hilang dalam beberapa menit. Investor individual dapat mempunyai masalah ketika mencoba bermain di saham ini dengan para professional yang memantau pasar detik demi detik.

Caveat Emptor

Ketika berinvestasi, instrument apa saja, hendaknya investor bersikap realistis. Tujuan investasi hendaknya dibuat dengan target yang secara nalar dapat dicapai. Ketika memilih instrument investasi, sikap realistis investor dituntut untuk siap menanggung risiko yang sesuai dengan potensi hasil yang ada. Sikap yang realistis dalam menghadapi risiko akan membuat investor tidak panic atau mudah kecewa. Dengan demikian ketika melihat nilai invetasinya menurun, investor bisa menyikapinya lebih bijaksana dan tidak tergesa – gesa mengambil langkah.

Menetapkan tujuan investasi dengan baik membuat aktivitas investasi lebih mudah. Keputusan untuk membeli atau menjual saham menjadi lebih mudah karena hanya perlu mencocokkan apakah saham tertentu cocok dengan tujuan. Jika tidak cocok, jangan dibeli. Jika saham yang sudah dipegang mempunyai kinerja di bawah target atau tolak ukur dan kemungkinan pulih tidak ada, maka investor bisa menjual saham tersebut dan membeli saham lain.

0 comments: