Tren Adalah Temanmu, Ikutilah !

Untuk sukses bermain saham sebaiknya investor mengikuti nasihat Marty E. Zweig, seorang chartist, penerbit newsletter dan pengelola reksadana. Salah satu nasihatnya adalah : jangan melawan tren. Konsep di belakang nasehat ini telah diketahui umum jauh sebelum ia mengungkapkannya, tetapi Zweig yang menyederhanakannya.

Istilah yang digunakan Zweig untuk menyebut tren adalah tape, lembaran kertas tipis yang digunakan sebagai bahan baku “newsletter” oleh tiga reporter – Charles Henry Dow, Edward Jones dan Charles Bergstresser – dalam melaporkan perkembangan harga saham di Wall Sreet, saat mereka mendirikan Dow Jones & Co pada 1882. Lembaran – lembaran tape tersebut berisi data perkembangan pasar dan harga saham individual dalam bentuk kode dan diedarkan langsung oleh kurir kepada para pelanggan, yakni eksekutif bisnis dan investor di kawasan Wall Sreet. Newsletter inilah yang menjadi cikal – bakal koran The Wall Street Journal. Dow Jones kini masih menyebarluaskan data yang sama, tetapi transmisi berita dilakukan secara elektronis.

Istilah tape kini mengacu pada tren ayang sedang berlangsung di pasar secara keseluruhan atau tren harga saham individual. Melawan the tape berarti berinvestasi melawan tren yang sedang berlangsung. Sebelum melihat apa bahayanya melawan tren, kita lihat dahulu apa itu tren.

Tren Pasar

Pasar finansial, termasuk pasar saham, bergerak tidak linear, tetapi mengalami zig-zag sepanjang waktu. Harga akan bergerak ke atas kalau lebih banyak investor daripada pembeli. Begitu sebaliknya. Namun demikian, pasar bergerak mengikuti pola tertentu yang relative teratur. Pola pergerakan pasar inilah yang disebut tren. Ada dua arah tren dasar, yakni tren kenaikan (uptren), tren penurunan (downtrend) dan situasi di mana pasar bergerak mendatar (sideways).

Oleh para analisis teknikal, tren pasar ditunjukkan dengan membuat garis trendline, yakni yang menghubungkan titik – titik yang mewakili harga penutupan saham atau yang mewakili level saham rata – rata atau indeks. Sebuah tren harga mencerminkan pertempuran antarinvestor dalam melakukan jual beli saham. Jika sentimen investor favorable maka harga saham naik. Kenaikan harga akan berlangsung sampai sentimen dan aksi mereka berubah haluan. Meskipun sebuah saham sudah naik di atas nilai intrinsiknya (atau melebihi ekspektasi seseorang), namun jika sentimen pembeli masih tinggi, maka harga dapat naik lebih tinggi lagi.

Tren pasar dan tren harga saham individual dapat menjadi bagian penting dalam analisa investasi. Para analisis teknikal dan pialang melihat dengan tekun. Bahkan analis fundamental pun memperhatikan tren untuk melihat kekuatan dan arah pasar.

Tiga tren Ala Dow

Upaya melihat tren pasar modal mulai dilakukan oleh Charles Henry Dow. Dia tidak menulis buku khusus tentang masalah ini, tetapi ia menuliskannya dalam editorial di koran yang didirikannya, The Wall Steet Journal. Dia mengumpamakan pergerakan pasar saham dengan ombak yang menyapu pantai. Dengan menempatkan tongkat di pantai, orang dapat mengatakan apakah ombaknya datang atau pergi dan berapa kekuatan ombak yang datang dan pergi tersebut berdasar jarak tongkat dengan lidah ombak. Gagasan Dow ini dikembangkan oleh penerusnya di Dow Jones dan tetap dipakai hingga sekarang.

Charles Dow menbagi tren pasar menjadi tiga : tren primer atau major, tren sekunder (intermediate), dan tersier (minor). Tren tersier adalah pergerakan pasar modal harian (tren tersier) yang berlangsung kurang dari tiga minggu. Tren jangka panjang (tren primer) menunjukkan arah pasar secara keseluruhan untuk periode waktu yang cukup panjang., setahun atau lebih. Tren sekunder adalah tren jangka pendek, tiga minggu sampai beberapa bulan, yang menunjukkan satu rekas atau gerakan yang berlawanan arah dengan tren primer.

Tren berguna bagi investor untuk melihat kekuatan atau kelemahan pasar. Hanya saja masalahnya adalah sulit untuk mengetahui apakah sebuah sebuah perubahan harga berarti signal perubahan tren atau pemunculan satu tren sekunder. Berapa lama data yang diperlukan untuk membuat tren primer. Umumnya waktu 18 bulan cukup memadai untuk membentuk tren primer. Jika tren primer dibuat, maka tren sekunder mudah dicari.

Secara klasik, garis tren akan valid kalau menyentuh tiga titik tertingi (untuk tren penurunan) atau tiga titik terendah (untuk tren kenaikan). Semakin banyak titik yang bersinggungan dengan garis tren, maka semakin kuat tren tersebut.

Investor yang mengetahui tren mempunyai keuntungan mengetahui apakah pasar kuat atau tidak. Misalnya indeks turun 10 poin atau 30 poin dalam beberapa hari, tetapi setelah itu cepat pulih. Ini berarti tren belum berubah arah. Kelemahan pasar terlihat jika harga menembus garis tren, satu situasi yang mungkin dapat mengarah ke perubahan arah. Tetapi kadang – kadang ada sinyal palsu, berupa pergerakan harga yang menembus garis tren tetapi hnaya sebentar dan segera kembali ke tren semula.

Harga dapat bergerak mendatar di antara tren – tren yang sedang berlangsung. Ini bisa terjadi karena di pasar modal terdapat banyak sekali investor yang masing – masing mempunyai pertimbangan sendiri – sendiri. Sering kali investor mengambil posisi menunggu sampai ada orang lain membuat gerakan. Kelompok investor ini kemudian melakukan aksi sehingga menggerakkan pasar. Pada saat itu mungkin kelompok lain terbentuk dan mengambil aksi yang berlawanan arah dengan keyakinan kelompok pertama. Kedua kelompok ini saling bertransaksi dan sepanjang jalan mereka mendapat atau kehilangan dukungan. Para pemain akan mencari informasi atau apa saja untuk mendukung kepercayaannya.

Tren Harga

Sebuah tren harga mewakili sentimen investor dalam melakukan jual beli saham. Jika sentimennya favorable harga saham naik sampai sentimen dan aksi mereka berubah haluan. Meskipun sebuah saham sudah naik di atas nilai intrinsiknya (atau melebihi ekspektasi seseorang), namun jika sentimen pembeli masih tinggi harga dapat naik lebih tinggi lagi. Sentimen beli muncul karena ada antisipasi investor tentang laba dan kenaikan harga yang akan berkembang.

Ketika harga saham mengalami lonjakan tidak seperti biasanya, investor yang skeptis akan merasa bahwa saham tersebut “overbought” dan mulai menjualnya untuk menikmati gain. Pada saat itu mungkin bear mulai masuk pasar dengan melakukan short sell, yakni menjual saham yang tidak mereka miliki dengan harapan harga akan jatuh. Kalau harga jatuh mereka akan membeli dan menikmati selisih harganya.

Satu hal yang perlu diingat oleh investor, khususnya pelaku short seller adalah bahwa saham dapat meningkat melebihi valuenya (yang didasarkan pada laba). Ini berarti bahwa kenaikan tajam tidak selalu diikuti dengan koreksi atau jatuh kembali. Melakukan short sell mendekati puncak dapat seperti melompat ke depan kereta yang bergerak. Momentum dan munculnya investor baru yang mengikuti tren yang sedang berlangsung dapat mendorong harga lebih ke atas lagi. Dengan kata – kata Zweig : Melawan tren adalah undangan terbuka ke bencana. Karena kenaikan harga tidak terbatas, maka kerugian short seller juga dapat tidak terhingga.

Caveat Emptor

Meskipun ada strategi khusus yang digunakan oleh kontradian untuk berinvestasi melawan tren, pendekatannya memerlukan banyak analisis dan resikonya sangat besar. Bahkan kontradian melihat tanda – tanda akan adanya perubahan arah sebelum mereka mengambil aksi. Biasanya strategi yang lebih efektif adalah mengamati tren primer dan berinvestasi dalam arahnya.

Dalam pasar yang kuat, harga saham akan terus meningkat, meskipun pasar sekali – sekali mengalami koreksi (ada tren sekunder). Meskipun harga saham bergerak jauh melampaui dukungan laba, pasar, dan ekonomi, saham tidak selalu layak dijual atau dijadikan obyek short selling. Sebetulnya, dalam situasi pasar yang kuat, penurunan harga dapt menjadi peluang beli yang bagus.

Jika IHSG turun cukup signifikan dalam beberapa minggu secara berturut – turut dari posisi puncak, kemungkinan besar itu adalah sinyal adanya bear market. Untuk menyakinkannya, investor dapat menunggu adanya sinyal stabilisasi harga seperti ditunjukkan oleh adanya volatilitas harga dan konfirmasi tren yang melemah. Dalam teori Dow, volume transaksi dapat digunakan untuk melihat kekuatan sebuah tren. Kalau tren kenaikan harga diikuti kenaikan volume, maka tren tersebut kuat dan kemungkinan akan terus berlanjut.

Namun demikian perlu diingat bahwa tren dapat berubah. Tanda – tanda perubahan arah dapat dilihat dari sisi teknis, seperti harga gagal mencapai puncak tertinggi baru atau penurunan dalam volume perdagangan, dan dari aspek fundamental seperti pertumbuhan laba yang rendah misalnya karena memburuknya makro ekonomi.

0 comments: