Mengamati Tanggal Pengumuman Suku Bunga The Fed

Tips : Ikuti tingkat suku bunga The Fed yang diharapkan pasar

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Mengamati Tanggal Pengumuman Suku Bunga Bank Indonesia

Tips : Ikuti tingkat SBI yang diharapkan pasar

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Mengamati Tanggal Pengumuman Inflasi

Biasanya pengumuman angka inflasi bulanan dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada awal bulan yang di mulai tanggal 1, jika hari sabtu atau tanggal merah, maka memakai tanggal kerja selanjutnya.

Cara Memperkirakan Kenaikan Inflasi :

- Jika pada bulan berjalan, harga kebutuhan pokok di sekitar kita semakin tinggi

- Jika pada bulan berjalan, ada tambahan komponen kebutuhan yang harganya, semakin hari semakin tinggi, tapi sebelumnya belum pernah dimasukkan dalam perhitungan seperti minyak goreng, minyak tanah, bensin.

- Jika ada bencana alam (banjir, gempa bumi, kemarau panjang), kerusuhan, memanasnya suhu politik, perang.

- Jika kebutuhan pokok secara global seperti kedelai, beras, jagung, minyak sayur semakin tinggi, tapi di domestik belum terasa, karena masih ada stock cadangan & subsidi dari pemerintah.

Tips : Sebelum pengumuman angka inflasi dari BPS, investor harus mem perhatikan estimasi angka inflasi yang diharapkan pasar dan bandingkan dengan pengamatan investor.

Jika menurut Investor, tidak sesuai dengan harapan pasar, maka segera lepas saham tersebut.

Read More......

Main Saham, Siapa Takut ???

Benarkan investasi saham itu lebih banyak ruginya, sehingga

harus dijauhi? Apakah sedemikian menakutkannya pasar saham sehingga tidak cocok

untuk investasi masyarakat awam?

Coba ikuti pengakuan Priyambudi (34 tahun) yang berprofesi sebagai investor

ritel. Awalnya, Pri adalah seorang pekerja kantoran biasa. Namun akhirnya ia

memutuskan untuk ikut nyemplung ke pasar saham.

Pri mengaku gajinya sebagai pekerja kantoran pas-pasan. Atas ajakan seorang

temannya dia ikut membeli saham dengan nimbrung di rekening temannya. Dia lalu

rajin belajar soal saham, mulai dari emiten, hingga perdagangan di pasar.

Untungnya sang teman selalu berpesan jangan serakah, sehingga Pri tidak riskan

mengambil untung kecil Rp 10 atau Rp 25 per saham. Pri juga banyak membaca buku

soal pasar modal, serta belajar pengalaman baik dan buruk dari investor lain.

Dengan ketekunannya, Pri akhirnya bisa mengembalikan modal awal, dan sudah punya

rekening sendiri. Pri kini tinggal memutar uang hasil investasinya yang meskipun

tidak begitu besar tapi bisa bergerak. Kuncinya Pri tidak serakah mengejar

untung besar, dan sangat berhati-hati.

Tapi bukan berarti Pri tidak pernah rugi. Rugi dan untung selalu jarang

beriringan di perjalanan investasinya selama 4 tahun ini, tapi dia berusaha

meminimalisir kerugian. Caranya dengan mengerti prospek saham yang dibeli, tidak

panik, dan tidak buru-buru mencari keuntungan. Kadang Pri harus memegang saham

yang dimiliki hingga 1 tahun lebih karena menunggu harganya membaik agar tidak

rugi.

Jadi apa sebenarnya saham?

Saham adalah produk keuangan di pasar modal. Memiliki saham berarti kita ikut

serta dalam kepemilikan di perusahaan yang menerbitkan sertifikat saham

tersebut. Investor yang berminat membeli saham tempatnya ada di Bursa Efek.

Melalui pedagang dalam hal ini perusahaan sekuritas, investor membeli atau

menjual sahamnya.

Apa untung dan rugi investasi saham?

Yang paling ditunggu investor tentu saja capital gain. Yaitu keuntungan dari

hasil jual beli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Contoh

ketika membeli saham harganya Rp 1.000 dan dijual ketika harga Rp 1.500, jadi

selisih yang merupakan keuntungan investor Rp 500 inilah yang namanya capital

gain.

Capital gain di saham kadang melebihi deposito perbankan, tapi karena

kentungannya tinggi, risiko yang adapun tinggi. Tapi kadang kerugiannya pun juga

sangat besar ketika harga saham jatuh. Contoh ketika membeli saham harganya Rp

1.000 tapi harganya terus turun Rp 750 sehingga investor rugi Rp 250. Biasanya

jika tren harga sedang turun, investor memilih melepas sahamnya atau cut loss.

Pemilik saham juga bisa menikmati dividen yakni keuntungan perusahaan yang

dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya dividen ditentukan dalam rapat umum

pemegang saham (RUPS). Tapi tidak selalu emiten membagikan dividen jika sedang

rugi, atau butuh investasi besar sehingga keuntungan diutamakan untuk ekspansi

usaha.

Investasi saham juga ada risiko likuidasi misalnya ketika perusahaan dinyatakan

bangkrut oleh pengadilan.

Untuk menyiasati risiko dan kerugian, investor saham disarankan untuk mengikuti

perkembangan perusahaan yang dimiliknya. Investor juga disarankan memiliki

rekening sendiri di perusahaan efek, sehingga investasi anda terdata dengan

baik.

Berapa biaya jual dan beli saham yang harus dikeluarkan?

Untuk pembelian biayanya adalah: nilai pembelian saham + (komisi pialang + PPN

10%). Untuk komisi biasanya maksimal 1%.

Contoh investor transaksi beli Rp 5 juta. Komisi 1% dari nilai transaksi atau Rp

50.000 dan PPN 10% dari komisi Rp 5.000. Sehingga biaya yang harus keluar untuk

beli saham Rp 5.055.000.

Sebaliknya kalau menjual saham rumusannya nilai penjualan saham + (komisi

pialang + PPN 10 %) + pajak penjualan sebesar 0,1 % dari nilai penjualan.

Contoh nilai transaksi jual Rp 5 juta. Komisi 1% dari nilai transaksi Rp 50.000.

PPN 10% dari Komisi atau Rp 5.000. dan PPh atas transaksi jual yakni 0,1% dari

nilai komisi Rp 5.000, jadi total biaya jual 60.000. Sehingga dari penjualan

investor mendapat 4.940.000.

Untuk proses penyelesaian jual beli saham ini memerlukan waktu 3 hari atau (T+3)

sejak terjadinya transaksi (T+0). Artinya kalau membeli saham Senin maka anda

akan menerimanya 3 hari kemudian.

Namun perlu diingat, investasi saham tidaklah semulus jalan tol. Banyak faktor

yang bisa membuat pasar saham jatuh, seperti kondisi ekonomi global yang merosot

atau kenaikan inflasi.

Investor dituntut memperbarui ilmunya dan menyesuaikan metode investasinya

dengan dana yang tersedia. Investor juga harus mengendalikan nafsunya untuk

cepat dapat untung. Yang lebih penting tentunya bukan besaran keuntungan tapi

bagaimana mendapat keuntungan yang konsisten bukan cuma sekali-kali sehingga

tidak jadi pecundang.

Seperti jejak orang terkaya di dunia Warren Buffet yang mengaku sabar hingga

puluhan tahun untuk mendapat hasil maksimal. Buffet yang sangat teliti dalam

membeli saham tidak mau membeli saham yang dia tidak paham bisnisnya.

Untuk sebagian investor membeli saham ketika IPO adalah saat yang paling tepat.

Tapi ada juga yang berprinsip belilah saham ketika harganya jatuh tapi hal ini

dinilai berisiko. Justru membeli saham ketika harganya naik memberikan tanda

saham itu berprospek.

Perlu diingat dana untuk bermain saham haruslah dana yang menganggur, jangan

menggunakan dana untuk kebutuhan sehari-hari atau dana hasil utang.

Dengan persiapan dan tingkat kecerdasan finansial yang dimiliki, masihkah main

saham itu menakutkan? Selamat mencoba....

Read More......

Mengejar Instant Gain di Pasar Perdana

Investor individu, khususnya pemula, sering dianjurkan untuk mulai masuk ke bursa saham dengan membeli saham dalam penawaran saham perdana (initial public offering/IPO), yakni pertama kali saham ditawarkan oleh emiten kepada publik. Mengapa penawaran perdana dianjurkan untuk investor pemula. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diketahui oleh investor tentang proses IPO.

Fungsi Ganda Underwriter

Dalam IPO, sering dikenal dengan go public, emiten tidak bisa menawarkan saham langsung kepada investor tetapi melalui penjamin emisi (underwriter). Dalam rangkaian proses IPO underwriter membantu emiten menyiapkan dokumen, mengurus perizinan, dan menentukan struktur penawaran.

Ketika menjamin sebuah emisi, PE bisa menggunakan sistem full commitment. Dengan sistem ini underwriter menjamin bahwa semua saham yang ditawarkan akan terjual. Kalau investor publik tidak mengambil semua saham yang ditawarkan, maka underwriter akan membeli sisa saham. Bisa juga underwriter menggunakan sistem best effort, dimana underwriter akan mengembalikan saham yang tidak terserap pasar kepada emiten. Umumnya sistem full commitment yang digunakan.

Dalam sistem full commitment, underwriter menghadapi risiko besar, yakni kalau saham yang ditawarkan tidak sepenuhnya terserap pasar (undersubscribed). Pernah misalnya sebuah PE bangkrut setelah menjadi underwriter sebuah IPO yang undersubscribed. Pasalnya, perusahaan ini harus menelan saham yang tidak terjual dalam jumlah besar padahal permodalan PE ini tergolong tipis. Untuk mengurangi risiko tersebut, underwriter umumnya membentuk sindikasi, yang melibatkan satu atau dua underwriter utama (lead underwriter) dan beberapa subunderwriter yang masing – masing memegang porsi penjaminan tertentu. Untuk IPO besar, sindikasi ini menggunakan jasa PE lain untuk menjadi agen penjual yang dibayar dengan fee.

Kegagalan IPO juga menunjukkan kecilnya minat investor atas saham tersebut dan ini menjadi indikasi bahwa sahamnya di pasar sekunder akan sulit naik harganya. Kalau dalam IPO saja peminatnya kecil, maka permintaan saham tersebut di pasar sekunder, yakni saat saham tersebut dicatatkan di bursa efek, juga kecil. Kalaupun ada permintaan baru, maka sangat dimungkinkan kalau underwriter akan melepas saham yang ditelannya, mungkin sampai habis. Namun jarang ada underwriter yang mengakui bahwa IPOnya tidak sukses. Sebagai gantinya mereka akan mengatakan bahwa saham yang ditawarkan habis terjual (fully subscribed), meskipun bisa jadi underwriter atau pihak terkait emiten membeli sisa saham yang terserap di publik. Bahkan ada kalanya mereka masih mengklaim bahwa penawaran mengalami kelebihan permintaan, meskipun kelebihannya sangat kecil.

Di balik potensi risikonya yang besar, penjaminan emisi merupakan bisnis yang menjanjikan bagi PE. Untuk jasanya sebagai underwriter, PE dapat memperoleh komisi yang jumlahnya dihitung berdasarkan persentase tertentu dari dana yang diserap emiten. Selain itu, underwriter juga dapat bertindak sebagai agen penjual saham yang ditawarkan. Dari sini PE dapat memperoleh komisi dari investor yang membeli melalui dia.

Peluang Instant Gain

Sedikitnya ada tiga alasan mengapa IPO dianjurkan bagi investor. Pertama, investor bisa mempunyai garis start yang sama dengan investor lain dalam hal pengenalan terhadap emiten. Hal ini lebih valid sampai akhir 1996, ketika penawaran saham dilakukan setelah pernyataan efektif dari Bapepam. Sampai waktu itu, sebelum dinyatakan efektif, semua dokumen pernyataan pendaftaran IPO diberlakukan sebagai dokumen rahasia.

Dengan alasan meningkatkan keterbukaan, Bapepam memperbolehkan emiten melakukan pemasaran sebelum memperoleh pernyataan efektif. Proses pemasaran bisa berupa penyelenggaraan ekspos publik, pameran keliling (roadshows) atau pertemuan secara langsung (atau bahkan menerima permintaan dari investor). Dalam setiap kegiatan ini informasi seputar emiten mulai diumumkan, meskipun data tentang proyeksi laba (yang akan menentukan harga jual) belum diumumkan.

Bahkan Bapepam mewajibkan emiten mengiklankan prospektus ringkas di surat kabar sebelum masa penawaran di mulai. Dengan demikian, dokumen pernyataaan pendaftaran tidak lagi dianggap sebagi dokumen rahasia. Sehingga, pasar perdana sering kali tidak lebih daripada penyelesaian administratif dari hasil pemasaran yang dilakukan selama masa penawaran.

Alasan kedua, yang lebih penting bagi investor, adalah potensi adanya instant gain, yakni kenaikan harga saham saat dicatatkan (listing) di bursa, yakni kenaikan harga saham saat dicatatkan (listing) di bursa. Ada beberapa penjelasan mengapa potensi instant gain-nya besar. Pertama, untuk menarik minat investor, umumnya saham perdana ditawarkan dengan PER yang lebih rendah daripada rata – rata PER pasar, industri atau saham pesaing yang sudah ada di bursa. Di Indonesia, gejala ini mulai terlihat sejak akhir 1995. Bahkan pada waktu itu ada himbauan untuk menetapkan PER maksimum guna menjamin adanya instant gain sehingga menarik investor baru. Dari kaca mata investor, sebetulnya diskon harga dalam penawaran perdana merupakan cerminan bahwa risiko saham tersebut lebih tinggi dari pada perusahaan pesaing karena emiten yang sedang melakukan IPO ini belum memiliki track record yang memadai, khususnya jika dibandingkan dengan emiten yang sudah ada.

Selain itu, emiten dan underwriter mulai menyadari bahwa menjaga hubungan baik dengan investor adalah penting. Dan instant gain membuka pintu bagi adanya hubungan seperti itu. Bagi emiten hubungan yang baik tersebut akan berguna kalau menerbitkan saham lagi, misalnya dengan right issue, investor tetap membeli. Bagi penjamin emisi, kalau investor senang dengan instant gain sebuah IPO maka investor tersebut mau membeli saham lain yang ia jamin emisinya. Hal ini berbeda sekali dengan go public gaya “hit and run” yang banyak terjadi pada 1989 sampai 1990. Pada waktu itu, harga saham ditetapkan sangat tinggi sehingga emiten mengantongi agio (selisih harga perdana dengan nilai nominal saham) dalam jumlah besar. Ada misalnya saham bernilai nominal Rp 1.000 dan ditawarkan pada harga Rp 17.000. Sering kali emiten tidak memperdulikan nasib saham dan investornya, meskipun setelah listing harga saham tersebut terus merosot untuk menyesuaikan dengan nilai sejati (intrinsic value) dari saham tersebut.

Untuk itu tidak mengherankan kalau emiten dan penjamin emisi akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga harga saham, setidaknya tidak turun dalam penawaran perdana. Langkah yang mereka tempuh bisa dengan membeli sendiri saham yang ditawarkan, baik di IPO maupun setelah listing, untuk memperkecil jumlah saham yang beredar. Mereka juga bisa menerapkan masa lock-up bagi investor tertentu, misalnya yang mendapat penjatahan pasti (fixed allotment). Dalam hal ini investor tidak diperkenankan menjual sahamnya sampai batas yang sudah ditentukan.

Penjatahan Saham

Peluang memperoleh instant gain dari IPO lebih besar kalau aplikasi yang masuk melebihi jumlah saham yang ditawarkan (oversubscription). Kalau ini terjadi maka ada permintaan yang tidak terpenuhi. Dan investor yang gagal memperoleh saham di IPO akan membelinya di pasar sekunder dengan harga yang lebih tinggi dengan harga perdana.

Masalahnya adalah bahwa dalam IPO yang oversubscribed ada investor yang tidak mendapat saham sebanyak yang diinginkan. Meskipun uang pemesanan akan dikembalikan, namun peluang memperoleh instant gain menjadi terbatas karena minimnya saham yang diperbolehkan. Dalam hal ini, sering kali ada alasan ketiga mengapa saham IPO dianjurkan untuk investor individu : yakni prioritas dalam alokasi saham.

Sebetulnya proses alokasi saham dalam IPO yang oversubscribed adalah sebagai berikut. Beberapa investor tertentu mendapat hak istimewa berupa penjatahan pasti (fixed allotment), dimana mereka memperoleh jumlah saham seperti yang diinginkan. Karyawan emiten dan investor lembaga yang dianggap mewakili kepentingan publik (seperti reksa dana dan lembaga dana pensiun) misalnya berhak atas penjatahan pasti sepanjang permintaannya tidak melebihi 50% dari emisi. Sebagai kompensasi, investor yang memperoleh hak istimewa ini sering diiikat untuk tidak menjual sahamnya sampai batas waktu tertentu, atau dengan kata lain dikenai masa lock-up period.

Setelah dikurangi penjatahan pasti, barulah sisa saham didistribusikan kepada investor lain. Caranya bisa dengan diundi atau dengan sistem polling secara proporsional. Misalnya masing – masing permintaan akan dipenuhi 50%, dan sisanya akan diundi. Dalam distribusi ini mungkin ada hak khusus bagi investor kecil dengan permintaan sampai 10 lot akan mendapat prioritas, misalnya mendapatkan sebanyak yang mereka pesan. Permintaan di atas itu akan diundi. Bahkan di beberapa negara, IPO Badan Usaha Milik Negara (BUMN) digunakan sebagai mekanisme untuk melakukan pemerataan capital gain, dengan memberikan prioritas kepada investor individu. Selain itu, ketentuan porsi asing sebesar 49% dari saham yang ditawarkan (kini tidak berlaku lagi) merupakan mekanisme yang menguntungkan investor domestik, termasuk investor individu. Inilah alasan ketiga mengapa IPO dianjurkan untuk investor pemula.

Gray Markret dan Joki Saham

Sering kali IPO yang oversubscribed disertai dengan adanya gray market, yakni transaksi saham IPO tersebut yang dilakukan sebelum saham tersebut resmi dicatatkan di bursa efek. Transaksi yang terjadi di gray market akan diformalkan saat listing. Transaksi ini terjadi karena investor beli, menawarkan capital gain kepada investor yang sudah mendapatkan alokasi dalam IPO. Tapi investor harus jeli sebab adanya kalanya gray market tersebut dibuat – buat untuk mengecoh investor lain agar membeli saat listing sehingga ada lonjakan harga saat pencatatan di pasar sekunder.

Investor berpengalaman umumnya bisa mencium IPO mana yang akan sukses besar. Kalau mencium bau instant gain mereka berusaha meningkatkan peluang memperoleh saham dalam proses alokasi dengan mengajukan beberapa aplikasi. Karena setiap aplikasi harus menyertakan kartu identitas diri, mereka bersedia membayar orang lain, atau menggunkaan kartu identitas orang lain, untuk mengajukan aplikasi permintaan saham.

Meskipun IPO cukup menjanjikan, tetapi tidak ada kepastian bahwa saham perdana selalu memberikan capital gain dan emiten atau underwriter akan menjaga harga saham saat pencatatan.

Caveat Emptor

Meskipun IPO merupakan wahana investasi yang menjanjikan, sebaiknya investor bersikap hati – hati. Pada saat itu adalah tidak bijaksana kalau mempercayai sepenuhnya rekomendasi atau pernyataan para penjamin emisi. Pasalnya, mereka mempunyai dua kepentingan yang berseberangan. Di satu sisi mereka membantu menjual saham emiten, tetapi di sisi lain memberi rekomendasi investor agar membeli.

Berikut adalah beberapa poin yang perlu lebih Anda cermati dalam prospektus sebelum mengambil keputusan.

Siapa yang meraup dana? Si pendiri atau perusahaan. Kalau digunakan oleh emiten dana hasil IPO akan digunakan untuk meningkatkan kinerja emiten. Kalau dana diambil pendiri, maka sulit diharapkan ada lonjakan kinerja setelah go public. Tidak adanya dana yang masuk ke kas emiten inilah salah satu sebab melemahnya permintaan PT Bank Central Asia, yang melakukan IPO Mei 2000.

Lihat potensi pertumbuhan emiten. Sebab potensi pertumbuhan emiten inilah yang paling berperanan pada pergerakan harga sahamnya di masa mendatang. Potensi ini umumnya tercermin dari posisi emiten di pasar di mana ia bergerak, bagaimana kualitas dan kinerja produknya di pasar, dan bagaimana kualitas dan kinerja produknya di pasar, dan bagaimana brand name emiten ini. Untuk melihat potensi pertumbuhan emiten ini, mintalah pendapat analis. Cari juga pendapat dua, atau ketiga sebagai perbandingan.

Siapa yang menjalankan perusahaan? Bagaimana kualitasnya? Semakin banyak tenaga professional independent di Dewan Direksi semakin baik. Pasalnya, hal ini mencerminkan adanya “checks and balances’ dalam operasi perusahaan sehari – hari sehingga menghindari kemungkinan adanya mis-manajemen. Kualitas manajemen tidak tampak langsung dalam neraca maupun laporan laba rugi, tetapi menentukan. Perlu dilihat apakah manajemen adalah orang yang sama antara sebelum dan sesudah IPO. Kalau ada perubhan manajemen maka perbandingan kinerja menjadi tidak relavan.

Angka tetap penting. Dalam kondisi ekonomi yang kurang menguntungkan menyusul krisis moneter, investor perlu memberi perhatian ektra pada arus kas emiten dan rasio utangnya. Dalam sistem kurs devisa mengambang, jumlah utang dalam bentuk valuta asing akan menentukan kinerjanya nanti.

Cermati historis calon emiten dan bandingkan dengan kinerja perusahaan di sektor industri yang sama dan ukuran bisnis yang sama. Mana yang lebih baik dan lebih berprospek.

Siapa underwriter-nya dan bagaimana track record-nya. Pelaku pasar kawakan akan tahu perusahaan efek mana yang bertangan dingin dalam menjamin IPO dan mana yang tidak. Sering kali juga, pemjamin emisi hanya menaruh perhatian pada kinerja saham emiten dalam jangka pendek dan memandang kinerja emiten pasca IPO bukan bagian dari program mereka.

Kalau saat pencatatan harga sahamnya benar – benar naik, maka pernyataan berikutnya barangkali adalah : apakah kenaikan harga saat listing karena saham dijual dengan harga diskon, terdorong oleh kondisi pasar atau karena digerakkan oleh emiten dan underwriter. Sebab, seperti terlihat dari grafik, ada saham yang naik tajam saat listing tetapi setelah itu terus turun. Pernyataan ini perlu diajukan oleh investor yang ingin memegang saham tersebut untuk jangka panjang.

Read More......

The “Warren Buffett” Way


Bila saja tujuh keajaiban dunia bisa ditambah dan tidak hanya terdiri dari karya arsitektur, tapi juga orang, maka Warren Buffett boleh diusulkan sebagai salah satunya. Bayangkan saja, dalam sekitar 29 tahun, ia bisa meroketkan modalnya dari 100 dolar AS menjadi 57,4 miliar dolar AS pada Mei 1999. Forbes, majalah ekonomi kelas dunia, pada 2008 menempatkan Buffett sebagai pengusaha terkaya.

Keping-keping uang Buffett diperoleh dari keuntungan sesudah membeli perusahaan-perusahaan terdaftar di pasar modal yang dapat diakses setiap investor. Karena itu pria kelahiran 30 Agustus 1930 di Omaha, Nebraska yang sudah secara total berkecimpung di bursa, boleh disebut sebagai salah seorang ikon pasar modal.

Warren Buffett dilahirkan di omaha pada tanggal 30 Agustus 1930 dijuluki sebagai "Si Bijak dari Omaha" atau "Sang penasihat dari Omaha", adalah seorang investor, pebisnis, dan juga seorang filantopis., Nebraska. Ayahnya bernama Howard Buffett, seorang broker saham dan juga anggota DPR AS. Ibunya bernama Leila Buffett. Sejak kecil Buffett sudah diajarkan tentang bisnis dan matematika, terutama matematika kompleks yang dia kuasai dengan cepat. Dia juga banyak membaca buku tentang bisnis dan pasar modal sejak dini.

Pada usia 11 tahun, dia sudah bekerja pada broker ayahnya, pada tahun yang sama juga dia membeli saham pertamanya yaitu saham Cities Services seharga $38,25 per lembar. Setelah itu, dia menjual kembali saham tersebut seharga $40. Beberapa tahun kemudian, harga saham yang telah dia jual mencapai $200 per lembar. Hal itu menyebabkan Buffet berpikir untuk tidak terburu-buru untuk melepas sahamnya. Pada umur 14 tahun, saat Buffet masih duduk di banku SMA, dia memulai bekerja dengan memasang mesin pinball di tempat potong rambut, dan dari keuntungan usaha sebesar $ 1200 dia membeli 40 ha tanah pertanian yang akhirnya dia sewakan pada petani lokal. Meski dia tergolong anak yang pandai disekolah, tapi Buffett malah berpikir bahwa sekolah bukan tempat untuk mengasah naluri bisnis dan wirausaha yang mengalir dalam darahnya.

Ia mulai lagi dengan menjadi loper koran, lalu bergabung dengan Wilson Coin Op, sebuah perusahaan pembuat mesin pinball. Dan yang pasti, Buffet mendapatkan pendapatan pasif dari uang sewa yang dibayarkan oleh petani yang menyewa tanahnya. Saat dia lulus dengan nilai terbaik dari 20 besar dikelasnya, Buffet mempunyai simpanan uang sebesar $5000. Kala itu usianya masih 16 tahun. Seringkali Buffet membantu ayahnya dengan bantuan finansial dan dia juga membiayai sekolahnya sendiri.

Pada tahun 1947, saat Buffet lulus SMA dari Washington, DC's Woodrow Wilson High School, Warren Buffet mulai masuk ke jenjang perguruan tinggi di University of Pennsylvania, kemudian dia pindah ke University of Nebraska. Semasa kuliah, dia pernah membaca buku Benjamin Graham's The Intelligent Investor yang membuka kesadaranya untuk segera memulai investasi.
Buffett mendapatkan gelar Master Ekonomi pada Columbia Business School. Disana Buffet sempat diajar oleh Benjamin Graham, Walter Schloss dan Irving Kahn yang merupakan investor berpengaruh pada masa itu. Filosofi bisnis Buffett sangat dipengaruhi oleh buah pemikiran dari Philip Fisher. Setelah mendapat nilai A+ pada mata kuliah Analisa Ekonomi dengan dosen Benjamin Graham, Buffet bertemu dengan Graham-Newman. Sebelumya Buffet bekerja pada broker ayahnya sebagai salesman sampai suatu ketika ia bertemu Graham yang belakangan memberinya posisi pekerjaan pada tahun 1954. Buffet kembali ke Omaha dua tahun kemudian, ketika itu Graham mengundurkan diri dari jabatannya.

Buffett mengumpulkan kekayaan yang berlimpah dari sebuah perusahaan investasi yang bernama Berkshire Hathaway, dimana dia juga sebagai pemegang saham terbesar merangkap sebagai CEO diperusahaan tersebut. Dengan jumlah kekayaan bersih (kira-kira) sebesar US$ 52 milyar, dia menduduki peringkat ketiga terkaya didunia berdasar survey pada April 2007 dibawah Bill Gates dan seorang pebisnis asal Meksiko yang bernama Carlos Slim HelĂș.

Sesuai dengan komitmen yang telah ia buat sebelumnya, pada bulan Juni 2006 Buffett menyumbangkan 83% hasil keuntungan usahanya pada Bill and Melinda Gates Foundation. Total donasi Buffett kala itu mencapai $30 milyar, sebuah pencapaian donasi terbesar dalam sejarah Amerika. Dana tersebut merupakan dua kali dana yang biasa dikumpulkan yayasan Bill and Melinda Gates Foundation.

Meskipun memiliki kekayaan dalam jumlah besar, Buffett lebih dikenal sebagai orang yang sederhana dan hemat. Pernah suatu kali dia mengeluarkan dana $ 9,7 juta dari usaha Berkshire sebagai klausul dengan perusahaan jet pada tahun 1989, dia membuat sebuah lelucon yang berjudul "Sebuah hal yang tidak dapat dipertahankan" karena kritik yang dilontarkan sebelumnya kepada CEO lain tidak dipertimbangkan karena nilai kontrak tersebut amat tinggi. Saat ini Buffett masih tinggal dalam kesederhanaan di kompleks Dundee, dekat Omaha, Nebraska. Rumah tersebut ia beli seharga $ 31.500. Dia juga pernah menjual sebuah rumah mewah miliknya di Laguna Beach, California senilai $ 700.000.

Pada tahun 2006 gaji tahunannya adalah sebesar $ 100.000, yang nilainya lebih kecil dibandingkan gaji eksekutif lain di perusahaan sejenis. Sekedar informasi, gaji CEO yang perusahaannya terdaftar dalam S&P500 rata-rata sebesar $9 juta setahun pada tahun 2003. Terlepas dari hal itu semua, nama Buffett terdaftar sebagai 100 Orang Berpengaruh di Dunia versi majalah Time.

Buffett mendirikan perusahaannya yang pertama pada tahun 1956 yang bernama Buffett Associates, Ltd. Modal usahanya kala itu adalah $100.000 dari Buffet dan $ 105.000 dari gabungan mitra usaha yang terdiri dari keluarga dan teman-teman Buffet.

Lalu, Buffett juga mendirikan beberapa kerjasama usaha yang kemudian digabung menjadi Buffett Partnership Limited. Kala itu ia menjalankan bisnisnya dari tempat tidur. Dia sibuk menyusun pendekatan investasi dan struktur pembagian hasil usahanya. Investasinya saat itu merugi 30% selama tahun 1956-1969.

Buffet mempunyai tiga pendekatan dalam hal SDM :
1. Umum : menilai saham berdasar karakteristik dan tingkat pengembalian dan resikonya.
2. Menengah : SDM diluar lingkup pekerjaan usaha, seperti bagian Merger, Akuisisi, likuidasi,dll.
3. Pengendalian : Seperti membangun unit usaha, dan juga dengan pemegang saham.

Pada bulan September 2005, Bill Gates dan Warren Buffet, dua orang terkaya AS dan terkaya di dunia, duduk bersama para mahasiswa Universitas Nebraska. Disana mereka diberondong pertanyaan dari para siswa dimana disini dua orang kaya ini menunjukkan sikap terbuka akan tanggung jawab mereka untuk menggunakan kekayaan demi tujuan memperbaiki dunia.

Daripada “pensiun” dan tidak melakukan apapun, dua orang yang luar biasa kaya ini secara aktif mengejar pekerjaan yang mereka rasakan penting. Ketika Warren Buffet, pria 77 tahun ditanyai apa yang akan dikerjakan 10 tahun mendatang dari sekarang, dia mengatakan : “Saya akan melakukan persis dengan apa yang saya lakukan sekarang karena saya sekarang melakukan persis apa yang saya sukai”.
Sedang Bill Gates khusus menghabiskan 2 minggu dalam setahun agar dirinya dapat focus membaca dan memikirkan berbagai “proposal ide dan gagasan” yang dikirim orang kepadanya. Dia amat berkepentingan mendapatkan “amanat” dari berbagai proposal itu dan tidak ingin kehilangan untuk melihat kesempatan baru.

Seorang muda menanyai Warren Buffet tentang apa pendapatnya tentang sukses. Warren menjawab bahwa dia berpikir sukses itu memiliki banyak orang yang mencintainya ketika ia menjadi semakin berumur. Warren ingin mengatakan bahwa dia telah melihat orang yang membuat banyak uang namun berakhir dengan tidak seorangpun yang mengasihinya.

Orang-orang ini kelihatnya berpikir secara berbeda dibandingkan kebanyakan orang Amerika.

Jika anda benar-benar menemukan pekerjaan yang anda sukai, pensiun menjadi kehilangan maknanya. Jika anda menemukan tujuan dalam pekerjaan anda, uang akhirnya hanya menjadi produk sampingan. (nat)

Dua Guru Buffett
Warren Buffett mengaku mengagumi pula, selain Benjamin Graham, Philip Fisher. Dua orang yang dianggap sebagai maha guru oleh Buffett memiliki karakter investasi yang berbeda. Graham lebih dikenal dengan strategi investasi nilai. Saat memilih saham, Graham selalu mendasarkan pada analisis fundamental keuangan perusahaan dan strategi diversifikasi. Artinya, Graham menekankan pada kriteria kuantitatif, selalu mencari saham yang harga pasar jauh di bawah harga wajar.

Sebaliknya, Philip Fisher lebih menekankan pada kriteria kualitatif. Menurut Fisher, sebelum membeli saham sebuah perusahaan, lihat dulu tim manajemen pengelolanya, bagaimana cara perusahaan tersebut dikelola. Buffett melihat, ada kesamaan dari kedua orang pakar tersebut. Keduanya sukses dan sama-sama berpikir jangka panjang untuk setiap investasi. Graham misalnya menganjurkan agar investor memilih saham yang layak dipegang, meski pun pasar saham mendadak tutup besok. Sedangkan Fisher memberi contoh lewat cara dia memegang saham Texas Instrument, yang dibeli sejak awal perusahaan tersebut melakukan private placement. Nah, Buffett sang brilian, mencoba menggabung strategi Graham dan Fisher. Sebelum menentukan pilihan, dia akan meriset perusahaan tersebut habis-habisan, mulai dari sisi bisnis, manajemen, finansial dan pasar. Dengan dasar riset tersebut Buffett mengerti benar tentang perusahaan-perusahaan yang hendak dibelinya. "Belilah perusahaan sederhana dan mudah dipahami. Kinerja masa lalunya konsisten dan memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan," pesannya kepada para investor.

Pakem investasi itu diterapkan oleh Buffett ketika membeli saham Coca-Cola, Gillete, dan Walt Disney. Coca-Cola perusahaan yang paling disukai oleh Buffett, karena memiliki merek dagang yang sangat kuat dan menguasai pangsa pasar dominan.

Ketiga korporasi andalan Buffett memang bernasib sial pada 1998. Tapi, itu bukan berarti habis. Waktu memilih Coca-Cola, Buffett bukan tidak melihat bahwa akan ada pesaing yang muncul kemudian. Justru ia berasumsi, dengan munculnya produk baru, maka para pemasar Coca-Cola akan semakin gencar memasarkan produknya. Minimal akan mempertahankan pangsa pasar. Selain itu, manajemen keuangan akan mampu mengoptimalkan laba.

Inti dari semua itu, Buffett lebih berpikir tentang investasi jangka panjang, pada saham-saham perusahaan yang produknya dikenal dengan baik. Alasan itu pula yang membuat ia tidak pernah mau membeli saham Microsoft. Padahal semua orang kini melihat ekspansi Microsoft di dunia ini. Ketergantungan pengguna komputer terhadap Microsoft begitu tinggi, barangkali mirip dengan apa yang dilakukan Coca-Cola. Tapi sekali lagi, meski pun Bill Gates pemilik Microsoft adalah sahabat dekat Buffett, tapi ia tak berminat membeli saham Microsoft. Buffett tak memahami produk tersebut.

Perlu dicatat juga, Buffett tidak pernah menerapkan prinsip beli saham, tapi membeli bisnis (buying a business not share). Misalnya, terhadap Coca-Cola yang jatuh pada 1998-1999, ia tetap bersandar pada tren jangka panjang. Menurut asumsinya, setelah penurunan itu Coca-Cola bukan hanya akan memperbaiki kinerjanya. Kondisi mutlaknya, manajemen harus memenuhi tiga syarat. Pertama, mereka harus rasional. Kedua terbuka kepada pemegang saham. Ketiga, menolak untuk meniru praktik dan kebijakan manajemen perusahan lain, tanpa memedulikan kesesuaian nalar. Sikap berpikir jangka panjang itu pula yang membuat ia kerap melawan apa yang terjadi di pasar. Menurutnya pasar muncul setiap hari dan menawarkan pada harga berapa Anda membeli dan menjual. Harganya berubah-ubah tak menentu.

"Pasar bertugas melayani Anda bukan membimbing Anda. Dompetnya dan bukan kearifannya yang Anda butuhkan," katanya suatu saat. Kejutan-kejutan bukan hanya ditunjukkan Buffett lewat model investasinya di pasar modal. Itu juga terjadi dalam kehidupan pribadinya. Beberapa pekan lalu, kita dibuat tercengang dengan keputusannya untuk menyumbangkan 85 persen kekayaan, sekitar 34 miliar dolar AS kepada yayasan milik Bill Gates sahabatnya. Keputusan itu didasarkan atas pesan Susan sebelum wafat dua tahun lalu. "Berikan sebagian kekayaan kita kepada publik."

Cara Buffett Memilih Saham
Kemampuan Warren Buffett memilih saham yang bernilai di bawah harga pasar, merupakan bukti hidup yang mengagumkan. Beberapa ahli mengatakan, kemampuan itu sekaligus menjadi bukti kegagalan teori akademis yang meyebutkan bahwa pasar bersifat efisien. Artinya harga saham berkait erat dengan informasi yang beredar di publik tentang perusahaan terkait.

Menurut Buffett, pasar kerap salah menentukan harga. Pasalnya harga pasar kerap ditentukan oleh emosi para investor. Padahal emosi para investor bersifat jangka pendek, sementara dalam jangka panjang pasar justru akan mengikuti fundamental perusahaan.

Lantaran itu seperti ditulis Robert G Hagstroom Jr dalam The Warren Buffett Portfolio (1999), Buffett lebih memilih fokus kepada beberapa saham ketimbang harus menyebar investasi ke banyak saham perusahaan. “Pilih beberapa saham yang kemungkinan besar akan menghasilkan tingkat pengembalian di atas rata-rata dalam jangka panjang. Pusatkan investasi Anda pada saham-saham tersebut. Kuatkan mental Anda dari godaan fluktuasi harga pasar. Begitu penjelasan Buffet dalam buku tersebut. Persoalannya bagaimana investor harus menentukan saham pilihannya. Yang dilakukan Buffett sebelum menentukan pilihan berpatokan pada empat prinsip: bisnis, finansial dan pasar.

Buffett selalu membeli perusahaan yang bisnisnya sederhana dapat dipahami. Perusahaan memiliki kinerja masa lalu yang konsisten dan juga memiliki prospek jangka panjang yang menjanjikan. Dasar inilah yang membuat Buffett tidak mau masuk ke Microsoft. "Jika Anda tak memahami bisnis suatu perusahaan, Anda tak dapat membuat penilaian rasional terhadap nilai investasinya." Selain itu, manajemen perusahaan harus memiliki tiga persyaratan, yaitu harus rasional, terbuka kepada pemegang saham, tidak meniru manajemen perusahaan lain dan harus mengalokasikan uang perusahaan ke investasi yang memiliki nilai tambah bagi pemegang saham.

Buffett akan membeli perusahaan yang tingkat pengembalian ekuitas (ROE) bagus, bukannya pendapatan per saham. Selisih laba mesti tinggi dan setiap dolar yang ditahan oleh perusahaan, perusahaan dapat menciptakan minimal sedolar nilai pasar perusahaan.

Buffett hanya membeli saham jika harganya menarik. Maksudnya, adalah saat harga saham jatuh ke bawah harga wajar hasil analisis, dengan dasar perusahaan itu beroperasi terus dan sehat. Selisih harga pasar dan harga wajar ini berfungsi sebagai marjin aman (margin of safety), yang dapat mengurangi kerugian karena salah hitung. Marjin ini juga jadi salah satu sumber keuntungan jika saham kembali ke harga normal.

Read More......

Warren Buffett : Legenda Pasar Modal


Bila Anda salah satu orang yang gemar bermain saham, pastilah mengenal satu nama yang sudah sangat terkenal di kalangan pialang saham dunia. Namanya bahkan dianggap legenda dan telah menjadi mahaguru di dunia saham. Yah, dialah Warren Buffet. Saking sudah melegenda, pria kelahiran Omaha, Nebraska Amerika ini dijuluki "Sage of Omaha" atau " Oracle of Omaha" alias seorang peramal dari Omaha. Pria yang sudah berusia 70 tahun lebih ini dianggap sebagai orang yang bisa memprediksikan saham apa saja yang naik, dan saham apa saja yang turun. Kapan harus mengambil, atau kapan harus menjual, semuanya seolah sudah ada dalam "pengetahuannya". Karena itu, apa yang dikatakan tentang dunia saham, akan selalu diikuti oleh banyak orang.

Tapi, tahukah Anda bahwa Warren Buffet selain dikenal sebagai investor dan pebisnis ulung, juga dikenal sebagai seorang filantrofis sejati? Seorang filantrofis adalah dermawan yang memberikan sebagian penghasilannya untuk kepentingan sosial. Dalam hal ini, Warren benar-benar menjadi seorang yang sangat peduli pada hal-hal yang berbau sosial. Tak tanggung-tanggung, ia mendermakan uang yang tercatat sebagai sumbangan terbesar dalam sejarah, yakni senilai 30 miliar dolar Amerika, kepada Yayasan Bill and Melinda Gates. Ini setara dengan sekitar 80 persenan kekayaan yang dimilikinya saat ini. Dengan sumbangan sebesar itu, bisa dikatakan ia hanya mewariskan sedikit bagian kekayaannya pada ketiga anaknya kelak. Dalam hal ini, Warren mempunyai sebuah ungkapan bijak, "Saya memberikan bagian yang cukup kepada anak-anak saya sehingga mereka merasa bisa melakukan apa saja, namun saya tidak memberikan lebih sehingga mereka merasa tidak harus melakukan sesuatu (untuk mendapatkan yang diinginkannya)."

Inilah bentuk pendidikan kemandirian yang dicontohkan Warren pada kita semua. Yakni, jangan sampai memanjakan anak meski kita hidup berlebihan. Sebab, anak-anak pun sebenarnya punya tanggung jawab masing-masing untuk kehidupannya kelak. Dan, mungkin memang hal ini juga yang pernah ditekankan ayah Warren, Howard Buffet, yang juga seorang pialang saham. Karena itu, sejak usia belasan tahun, Warren yang dikenal sangat cerdas di bidang matematika, sudah mulai mencoba mandiri dengan bermain saham. Kala itu, ia membeli saham Cities Services seharga 38.25 dolar per saham. Dan, ia segera menjualnya saat saham itu naik menjadi 40 dolar. Sebuah keuntungan yang lumayan besar baginya saat itu. Tapi, ia kemudian merasa menyesal, karena dalam setahun, saham itu sebenarnya mampu mencapai nilai 200 dolar. Maka, sejak saat itulah, ia mendapat pelajaran, bahwa bermain saham harus panjang jangka waktunya. Hal ini pulalah yang dipegang saat ia menjadi raja saham dan membeli Berkshire Hathaway, sebuah unit usaha yang kini telah berhasil dikembangkannya hingga punya anak usaha lebih dari 60 jenis usaha!

Meski kini diklaim sebagai orang terkaya dunia (Forbes 2008), Warren selalu menekankan pola hidup yang sederhana. Bahkan, sangat sederhana. Betapa tidak. Ia hidup bersahaja dengan hanya tinggal di rumah yang nilainya cuma 31 ribu dolar yang hanya memiliki tiga kamar tidur. Padahal, jika ia mau, dengan kekayaannya Warren bisa membeli beberapa istana sekaligus.

Tak hanya itu. Sampai kini ia pun masih sering menyetir sendiri mobilnya. Bahkan, ketika harus bepergian, ia tidak menggunakan pesawat jet pribadi layaknya konglomerat lain. Padahal, ia memiliki perusahaan rental pesawat jet pribadi sebagai salah satu unit bisnisnya. Selain menerapkan pola hidup sederhana, ia pun menerapkan manajemen yang sangat bersahaja untuk semua bisnisnya. Ia memberi kepercayaan penuh pada semua manajer perusahaannya. Ia hanya menulis sebuah surat setahun sekali ke CEO dari perusahaan-perusahaan tersebut. Isinya tentang tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Ia memberi dua perintah kepada CEO-nya. Peraturan pertama : Jangan sampai merugikan uang pemilik saham. Peraturan kedua: Jangan lupa peraturan nomor satu. Hasilnya? Tidak diragukan lagi. Seperti yang dilihat banyak orang, kekayaannya mencapai 52 miliar dolar lebih. Tapi, itu semua tak menyilaukannya. Ia justru asyik berderma dengan tanpa berusaha memamerkan kekayaannya.

Apa yang dilakukan Warren Buffet memang tak bisa diragukan lagi. Dirinya sudah menjadi legenda yang dihormati sebagai pengusaha bidang saham dan aneka bisnis lainnya. Namun, satu hal yang harus kita contoh, yaitu sikap sederhana dan kedermawanannya. Ia merasa, bahwa apa yang diraihnya akan lebih berguna jika disumbangkan untuk orang-orang yang membutuhkan. Semangat dan keteladanan inilah yang patut kita contoh agar sukses yang kita raih benar-benar dapat memberi manfaat bukan hanya pada diri kita, namun juga bagi orang di sekitar kita.

Read More......