Investasikan Waktu, Sebelum Uang

Pasar modal adalah labirin : jalan di mana orang mudah masuk, lalu tersesat dan sulit ke luar. Secara sarkastis, investor sering memelesetkan pasar modal menjadi “pasar modar”. Maksudnya, investor yang masuk bukannya meningkat kekayaannya tetapi malah berkurang.

Kedua ilustrasi di atas menggambarkan sisi gelap bursa efek dari kaca mata investor. Memang, berinvestasi di pasar modal berisiko besar sebanding dengan potensi hasilnya. Namun, investor sering kali mendapati bahwa risiko yang mereka tanggung ternyata tidak sebanding dengan potensi hasilnya. Pasalnya aksi investasi mereka tidak dengan hati – hati dan tidak dengan cara yang benar. John Moody, menyamakan investor seperti ini dengan penjudi bodoh yang ikut bermain di meja roulette.

Salah satu kesalahan yang banyak dilakukan investor adalah tidak memahami betul apa yang mereka lakukan. Akibatnya, mereka masuk ke perangkap yang di pasang oleh pelaku pasar lain, apakah itu investor, emiten atau pialang, yang menggunakan trik tertentu yang sering kali melanggar peraturan demi memperoleh keuntungan abnormal. Kurangnya pengetahuan ini menjadi risiko tambahan bagi investor.

Cari Informasi Sebelum Berinvestasi, Bukan Sesudahnya

Sebelum berinvestasi di saham (atau sarana investasi lain) investor seharusnya menginvestasikan waktunya terlebih dahulu untuk memahami seluk beluk dunia yang akan dimasukinya. Dalam konteks saham sebagai instrument investasi, pemahaman investor mencakup apa itu saham, bagaimana menilai saham, bagaimana memprediksi potensi hasil dan potensi risiko serta kendalanya.

Selain itu, investor juga perlu mempelajari mekanisme perdagangan saham dan bursa di mana perdagangan terjadi. Yang tidak kalah penting adalah mengenali trik – trik perdagangan yang digunakan oleh pelaku pasar. Hal ini penting karena pasar juga mengantung potensi hasil dan risikonya sendiri. Semakin akrab investor dengan aksi pasar dan pada saham yang diminati, semakin besar kemungkinannya untuk sukses.

Banyak orang merasa enggan mempelajari seluk – beluk pasar modal. Pasalnya, aktivitas tersebut menyita waktu dan energi serta dapat mengarah pada kebingungan dan frustasi. Alih – alih mereka menempuh jalan pintas, dengan mengandalkan pada pertimbangan dan kebijaksanaan penasihat investasi. Atau, yang lebih parah, mereka hanya ikut – ikutan teman atau saudara.

Masalahnya, menggantungkan sepenuhnya pada kebijaksanaan para penasihat investasi tidaklah bijaksana. Banyak kasus menunjukkan bahwa ketika membrikan nasihat, para penasihat investasi lebih bersemangat menjual daripada melayani kepentingan nasabah. Namun demikian nasihat investasi tetap diperlukan sebagai titik acuan membuat kebijakan inveatsi , bukan diiikuti sepenuhnya.

Meniru kebijakan investasi orang lain juga tidak bijaksana. Sebab bisa jadi kebijkan investasi tersebut tidak cocok, karena perbedaan kondisi finansial, tujuan investasi, dan preferensi terhadap risiko.

Pahamilah Pergerakan Harga Saham

Salah satu hal yang perlu dipahami oleh investor adalah memahami pasar. Pasar saham terus bergerak dengan modal investor sebagai bahan bakarnya. Semakin banyak bahan bakar semakin cepat mesin bursa saham bergerak. Adapun arah gerakan pasar ditentukan oleh interaksi investor. Jika lebih banyak investor pembeli daripada penjual, harga sahm (baik saham individual maupun saham secara keseluruhan) akan naik. Jika lebih banyak penjual daripada pembeli, harga jatuh. Sangat sederhana. Yang membuat masalah ini menjadi sulit adalah menjawab sebuah pertanyaan yang juga sederhana : mengapa dan kapan investor membeli dan menjual saham? Mengapa investor tidak membeli saham dan menyimpannya saja sampai nilainya meningkat?

Salah satu pendorong investor untuk masuk ke pasar, entah membeli atau mejual, adalah adanya antisipasi atas kejadian masa depan. Dalam hal ini, sering investor melihat ke depan 6 atau 12 bulan lagi ketika melakukan transaksi, tetapi tidak selalu. Jika indeks harga saham turun 10% atau lebih salam satu sesi, investor jangka panjang sekalipun akan mengesampingkan dahulu apa yang mungkin terjad dalam 6-12 bulan mendatang. Sebaliknya, mereka lebih peduli pada apa yang mungkin terjadi dalam beberapa menit ke depan.

Faktor Nyata, Dibayangkan, dan Diciptakan

Pertanyaannya kemudian : apa yang diantisipasi investor? Jawaban atas pertanyaan ini adalah jelas, harapan semua investor saham, yakni dividen dan capital gain. Kedua hal ini kan tersedia kalau emiten mencetak laba. Dengan dasar apa investor membuat antisipasi? Michael D. Sheimo dalam bukunya Stock market Rules, memilahnya menjadi tiga : faktor nyata, dibayangkan, dan diciptakan.

Pertama, faktor nyata (real factor). Faktor nyata paling kuat yang menggerakkan saham individual dan pasar saham secara keseluruhan adalah apa yang mempengaruhi hasil investasi yakni suku bunga dan laba emiten. Perubahan suku bunga akan mengubah peta hasil investasi. Perubahan suku bunga juga mempengaruhi kinerja emiten.

Kedua, faktor yang dibayangkan (imagined factor). Faktor yang dibayangkan dapat berupa opini dari ekonom atau analis mengenai kuat lemahnya bursa saham dan ekonomi di mana bursa tersebut berada.

Ketiga, faktor yang diciptakan (fabricated factor) adalah aksi investor untuk menjual atau membeli saham bukan karena kedua faktor di atas. Misalnya order jual yang dipasang oleh investor dengan maksud mengetes kekuatan pasar.

Harga Saham Selama Krisis Moneter

Ketiga faktor di atas dapat terlihat dengan jelas menekan harga saham di Bursa Efek Jakarta selama krisis moneter sebagaimana terlihat dari perubahan indeks harga saham gabungan (IHSG), indikator perubahan harga saham secara keseluruhan di BEJ. Pada 8 Juli 1997, beberapa hari sebelum krisis moneter mulai melanda Indonesia. IHSG bertengger pada level 740,85 poin, angka tertinggi sepanjang sejarah BEJ. Namun sejak itu indeks menunjukkan kecenderungan penurunan sampai ke level 398,04 di akhir 1998.

Seperti diketahui, krisis moneter mulai melanda pertengahan Juli 1997 dan memuncak pada 1998. Selama waktu itu, real factor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah depresiasi rupiah terhadap hampir semua mata uang dunia dan lonjakan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia beberapa kali lipat, yang diiikuti lonjakan suku bunga simpanan hingga pernah mencapai 70%. Penutupan 16 Bank 1 November 1997 menegaskan pelaku pasar bahwa industri perbankan sangat rapuh sehingga tidak mampu mendukung pembangunan.

Imagined factor muncul ketika para analis yakin bahwa sebagian besar atau hampir semua emiten akan mengalami penurunan laba bersih, antara lain karena membengkaknya beban bunga dan kerugian selisih kurs. Imagined factor juga muncul ketika pakar ekonomi dan politik berpendapat bahwa krisis moneter tidak akan cepat selesai karena masuknya unsur politik. Sakitnya Soeharto menimbulkan spekulasi akan adanya pergantian kepemimpinan nasional, yang kemudian memang terjadi dengan lengsernya Soeharto akhir Mei 1998 menyusul adanya tragedi Trisakti. Janji pemerintah transisi Habibie untuk menyelenggarakan pemilihan umum pada tahun 1999 menimbulkan kekhawatiran akan adanya instabilitas politik sehingga pembangunan ekonomi terganggu. Akibatnya investor ragu – ragu membeli saham meskipun harganya sudah rendah.

Fabricated factor terjadi ketika ada penjualan besar-besaran oleh reksa dana. Pada waktu itu banyak pengelola reksa dana terpaksa menjual saham dalam jumlah besar untuk menutupi kewajibannya. Ini terlihat dari penurunan nilai aktiva bersih reksa dana dari Rp 8,34 triliun menjadi Rp 3,125 triliun pada 1998. Jadi mereka menjual bukan semata mata karena kedua faktor pertama,. Penuruanan harga yang tajam dapat membuat limit sell order, order jual yang dipasang di bawah harga pasar, jadi tereksekusi. Harga saham pun turun lebih tajam.

Arah Pergerakan Pasar

Dalam kondisi normal pasar terus berlangsung dan tidak pernah diam. Pergerakannya bisa menuju 3 arah : bergerak ke atas, mendatar, atau menurun.

Pasar Bergerak ke Bawah. Turunnya harga saham dapat terjadi karena beberapa hal serius seperti penurunan laba, memburuknya ekonomi makro, penurunan country risk atau pengurangan pembobotan oleh lembaga tertentu. Harga saham (pasar) mungkin mengalami penurunan karena alasan yang tidak begitu serius seperti koreksi pasar, profit taking atau adanya berita negatif yang mempengaruhi sentimen investor untuk menjual secara besar – besaran.

Kalau investor memegang saham yang harganya jatuh, akan berguna baginya untuk mencari tahu penyebab penurunan tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dari media massa, internet, atau menelepon emiten atau pialang. Dengan mengetahui sebab – sebab penurunan harga saham yang dipegangnya, investor dapat menentukan sikap apakah ingin membeli lebih banyak, tetap memegang atau menjual sebagian atau seluruhnya.

Jika riset investor dan proses seleksi sahamnya valid, maka harga saham tersebut dapat segera pulih dan bahkan bergerak ke titik tertinggi baru. Ketika harga saham jatuh, mungkin akan muncul investor baru lain yang akan membeli saham tersebut karena melihat harganya sudah murah sekali (at bargain). Jika banyak pemburu barang murah (bargain hunter) muncul, maka penurunan harga akan berhenti. Tetapi penurunan harga, seperti yang terjadi selama krisis moneter, dapat berlangsung lama. Munculnya bargain hunter sering tidak mampu menahan tekanan jual sampai harga menyentuh dasar (bottom), level dimana harga berhenti turun dan mengambang atau berbalik arah.

Saham Bergerak Mendatar. Harga saham dapat bergerak mendatar. Mengapa? Jika satu saham tidak bergerak sedangkan secara keseluruhan pasar bergerak naik, tentu ada faktor negatif yang menghambat pergerakan saham tersebut. Dalam hal ini investor perlu mencari tahu apakah ada imagined factor yang negatif yang membuat investor kehilangan minat, ataukah saham tersebut merupakan permata yang belum diasah, atau belum ditemukan.

Permata yang belum diasah dapat mengalami lonjakan harga bahkan dengan adanya publikasi kecil. Banyak investor mengikuti strategi mencari permata ini, tetapi mereka yang sering berakhir di perusahaan yang dijalankan dengan baik tetapi tidak disukai pasar. Umumnya perusahaan jenis ini bagus, tetapi memiliki potensi pertumbuhan terbatas. Banyak investor besar lebih suka dengan perusahaan dengan pertumbuhan yang tidak terbatas.

Saham Bergerak ke Atas. Harga saham dapat bergerak naik kalau sebagian besar investor merasa yakin bahwa dividen dan capital gain menunggu mereka di depan. Keyakinan ini bisa muncul kalau kondisi makro ekonomi kondusif bagi emiten untuk mencetak laba. Dalam pasar yang mengalami kecenderungan menaik, pencatatan sebuah saham ke bursa dapat menggerakkan investor membeli saham – saham lain.

Ketika harga sebuah saham bergerak ke atas., banyak investor yang memegang saham tersebut menjadi gugup. Pada waktu itu mereka ingin tahu apakah harganya akan kembali turun atau harganya terlalu mahal sehingga tidak atraktif lagi. Di satu sisi mereka tidak ingin harga kembali tutun.

Dengan menyelidiki alasan kenaikan harga, investor dapat lebih mampu membuat keputusan. Jika harga terus meningkat, adalah bijaksana untuk membuat strategi protektif. Misalnya saja, menjual sebagian saham dan memegang sebagian yang lain. Keputusan untuk menjual saham dapat didasarkan pada harga pasar atau pada capital gain yang akan diperolehnya.

Caveat Emptor

Jumlah dana yang diputar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan investor di pasar modal. Namun, yang lebih penting daripada modal yang besar adalah kerja keras investor untuk mempelajari seluk beluk pasar modal sebelum mengambil aksi. Dengan memahami konsep dan aturan main, investor tidak menanggung risiko yang tidak diperlukan.

Setelah memegang saham, selalu luangkan waktu untuk bertanya mengapa pasar atau saham individual bergerak kearah tertentu. Dengan menganalisa sebab –sebab pergerakan harga maka investor dapat mengambil posisi yang tepat atas saham yang dipegangnya, apakah terus dipegang, dijual atau bahkan ditambah jumlahnya.

Read More......

Belilah Saham Sesuai Tujuan Investasi

“Saya ingin memperoleh capital gain di pasar modal, tetapi saya tidak mau mengambil risiko.” Atau senada dengan itu, ada yang mengatakan, “ Saya tidak mau mengambil risiko, maka saya tidak berinvestasi di saham.”

Pernyataan pertama merupakan harapan yang tidak realitis. Hasil dan risiko investasi adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Adalah tidak realitis untuk menginginkan hasil tetapi tidak bersedia menanggung risiko investasi. Pernyataan kedua tidak benar. Masalah risiko bukan persoalan teknis-praktis, tetapi sesuatu yang melekat dalam aktivitas investasi.

Orang tentu paham bahwa harapan setiap investasi adalah apa yang dihasilkan hari besok, apakah itu bunga, deviden, capital gain atau laba dari usaha langsung. Tidak ada jaminan investasi akan memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Bunga bank dapat digerogoti inflasi, perusahaan dapat gagal mencetak laba (bahkan merugi atau bangkrut), dan harga saham dapat menurun. Namun itu masih kemungkinan. Risiko yang lebih pasti akan dihadapi oleh orang yang tidak berinvestasi, misal menyimpan uang di kaleng dan menguburkannya di bawah tempat tidur. Risiko yang pasti dihadapi orang tersebut adalah : penurunan daya beli akibat inflasi dan atau depresiasi mata uang. Itu belum lagi kalau uang tersebut rusak atau dicuri.

Karena potensi hasil berjalan bersama – sama dengan potensi risiko, maka yang dapat dilakukan orang adalah memilih sarana investasi yang memberikan potensi hasil yang lebih tinggi untuk potensi risiko normal, atau yang menawarkan hasil normal tetapi dengan potensi risiko yang lebih rendah. Dalam kaitan inilah para pelaku di pasar finansial selalu selalu melakukan analisa pasar untuk meningkatkan peluang menuai hasil dan atau untuk menurunkan risiko investasi.

Ada dua pendekatan dasar dalam menganalisa pasar, analisa fundamental dan teknikal. Dalam praktek mereka menggunakan alat dan teknik yang dikembangkan dari kedua tipe analisa ini.

Analisa fundamental adalah sebuah metode untuk memperkirakan pergerakan harga instrumen keuangan di masa depan berdasarkan pada faktor politik, ekonomi dan lingkungan serta statistik yang dapat mempengaruhi penawaran dan permintaan semua hal yang berkaitan dengan instrumen tersebut, seperti bahan baku, produk dan lain – lain.

Sedangkan analisa teknikal adalah metode untuk mempredikti pergerakan harga dan pasar di masa depan dengan mempelajari grafik dari aksi pasar di masa lalu dengan mempertimbangkan harga instrument, volume dan perdagangan dan , bilamana mungkin, minat atas instrumen tersebut.

Bersikaplah Realitis dan Prudent

Kebijaksanaan konvensional mengatakan bahwa investasi hendaknya dimulai dengan menetapkan tujuan, yakni harapan yang didefinisikan dengan spesifik. Tujuan investasi sangat beragam mulai dari menghimpun sejumlah tertentu uang simpanan (nest egg) untuk bekal pensiun, biaya pendidikan anak, membeli rumah, mobil mendirikan yayasan sosial, atau sekadar menghendaki uangnya bertambah, misalkan 20% setahun.

Agar dapat tercapai, tujuan investasi haruslah realistis. Adalah tidak realitis mengharapkan hasil investasi puluhan kali lipat dalam sebulan, seperti kalau orang menang lotere. Begitu juga, kalau menginginkan capital gain di bursa saham, maka investor harus pula siap menerima capital loss. Realistiskah misalnya seseorang yang menginvestasikan dana Rp 10 juta dan menginginkan dananya berkembang menjadi Rp 100 juta dalam tempo 15 tahun? Tujuan ini realistis. Kalo investasi tersebut memberikan hasil sebesar 17% setahun, maka dalam tempo kurang dari 15 tahun dana Rp 10 juta akan berkembang menjadi Rp 100juta.

Dalam berinvestasi hendaknya investor juga bersikap prudent, misalnya membuat rencana investasi yang sesuai dengan kondisi financial yang ada (baca : besar dana yang akan diinvestasikan); berapa hasil investasi yang diharapkan ; berapa waktu yang tersedia untuk mencapai tujuan (time horizon) dan sarana investasi yang dipilih.

Kategori Saham

Dalam menerapkan kebijaksanaan investasi di atas, maka investor hendaknya memilih saham yang memberikan hasil sesuai dengan tujuan. Berdasarkan potensi hasil ini saham dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori : income stock, growth stock, total return stock, dan speculative stock.

Income Stock. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah saham emiten yang mempunyai kebijakan pembayaran dividen yang relatif tinggi dan konsisten. Untuk melihat konsistensinya, investor hendaknya melihat pertumbuhan dividen yang dibayarkan selama sedikitnya lima tahun.

Meskipun risiko di saham ini tetap ada, kadar risiko income stock adalah yang paling rendah dibandingkan dengan jenis saham lain. Sesuai dengan potensi risikonya yang relatif rendah, income stock dapat menjadi pilihan investor yang tidak siap menanggung risiko kehilangan modal awal, baik itu investor individu maupun investor lembaga yang mengelola dana publik seperti lembaga Dana Pensiun dan Yayasan Kesejahteraan Karyawan.

Income stock umumnya diterbitkan perusahaan yang konservatif, stabil secara finansial, dan mempunyai pertumbuhan pendapatan dan laba yang mantap. Perusahaan utilitas, seperti listrik dan telepon, umumnya masuk ke kategori ini. Untuk lebih menyakinkan bahwa saham tersebut memberikan dividen, maka investor harus memperhatikan faktor – faktor yang dapat mengganggu pendapatan dan labanya.

Growth Stock (saham pertumbuhan). Investor yang mengejar pertumbuhan dana hendaknya lebih mengutamakan pertumbuhan pendapatan dan laba emiten daripada pertumbuhan dividen. Ini terjadi misalnya jika emiten menggunakan sebagian besar labanya untuk ekspansi lebih jauh, bukan untuk dibagikan sebagai dividen. Dengan demikian, pertumbuhan laba selama lebih dari lima tahun mengggantikan dividen sebagai pusat perhatian investor.

Growth stock umunya diterbitkan emiten berskala kecil / menengah dan umumnya menjadi leader atau sedang bergerak menuju leader dalam ceruk pasar mereka. Sebagai perusahaan kecil/menengah, kinerja emiten ini umumnya belum begitu teruji. Ini berarti bahwa di balik potensi pertumbuhannya yang besar, saham ini mempunyai risiko yang besar juga. Bisa jadi, misalnya, emiten gagal mencapai posisinya sebagai leader dan atau tidak lagi berkembang setelah menjadi leader.

Guna melihat risiko growth stock, investor dapat membandingkan kinerja portofolionya dengan tolak ukur (benchmark). Di AS, benchmark untuk saham kecil/menengah adalah Indeks Russell 2000. Di Indonesia belum ada lembaga yang membuat indeks untuk memantau pergerakan saham berkapitalisasi kecil ini. Sampai ada lembaga yang membuat tolak ukur ini, investor dapat menggunakan konsep price-to-eraning ratio (PER) untuk menakar saham pertumbuhan. PER diperoleh dengan membagai harga saham di pasar dengan laba bersih per saham. Secara sederhana, semakin tinggi PER semakin tinggi risikonya. Namun, ada kalanya PER yang tinggi juga menunjukkan potensi pertumbuhan laba yang luar biasa. Ini menjelaskan mengapa saham yang memiliki PER tinggi, tetap dapat naik harganya di pasar.

Total return stock. Saham total return adalah saham yang membagikan dividen dan mempunyai pertumbuhan harga saham yang bagus. Saham seperti ini umumnya diterbitkan oleh perusahaan besar yang memimpin di industri tertentu, perusahaan yang berkembang secara mantap. Ini termasuk saham blue chip stock, yakni saham berkapitalisasi besar dan sangat likuid. Mereka dianggap sebagai saham dengan risiko lebih rendah dibandingkan dengan saham pertumbuhan, karena mereka merupakan perusahaan yang sudah mapan dan membayar dividen cukup baik.

Speculative stock. Kategori saham spekulatif mencakup saham di luar ketiga kategori diatas. Saham – saham yang berpotensi memberikan gain besar dalam tempo singkat seperti saham – saham baru dan saham emiten di bidang industri yang sedang dalam tahap pengembangan dapat dimasukkan ke dalam kelompok saham spekulatif. Istilah ini juga mengacu pada investasi di saham klasifikasi di atas tetapi dengan maksud untuk trading.

Analisa teknikal dapat digunakan untuk tujuan investasi yang spekulatif. Tetapi risiko dapat dikurangi dengan mempelajari faktor fundamental. Umunya, saham spekulatif secara fundamental tidak begitu baik. Ciri – cirri lainnya, saham ini memiliki harga yang sewaktu – waktu bisa sangat fluktuatif (dengan kisaran harga yang sangat besar) dengan frekuensi yang besar. Lonjakan harga saham, volume, dan frekuensi transaksi saham ini mudah tejadi, bahkan dengan hanya sebuah rumor.

Tidak peduli tipe analisa apa yang digunakan untuk investasi spekulatif, kesulitan terbesar adalah menjaga laju dengan pasar yang berubah. Peluang muncul tiba – tiba dan hilang dalam beberapa menit. Investor individual dapat mempunyai masalah ketika mencoba bermain di saham ini dengan para professional yang memantau pasar detik demi detik.

Caveat Emptor

Ketika berinvestasi, instrument apa saja, hendaknya investor bersikap realistis. Tujuan investasi hendaknya dibuat dengan target yang secara nalar dapat dicapai. Ketika memilih instrument investasi, sikap realistis investor dituntut untuk siap menanggung risiko yang sesuai dengan potensi hasil yang ada. Sikap yang realistis dalam menghadapi risiko akan membuat investor tidak panic atau mudah kecewa. Dengan demikian ketika melihat nilai invetasinya menurun, investor bisa menyikapinya lebih bijaksana dan tidak tergesa – gesa mengambil langkah.

Menetapkan tujuan investasi dengan baik membuat aktivitas investasi lebih mudah. Keputusan untuk membeli atau menjual saham menjadi lebih mudah karena hanya perlu mencocokkan apakah saham tertentu cocok dengan tujuan. Jika tidak cocok, jangan dibeli. Jika saham yang sudah dipegang mempunyai kinerja di bawah target atau tolak ukur dan kemungkinan pulih tidak ada, maka investor bisa menjual saham tersebut dan membeli saham lain.

Read More......

Gunakan Pialang yang Kredibel dan Kuat

Bisnis Perusahaan Efek (PE)

Sejak 1990, PE diperbolehkan mempunyai empat jenis usaha sekaligus; sebagai Perantara Pedagang Efek (brokerage), sebagai penjamin emisi (underwriter) - dengan mengambil alih peran yang semula dipegang lembaga keuangan bukan bank - sebagai manajemen investasi (MI), sebagai penasihat investasi. Banyak PE yang bergerak di keempat bidang ini. Ada yang hanya bergerak di satu atau dua bidang saja. Setiap bidang usaha ini mempunyai persyaratan khusus. Untuk bisa bergerak di bidang penjaminan emisi setiap PE harus memiliki modal disetor minimum Rp 10 miliar, jumlah yang sebetulnya jauh dari memadai. Untuk bergerak di bidang pengelolaan PE di wajibkan memperkerjakan dua manajer investasi yang sudah berlisensi.

Semua investor saham mutlak memerlukan jasa dari PPE. Pasalnya, transaksi saham di bursa efek hanya bisa dilakukan oleh pialang. Teknisnya adalah : investor meminta jasa pialang untuk menjual atau membeli saham. Untuk jasanya itu, investor harus membayar komisi. Selain itu dapat juga memanfaatkan layanan pialang lain, yakni nasihat investasi atau bahkan memepercayakan asset mereka (uang dan saham) agar dikelola oleh PE.

Dalam melayani investor, PE mempunyai beberapa kewajiban. Ketika membuka akun untuk nasabah baru, misalnya, PE wajib mengenali nasabahnya dengan baik. Dengan peraturan ini PE wajib mengetahui kondisi finansial investor dan di larang memberi rekomendasi kepada nasabah untuk melakukan transaksi tanpa memperhatikan tujuan investasi dan kondisi keuangan nasabah. Di AS, pialang juga wajib memberikan rekomendasi kepada nasabah untuk bertransaksi saham sesuai dengan pengalaman investasi dan toleransi nasabah terhadap risiko. Dengan mengetahui dat ini, PE dapat memberikan layanan yang cocok dengan kebutuhan pemain.

Caveat Emptor

Ada satu nasihat dari Ken dan Doria Dolan dalam bukunya Straing Talk On money (1993) bagi mereka yang akan memilih PE, “Your best financial planner is you.” Dengan nasihat tersebut, Ken dan Dolan ingin menunjukkan bahwa sebetulnya investorlah yang paling tahu status financial, tujuan investasi, time horizon, dan toleransinya terhadap risiko. Selain itu, tidak ada yang lebih peduli keuangan investor selain investor itu sendiri. Adalah bijaksana untuk bersikap hati - hati dengan mempercayakan aset kepada orang yang belum dikenal baik, apalagi kalau kenalnya karena menawarkan jasa pengelolaan dana.

Beberapa Tip memilih PE

Pertama, pilihlah PE sesuai kebutuhan. Kalau membutuhkan jasa pialang hanya untuk transaksi, investor cukup menggunakan PPE yang baik. Di AS, PE semacam ini dikenal dengan nama discount broker atau two-dollar broker. Mereka ini hanya untuk menjalankan transaksi dan atas jasanya itu ia akan menerima komisi. Broker yang baik akan menggunakan eksekusi order nasabah dengan cepat dan aman.

Kalau membutuhkan nasihat investasi maka PE yang mempunyai dukungan riset yang kuat adalah pilihannya. Kalau investor ingin mempercayakan dananya untuk dikelola PE, maka PE yang berlisensi di bidang manajemen investasi adalah pilihan yang tepat. Sedangkan untuk melancarkan inveatasi di pasar perdana (initial public offering / IPO) sebaiknya investor memilih PE yang memiliki izin dan berpengalaman sebagai penjamin emisi.

Kedua, cari pialang yang berpengalaman dan dapat dipercaya. Bisnis efek adalah bisnis kepercayaan. Ada kode kehormatan yang dipegang para pialang, yakni my word is my bond. Artinya semua yang dikatakanya dapat dipercaya. Namun, demikian, godaan uang (apalagi dalam jumlah besar) kadang mendorong mereka mengesampingkan kode kehormatan tersebut.

Perlu diingat bahwa masalah kepercayaan ini menyangkut WPPE, para direksi, dan pemegang saham di PE tersebut. Memang mereka sudah diuji oleh Bapepam, baik keterampilan maupun kredibilitanya. Tetapi di antara mereka ada yang lebih berpengalaman dan lebih dapat dipercaya daripada yang lain. Untuk mengetahui hal ini investor dapat mencari tahu dari nasabah lama PE tersebut.

Sepanjang menyangkut personil, pilihlah WPPE yang sudah dikenal secara pribadi dan cocok satu sama lain. Ini penting karena hubungan investor dengan WPPE akan berjalan lama. Dengan demikian kecocokan menjadi penting. Selain itu, investor bertindak bijaksana kalau mengecek integritas dan keamanan PE-nya. Cari tahu PE mana yang akan berganti nama, atau berganti pemilik. Seberapa banyak mereka pernah dikomplain dan atas kesalahan apa saja. Ini penting karena tidak ada lembaga pemeringkat PE sebagaimana yang ada di AS.

Ketiga, lihat fasilitas dan sistem operasinya. Setiap PE anggota bursa mempunyai satu saham di BEI. Tetapi mereka dapat memiliki jumlah booth di lantai bursa yang berbeda. Lihatlah apakah boot yang dimiliki PE tersebut cukup banyak untuk mengeksekusi order dari nasabahnya dengan cepat. Lihat juga apakah back system yang dimiliki PE tersebut sudah memadai dan mampu menangani semua transaksi dengan baik atau belum.

Keempat, bagaimana struktur permodalanya? Mungkin ada yang bertanya untuk apa modal besar diperlukan oleh PE. Bukankah pialang beroperasi dengan dana nasabah dan mendapat komisi? Masalahnya adalah bahwa PE bermodal besar dapat menawarkan fasilitas yang lebih lengkap, memperkerjakan tenaga analis yang lebih banyak atau lebih berpengalaman.

Dengan modal besar mereka bisa membangun banyak jaringan pemasaran dan melengkapi diri dengan bagian – bagian yang diperlukan untuk memperlancar operasinya. Misalnya saja tidak ada bagian yang menjalankan dua fungsi yang dapat menimbulkan masalah nantinya. Modal besar juga diperlukan seandainya investor menginginkan fasilitas margin.

Kelima, struktur fee (komisi) dan kemudahan. Atas jasanya-nya mengeksekusi perintah dari nasabah, PE yang mengutip biaya transaksi yang besarnya ditentukan secara seragam atas kesepakatan para PE. Tetapi seperti di industri mana saja yang memiliki persaingan ketat , ada perang tarif di antara sesama PE. Maka pilihlah PE yang menawarkan komisi lebih rendah. Selain itu pertimbangkan juga kemudahan bertransaksi, kecepatan eksekusi transaksi dan kemudahan pembukaan akun.

Read More......

Berkenalan dengan “SAHAM”

Kesan yang muncul di benak banyak orang ketika berbicara tentang pasar modal Indonesia sering kali adalah spekulasi dan baru investasi. (Meminjam terminologi John Moody, pencetus lembaga pemeringkat Moody’s, spekulator adalah orang yang menginginkan hasil cepat, sedangkan investor adalah orang yang menempatkan modalnya sedikit banyak secara permanen). Dengan batasan ini sebetulnya susah untuk membedakan mana aktivitas spekulasi dan mana investasi. Mereka yang bergerombol di “gallery” dan melakukan transaksi setiap hari, menamakan diri mereka investor. Namun yang pasti, mereka yang memutar uangnya di bursa saham berada di antara kedua kutub tersebut. Di sini merek disebut dengan satu istilah saja : INVESTOR

Terlepas dari diskusi masalah tersebut, baik spekulator maupun investor mempunyai tujuan yang sama : memperoleh hasil investasi terbaik. Untuk itu, mereka akan menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan peluang memperoleh hasil dan menurunkan risiko. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah menganalisa pasar secara terus menerus. Pemandu mereka adalah dua tipe dasar analisa, yang sudah lazim : FUNDAMENTAL & TEKNIKAL, hampir bisa dipastikan para pemain menggunakan kedua pisau analisa tersebut.

Selain itu investor juga menggunakan strategi dan taktik tertentu untuk menyiasati situasi dan kondisi, yang berbeda antara satu bursa dengan bursa lain, atau berbeda dari satu waktu dengan waktu lain di sebuah bursa. Strategi tersebut dikembangkan berdasarkan pengalaman , hasil riset, hasil pengamatan dan daya cipta para pelaku. Beberapa strategi dan taktik bermain saham yang diterapkan saat ini sudah berusia ratusan tahun dan ada yang muncul belakangan.

Banyak di antara strategi atau taktik tersebut berlaku universal dan berlaku sepanjang masa. Tetapi ada strategi yang efektif disatu negara, tetapi tidak relavan di Negara lain. Beberapa yang lain yang terbukti efektif di masa tertentu, tetapi tidak di masa yang lain. Meskipun banyak di antara strategi tersebut yang terdengar merdu dan masuk akal, tetapi sebelum menerapkannya sebaiknya investor mempelajari lebih teliti strategi tersebut, atau bahkan mencari bukti bahwa strategi tersebut efektif.

Ambil strategi “mengekor pemain asing” sebagai contoh. Strategi ini banyak digunakan di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetapi, kemungkinan besar tidak berlaku di bursa saham New York.

Contoh lain. Pemain saham di Amerika Serikat (AS) mengenal strategi yang namanya January Effect. Strategi ini diciptakan untuk mensiasati aspek perpajakan, yang tidak dijumpai di Indonesia. Namun demikian, strategi tersebut banyak di kutip oleh para pelaku pasar di Indonesia – apakah itu investor, trader atau dealer di Indonesia.

Read More......

Strategi & Teknik Meraih Gain di Bursa Saham

Kepada teman Investor Retail, postingan selanjutnya merupakan Perincian Strategi untuk menjawab problem – problem pasar modal di bawah ini :

  • Banyak investor tertipu oleh pialang, bagaimana mensiasatinya ?
  • Mau masuk bursa saham ?
  • IHSG bergerak di tempat atau bergerak liar bagai naga, bagaimana mensiasatinya ?
  • Banyak investor kecanduan trading. Ada ide untuk mencegahnya?
  • Mengajak investor belajar / berinvestasi dalam Kelab investasi.
  • Benarkah IPO selalu memberikan Instant Gain ?
  • Bagaimana Peter Lynch menjaring tenbagger ?
  • BEI lagi bearish, strategi mensiasatinya ?
  • Anjlog-nya harga tidak selalu berarti sinyal beli. Bagaimana memilih “timing”-nya
  • Kapan menggunakan strategi Buy on the rumors, Sell on the news.
  • Semakin banyak emiten buyback. Bagaimana mengetahui plus minusnya bagi investor
  • Asing tidak lagi dominan. Masihkah “strategi mengekor asing” valid ?
  • Membekali investor retail dalam menghadapi “Goliath”
  • Menampilkan cara – cara menangani losing stock.
  • Tren adalah temanmu, ikutilah. Dan jangan pernah melawan The Fed
  • Keranjang diversifikasi : aset, bursa, dan waktu
  • Menunjukkan alat dan gunanya dalam memantau portfolio saham
Dan masih banyak lagi

Read More......